in

Bustaman, Kampung ‘Kambing’ Terkenal Sejak Zaman Belanda

AIR WARNA WARNI : Warga saat membuat air warna warni yang dikemas dalam plastik. Foto: ugl


SEMARANG (Jatengdaily.com) – Aroma khas kambing menyeruak menusuk hidung. Dari ujung gang, sampai lorong-lorong sempit, memperlihatkan aktivitas warga Kampung Bustaman yang guyup dan rukun.

Hampir semua warga yang tinggal di Kampung Bustaman Kelurahan Purwodinatan Semarang Tengah bermata pencaharian dengan daging kambing. Dan Kampung Bustaman, setiap hari selalu ramai, pagi ibu-ibu memiliki aktivitas mengiris-iris daging kambing untuk gule atau sate, bestik. Kegiatan ini hingga siang hari.

Tidak sedikit warga yang juga berjualan bumbu gule atau sate khas Bustaman. Kampung yang sudah terlanjur terkenal dengan gule kambing ini, unik dan turun temurun melekat dengan kampung padat penduduk.

Pada saat sore hari bapak-bapak mempersiapkan kambing-kambing dari luar kota Semarang yang akan disembelih di gudang pemotongan hewan peninggalan zaman Belanda dan berada di dalam Kampung Bustaman.

Sebagian dari mereka, adalah pedagang daging kambing sekaligus pembeli. Tetangga sekaligus keluarga. Sebuah jalinan yang jarang ditemui di kampung- kampung, terutama di tengah arus modernisasi saat ini. 

Tradusi unik arak-arakan pengantin sunat, saat keliling kampung juga masih dilestarikan warga. Tengok Bustaman IV merupakan kelanjutan dari agenda dua tahunan. Tengok Bustaman I sampai III sejak tahun 2013. 

Ada banyak karya seni peninggalan yang masih terjaga, dan atau dimodifikasi oleh warga kampung di sana- sini. Mulai di dinding- dinding kampung, Wayang Gaga yang tergantung, hingga komik strip yang mampu mengundang penasaran hingga gelak tawa pengunjung. 

Secara lugas, Tengok Bustaman IV merupakan hasil dari kerja keras kolektif komunitas dan warga kampung. Dengan menjunjung kampung Bustaman untuk dunia, mereka mencoba menerjemahkan ulang kontribusi figur Kyai Bustam beserta keturunannya yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hidup dan kehidupan kampung bustaman.

Juga pendayagunaan kembali bekas Rumah Pemotong Hewan dalam wujud galeri seni. Serangkaian acara telah terselengara dengan suka cita. Ritual pengarakan penganten sunat, misalnya, menjelang bulan suci Ramadan, digelar keliling lorong-lorong Kampung Bustaman.

Menjelang Ramadan, warga Kampung Bustaman juga menggelar mandi air dengan lempar-lemparan air warna-warni yang dikemas dalam bungkusan  plastik. Ugl–st

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

507 Perempuan Mengukir Bareng, Pecahkan Rekor Muri

Banyak Makan Kuliner Kekinian Bikin Gemuk