SEMARANG (Jatengdaily.com)- Suasana tradisi kebudayaan yang dikemas dengan proses Islami tampak dalam penyelenggaraan haul (peringatan wafat) ke- 7 tahun, Abah Syeikh Saifullah Anwar Zuhri Rosyid dan Ganti Luwur bertempat di Pondok Pesantren Salafiyah Az-Zuhri, yang berlokasi di Jalan Ketileng Raya, Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Selasa (11/2/2020) malam.
Dari pantauan di lokasi, proses pengatian Luwur (kelambu) ditempatkan di kereta mini. Kemudian diarak dari Dalem Abah Syeikh Saifullah menuju makam.
Selanjutnya, proses penyerahan kelambu oleh Maston kepada putranya Abah Syaiful, Gus Novi dan Gus Lukman, diiringi 15 orang berpakaian Jawa dan membawa hasil bumi berupa palawija, disaksikan ratusan pengunjung yang berdiri khusyuk melantunkan shalawat.
Prosesi juga diwarnai dengan tembang Pangkur dan Dandhang Gulo yang dinyanyikan oleh dua orang perempuan dan laki-laki. Para pejabat setempat dan akademisi juga turut menyesaki ponpes yang berada di Jalan Ketileng Raya 13 tersebut.
Menurut Maston dari Teater Lingkar yang juga memimpin prosesi penyerahan Luwur mengatakan, acara tersebut merupakan haul Abah Syeikh ke 7 bersamaan pengajian Luwur dan tidak ada kegiatan ini di tempat lain.
“Tetapi Abah menggunakan sentuhan budaya melalui arak-arakan yang diiringi dari Dalem Abah menuju Makam Abah. Karena budaya tidak lepas dari agama begitu juga agama tidak lepas dari budaya. Keduanya harus seiring dan sejalan,” kata Maston kepada wartawan.
Adapun makna yang dapat diambil dari prosesi ini Maston menginggatkan, setiap manusia akan meninggal. Maka dari itu, manusia harus berbuat baik, bertutur pula yang baik. “Makna ini yang dapat dia ambil bagi kita yang masih hidup, bahwa dunia ini akan kita tinggalkan,” ujarnya.
Sementara itu Walikota Hendrar Prihadi yang turut hadir secara langsung menyampaikan terimakasih kepada Abah Saifullah.
Menurut Hendi, ada hal yang luar biasa dalam diri beliau adalah sikap yang benar-benar menerima segala kelompok masyarakat. Beliau juga selalu tersenyum dan selalu memberikan kecerahan dan rasa tentram pada santri dan masyarakat.
Maka hal yang dapat dipetik dalam kegiatan ini, Hendi setuju dengan apa yang disampaikan oleh Prie GS. Janganlah kemudian hidup di dunia ini hanya selalu mementingkan pribadi. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial satu dengan yang lain harus berinteraksi.
“Nek ono seng sengit, nek ono seng galak itu lumrah. Jangan sampai kita membalas. Itulah salah satu ajaran dari Abah Saifullah yang selalu saya ingat,” kata Hendi berbahasa Jawa.
Hendi juga mengajak masyarakat yang hadir ajaran inilah yang perlu dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari.
“Yang menarik dalam kegiatan ini, juga untuk membuat kita dekat kepada Allah baik keimanan, ketaqwaan kita. Saya mengucapakan banyak terima kasih begitu banyak kegiatan seperti ini di Kota Semarang. Sehingga Kota Semarang dapat diberkah dari Allah SWT,” ujar Hendi.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Romo Budi, KH Budi Harjono, Prie GS, Rektor Unnes Fathur Rohman, para ulama dan lainnnya. Ody-she
GIPHY App Key not set. Please check settings