Oleh: Gus Anies Maftuhin
USAI sudah riuhnya perbincangan soal perbedaan awal Ramadan 2022. Hari ini, setiap muslim yang bertakwa dan memenuhi syarat berpuasa pasti menjalankan salah satu dari lima rukun Islam ini.
Tak hanya puasa, pada bulan yang dirindukan oleh setiap muslim ini juga terhampar aneka rupa pilihan ibadah Sunnah yang menawarkan banyak berkah, pahala dan ampunan dari Sang Maha Kaya.
Sudahkah kita membuat rencana dan target ibadah apa saja yang akan kita perbuat untuk melalui bulan yang istimewa ini? Bila sudah, maka sepatutnya bila semua rencana itu kita ikat dalam buhulan niat dan tekad bulat untuk menjalankannya.
Godaan dan halangan pasti ada. Namun, karena ini adalah bulan tempat kita belajar untuk menempa diri dan berperang melawan nafsu, tak salah pula bila kita yakinkan diri untuk mempertahankan buhulan itu agar tak lepas ikatannya.
Setidaknya itulah yang memang seharusnya kita lakukan untuk berlatih menjadi hamba yang sebenar benarnya. Yakni, berupaya sekuat tenaga memperbanyak ibadah dan amal shaleh di bulan penuh Rahmat dan maghfirah ini.
Namun waspadalah: jangan sampai kita hanya mendapatkan formalitas dan kesemuan dalam ibadah : banyak ibadah, tapi nol nilainya karena melupakan aturannya, alias hanya mengejar kuantitas.
Contoh: mengejar rakaat banyak dan cepat selesai, tapi mengorbankan syarat dan rukun shalatnya. Yakni, tanpa tumakninah dan dengan fatehah yang tak sesuai kaedah tajwid dan lainnya. Perlu diingat, Ibnu Athaillah dalam kitab Al Hikam pernah dawuh :
“Seyogyanya perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada terlaksananya shalat. Ketahuilah, tidak semua orang yang shalat dapat menyempurnakan shalatnya”
Pun demikian halnya dengan pelaksanaan ibadah ibadah lainnya. Setiap ibadah pasti punya syarat, rukun dan Sunnah Sunnah yang ditawarkannya. Singkat bicara, memiliki semangat beribadah saja masih belum cukup jika tidak disertai ilmu dan pemahaman yang matang agar bisa sah dan diterima. Baik itu untuk ibadah utama kita, yakni shalat maupun ibadah lainnya di luar shalat.
Karenanya, marilah bulan Ramadhan ini kita berlomba lomba untuk menjadi hamba yang terbaik nilainya, yaitu yang banyak ibadahnya dan banyak pula pahalanya karena benar serta baik cara mengerjakannya. Yang demikian itu tak lain adalah makna dari beribadah lillah (hanya semata mata mengharap ridhaNya. Selamat berpuasa.
*Gus Anies Maftuhin, Pengasuh Ponpes Wali (Wakaf Literasi Islam Indonesia) Salatiga. Jatengdaily.com-st