in

Kematian Nasihat Kehidupan

Oleh : Nur Khoirin YD

KEMATIAN  adalah haq, benar, dan pasti terjadi. Kematian adalah kebenaran yang dibenci oleh naluri manusia. Tetapi manusia tidak bisa menghindar. Semua makhluk yang bernyawa pasti akan mati. Kematian adalah sunnatullah yang pasti terjadi. Firman Allah :
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiya: 35)

Kematian akan datang menjemput setiap orang, orang tua, remaja, bahkan anak-anak, orang berada maupun orang tidak punya, orang alim maupun orang awam, orang taat maupun ahli maksiat. Semuanya akan menghadapi kematian. Tidak ada kekuatan yang mampu menghadang. Tidak ada kekuasaan yang mampu menolak atau menunda taqdir kematian. Karena kematian adalah kekuasaan mutlak Sang Pemilik kehidupan Allah swt.

Seandainya ada orang yang mampu menghindar dari kamatian, tentu para nabi dan rasul lah yang diberikan hak spesial itu. Karena mereka lah yang hubunganhya sangat dekat dengan Dzat yang memberi hidup. Tetapi justri kepada Nabi Muhammad saw kekasihNya, Allah swt berfirman :
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). [Az Zumar:30].

Bahkan Rasulullah saw, diwafatkan dalam usia yang belum begitu tua, 63 tahun, lebih pendek dari usia harapan hidup orang sekarang, yang bisa mencapai 80 tahun.
Setiap mendengar berita kematian, maka kita harus mengambil pelajaran, agar sisa hidup kita menjadi lebih baik dan terarah. Kematian adalah nasihat kehidupan, Rasulullah saw bersabda :
كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا، وَكَفَى بِالْيَقِينِ غِنًى، وَكَفَى بِالْعِبَادَةِ شُغُلًا

Cukuplah kematian sebagai nasehat, keyakinan (kepada Allah) sebagai kekayaan, dan ibadah sebagai kesibukan.[Diriwayatkan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (10556) dari ‘Ammar bin Yasar secara marfu’

Kita sering membaca atau mendengar ada prediksi dan indikasi tentang tanda-tanda kematian. Misalnya 100 hari, 40 hari, 7 hari sebelum terjadi kemetian, diwaktu ashar, dan sebagainya. Seseorang akan mengalami ciri-ciri tertentu, seperti matanya redup, telinganya layu, hidungnya masuk, kakinya kaku, dan sebagainya. Ini hanyalah hasil renungan para sufi yang tidak semua orang mengetahui.

Tidak ada dalam Al Qur’an maupun Hadits Nabi yang menginformasikan kabar-kabar kematian yang pasti. Jika kita menemukan tulisan atau informasi tentang ciri-ciri menjelang kematian, maka ini bisa dijadikan bahan introspeksi, tetapi tidak perlu diyakini. Karena, sekali lagi, kematian adalah rahasia Allah yang pasti terjadi. Tetapi kapan, dimana, dan dengan cara apa, tidak ada seoangpun yang tahu. Allah swt berfirman dalam QS. Luqman 34 :
وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman: 34)

Dalam ayat yang lain disebutkan :
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [An Nisa’:78].

Kisah Nabi Yakub as yang berteman baik dengan Izrail pencabut nyawa. Yakub meminta kepada Izrail, sebagai bukti kesetiakawanan, “Tolong saya diberi tahu kapan saya akan mati, agar saya bisa mempersiapkan diri dengan baik”. “Oke, siap kawan”. Jawab Izrail mengiyakan. Suatu ketika Yakub sakit, karena usianya yang sudah tua, Nabi Yusuf as, anaknya yang pailing disayangi berkata : “Ayahku, sekiranya ada wasiat-wasiat yang harus kami laksanakan setelah ayah wafat”. Ketika itu Yakub menjawab dengan setelah marah. “Saya belum akan mati. Karena kawanku Izrail sudah berjanji akan memberitahuku jika saya akan dipanggil. Sampai sekarang ini belum ada kabar itu”.

