Darurat Kesenian Tradisional, Pemerintah Harus Lebih Memperhatikan
PEMALANG (Jatengdaily.com) – Kehidupan kesenian tradisional di Pemalang terus mengalami kemunduran. Pemerintah agaknya kurang memperhatikan kelestarian kesenian daerah dengan kebijakan yang inkonsistensi serta program yang tidak kontinu, sehingga muncul darurat kesenian tradisional.
Hal ini ditegaskan Wakil Ketua DPRD Jateng H Sukirman, SS pada kesempatan Dialog Parlemen dan Media Tradisional (Metra), pada Minggu siang (25/9/2022) di Paduraksa, Kabupaten Pemalang.

Wakil Ketua DPRD Jateng, H Sukirman pada dialog nguri-uri kesenian tradisional. Foto:dok
Politisi dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa ini menambahkan, perda pemberdayaan kesenian tradisional perlu dimunculkan sehingga anggaran untuk menghidupi kesenian daerah ini terjamin. Kegiatan ini selain menggelar dialog budaya juga menampilkan pagelaran tari Kuntulan dan Sintren yang diselenggarakan dari siang hingga malam hari dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar.
Sementara itu Andy Rustono sebagai Ketua Dewan Kesenian Pemalang menyatakan bahwa Kuntulan di Paduraksa hanya digerakkan oleh segelintir orang. Anak muda tidak tertarik untuk terlibat sebagai pelaku seni Kuntulan. Kondisi tersebut sama dengan Sintren yang pada tahun 2000-an ada 15 grup di tiap desa, namun sekarang menyusut hanya ada beberapa desa yang punya.
Pelaku seni tradisional tengah pentas pada dialog nguri-uri kesenian tradisional bersama DPRD Jateng. Foto:dok
“Kondisi ini karena kurangnya perhatian pemerintah. Selain itu beberapa hal juga menjadi kendala seperti pada Sintren, penari harus perawan, durasi harus 40 hari, ini sudah seharusnya disesuaikan dengan kondisi sekarang. Durasi harus dikurangi agar bisa menjadi tontonan alternatif”, imbuh Andy. Namun demikian Andy tetap optimis dalam menggerakkan kehidupan seni tradisional agar tetap lestari. Salah satu langkah yang penting adalah mengenalkannya pada generasi muda. st