
SOLO (Jatengdaily.com) – Gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari milik Keraton Kasunanan Surakarta, mulai ditabuh atau dibunyikan Jumat (1/11/2019). Ini menjadi tanda dimulainya perayaan Sekaten di Solo.
Sekaten merupakan rangkaian perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang rutin digelar Keraton Solo tiap tahun. Bersamaan dengan ditabuhnya gamelan, juga digelar pasar malam, dan puncaknya Gunungan Mauludan pada Sabtu (9/11/2019).

Gamelan Sekaten ini ditabuh selama seminggu hingga Sabtu (9/11/2019), saat puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam sepekan ini gamelan ditabuh nonstop secara bergantian antara Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari. Kedua perangkat gamelan ini ditempatkan di Bangsal Pardogo bagin utara dan selatan. Foto: yds

Tradisi tabuhan gamelan Sekaten ini sudah dilakukan sejak zaman dulu. Menabuh gamelan Sekaten merupakan bentuk pelestarian budaya yang dipopulerkan oleh Wali Songo dalam syiar agama. Foto: yds

Hingga kini masyarakat masih antusias untuk menyaksikan dan mendengarkan alunan gendhing-gendhing jawa dari gamelan keraton tersebut. Biasanya orang-orang mendengarkan gendhing tersebut sambil mengunyah kinang. Mereka mempunyai maksud selalu mendapat rahmat Tuhan agar panjang umur, semoga tahun depan bisa datang lagi ke sekaten lagi. Sehingga di sekitar lokasi tabuhan gamelan banyak orang berjualan kinang yang terdiri daun sirih, injet, gambir, tembakau dan bunga kantil. Foto: yds

Di sekitar lokasi dibunyikannya gamelan juga banyak orang berjualan pecut. Ini merupakan mainan tradisional selalu ada setiap pergelaran Sekaten. Pecut ini biasa digunakan untuk angon (menggembala hewan ternak). Namun di sini pecut mempunyai makan memberi dorongan, penggerak semangat. Foto: yds