Dalam waktu yang tidak begitu lama, Izrail dating. Segeralah Yakub bertanya, “kapan waktu kematianku kawan?”. Izrail menjawab dengan tegas. “Sekarang ini kawanku!!”. “Ooh tidak bisa. Kamu sudah berjanji akan mengabarkan sebelum waktu kematianku. Tolonglah kawan, jangan sekarang. Saya belum siap”. Malaikat pencabut nyawa itu tidak mau kompromi dan kemudian menjelaskan, “Kawanku, bukankah kabar kematian itu sudah datang berkali-kali kepadamu?

Rambutmu yang dulu hitam, sekarang memutih, bukankah ini kabar kematian? Badanmu yang dulu kuat dan kekar, sekarang ini kurus, lemah dan sakit-sakitan, bukankhn ini kabar kematian? Matamu yang rabun, telingamu yang budeg, gigimu yang ompong, kulitmu yang keriput, jalanmu yang membungkuk dengan tongkatmu di tangan, bukankah ini semua kabar kematian kawan?. Nabi Yakub terdiam, tidak bisa berkata-kata. Saat itu pula Izrail mencabut nyawanya.

Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah ini? Seorang Nabi dan Rasulpun tidak diberitahu kapan ia mati. Apalagi kita manusia biasa. Kamatian adalah rahasia Allah swt. Inilah cara Allah menampakkan kekuasaannya yang tidak dimiliki oleh makhluknya. Agar kita tetap merasa kecil di hadapan Allah yang Besar. Agar kita tetap bersyukur atas limpahan nikmat yang tidak terukur.

Tetapi ada hikmah yang besar. Seandainya perihal kematian itu diberitahukan secara pasti, kapan dan dimana, maka saat-saat menjelang kematian akan menjadi momen yang sangat mencekam dan kesedihan yang tidak terbayangkan. Harus dibentuk panitia kematian, upacara perpisahan yang penuh dengan duka dan air mata. Kita bisa membayangkan, terpidana mati yang akan dieksekusi, mendengar berita kematian adalah kematian sebelum kematian yang sebenarnya.

Kematian satu orang bisa menyebabkan dunia terguncang. Dia yang gembong narkoba perusak moral, orang sudah melupakan. Orang jatuh iba dan kasihan. Kematian yang datang tiba-tiba, mungkin mengagetkan keluarga dan orang-orang terdekat. Sedih dan kehilangan pasti dirasakan. Tetapi lambat laun akan berangsur hilang, dan kehidupan akan kembali normal berjalan.

Yang terpenting adalah, kita selalu ingat kematian agar menjadi kendali hidup dan kebebasan. Kita camkan dalam diri kita setiap waktu, bahwa kematian akan datang menjemput mengakhiri kehidupan, tetapi adalah awal dari pertanggungjawaban. Marilah kita persiapkan diri dengan bekal taqwa, amal soleh dan ibadah, sehingga kita mati dalam keadaan iman dan Islam. Semoga Allah swt memberikan kita umur panjang, sehah wal afiyah, diberikan kekuatan iman dan Islam yang istiqamah, syakaratul maut yang mudah, dan mati dalam keadaan khusnul khatimah.

Disampaikan pada khutbah Jumat 2 September 2022, di Masjid Al Muqarrabin Perum Permatapuri Ngalian Semarang.

DR. H. Nur Khoirin YD., MAg, Ketua BP4 Propinsi Jawa Tengah/ Sekretaris Bidang Humas dan Kerjasama PP MAJT/Anggota Komisi Hukum dan HAM MUI Jawa Tengah/Devisi Litbang Badan Wakaf Indonesia Jawa Tengah/Ketua Remaja dan Kaderisasi Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo/Advokat/Mediator/Arbiter Basyarnas. Tinggal di Tambakaji H-40 RT 08 RW I Ngaliyan Kota Semarang.Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

Label Proaktif Garcep Ganti Personel Trio Macan

Sumbar Talenta Tampil di Tong Tong Fair 2022 Belanda