Oleh: Mohammad Agung Ridlo
Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk di Kota Semarang, maka aktivitas perekonomian juga semakin meningkat. Pusat-pusat pertumbuhan aktivitas dan permukiman penduduk semakin merebak dan menjalar ke semua arah di Kota Semarang. Bagi para pebisnis merupakan peluang dalam pengembangan usahanya, baik pada sektor industri, jasa dan komersial. Seperti kawasan industri di Tugu, maupun pada koridor jalan di Semarang Selatan – Ungaran sampai ke arah Bawen, berbagai mall seperti mall ciputra, java mall, ADA swalayan, matahari Swalayan dan lainnya.
Dalam pengembangan usahanya, para pebisnis memerlukan media informasi dan promosi, salah satunya melalui papan reklame (billboard dan baliho). Billboard adalah papan reklame yang berukuran besar yang biasanya dipasang lokasi dekat pusat-pusat keramaian dan di tengah atau di pinggir jalan raya. Sedangkan papan reklame yang sedang sering disebut dengan baliho.
Reklame merupakan salah satu sarana daya tarik bagi para pebisnis dalam memperkenalkan, memamerkan dan mempromosikan produk usahanya. Sarana tersebut merupakan salah satu cara efisien dan efektif. Reklame dipasang pada pada tempat-tempat yang strategis, mudah dilihat, memberikan pesan dan kesan pada konsumen yang dituju, dengan harapan konsumen tertarik pada produk yang ditawarkan.
Menurut Kevin Lynch ”Reklame merupakan salah satu elemen perancangan kota yang memberi warna dan penggambaran dinamisasi kehidupan suatu kota” (Lynch, 1984). Perkembangan penyelenggaraan pemasangan reklame akan bertambah cepat sesuai dengan perkembangan suatu kota atau kawasan, terutama di kawasan pusat kota dan kawasan aktivitas penduduk, misalnya seperti kawasan komersial, perbelanjaan, industri, perkantoran dan hiburan serta pada vocal point kawasan permukiman sebagai pangsa pasar.
Merebaknya Reklame
Melihat realita yang ada, tampaknya hampir di seluruh ruas kanan kiri jalan protokol berjubel papan reklame dengan berbagai ukuran, mulai dari ukuran kecil hingga ukuran besar. Tidak sekedar itu, panggung spanduk yang berada di setiap sudut persimpangan jalan menambah kesemrawutan wajah Kota Semarang. Bahkan, ruang publik (public space) pun seperti taman kota turut terampas.
Bisa kita lihat realita yang ada tampak di semua lokasi atau semua kawasan di Kota Semarang yang dipasangi reklame. Ukuran reklamepun tidak tanggung-tanggung. Ada papan reklame yang berukuran cukup besar berkisar 2×6 meter dapat ditemui di perempatan Jl Pahlawan, Jl Diponegoro, tampaknya tinggi papan reklame saling berlomba. Kemudian di kawasan Simpanglima sebagai kawasan pusat bisnis (central business district) terdapat reklame dengan ukuran yang cukup besar berkisar 4×8 meter. Juga di jalan-jalan yang lain seperti di Jl KH Achmad Dahlan, depan Plasa Simpanglima, Jl Achmad Yani, depan Jl Erlangga, depan Telkom Jl Pahlawan, depan gedung Gajah Mada Plasa, dan Jl Pandanaran Serta di depan Gereja Katedral Tugu Muda. Kemudian di kawasan Gombel hingga ke perbatasan Kota Semarang menuju Kabupaten Semarang. Selanjutnya, di Jl Pamularsih, Jl Mgr Soegiyopranoto sampai ke Ngaliyan, penuh dengan reklame dan spanduk.
Saat ini lagi musim hujan deras dan angin kencang. Di beberapa kota terdapat baliho dengan ukuran besar roboh akibat hujan deras dan angin kencang yang melanda. Oleh karena itu beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pemasangan reklame.
Pertama, Model pemasangan reklame berdiri sendiri dengan struktur khusus, maka konstruksi perlu perhitungan dengan matang, tentu berkaitan dengan material yang berkualitas baik agar konstruksinya kuat. Hal ini untuk menghindari terjadinya bencana reklame roboh akibat angin kencang.
Kedua, model pemasangan reklame dengan menggabungkan pada elemen perancangan kota, misalnya di pulau jalan yang menyatu dengan elemen sculpture, menyatu dengan entrance, menyatu dengan elemen pos polisi maupun pada struktur (bangunan) di ruang terbuka lainnya. Hal ini merupakan model pemasangan yang efisiensi pemanfaatan ruang.
Ketiga, informasi yang dimuat dapat berupa iklan dan sponsor maupun peta wilayah lengkap dengan informasi tempat-tempat pelayanan kepentingan umum, petunjuk nomor-nomor penting, serta informasi penting lain yang diperlukan bagi masyarakat atau pengunjung.
Keempat, pemasangan reklame juga perlu memperhatikan keseimbangan antara nilai kepentingan bisnis di satu sisi, namun disisi lain hendaknya juga memperhatikan nilai estetika. Pemilihan lokasi, dimensi/besaran, maupun desain reklame perlu memperhatikan nilai estetika. Dengan kata lain perlu adanya keseimbangan antara isi/muatan reklame, dimensi/besaran yang hendaknya disesuaikan dengan karakteristik fisik lingkungan maupun fasade bangunan, sehingga ada informasi dan keindahan yang dapat dinikmati. Pada gilirannya pesan dan informasi yang diharapkan dari reklame tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Artinya bahwa pemasangan reklame dapat memberikan kesan atau citra yang baik atau bahkan sebaliknya membawa effect negatif. Pemasangan reklame jangan sekedar “profit oriented” saja yang dikejar dan namun nilai estetika juga jangan diabaikan.
Kelima, Hal penting lain adalah pada setiap pembukaan titik reklame strategis hendaknya diumumkan ke publik secara terbuka. Dengan cara itu maka para pengusaha reklame bisa berkompetisi secara sehat untuk mengelola titik-titik yang dimaksud. Keterbukaan bisa meminimalkan kemungkinan terjadinya monopoli titik reklame oleh pihak tertentu.
Oleh karena itu, maka pemerintah Kota Semarang perlu mengevaluasi penataan reklame, tidak sekedar bisnis atau profit oriented untuk mendapat pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) saja, namun juga harus dilihat dari sisi seni dan keindahan.
Dr. Ir. Mohammad Agung Ridlo, MT, Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PLANOLOGI) – Fakultas Teknik – UNISSULA.Jatengdaily.–st
GIPHY App Key not set. Please check settings