SEMARANG (Jatengdaily.com) – Jumlah vaksin penangkal Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk Jawa Tengah masih sangat terbatas. Untuk itu, sementara ini diprioritaskan hewan ternak sehat yang berada di pusat pembibitan dan sentra sapi perah.
Pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah hingga kini mendapatkan 1.500 dosis vaksin penangkal PMK. Ribuan dosis vaksin itu dialokasikan, kemudian didistribusikan ke kabupaten/kota.
“1.500 unit itu kan terbatas, ada perintah dari pusat (Kementan) yang terpenting dari tempat balai pembibitan dan sapi perah. Jumlah itu terbatas tentu belum cukup, namun harus segera diaplikasikan, sambil jalan. Ini baru kita alokasikan, paling tidak besok kabupaten terpilih kita suruh ambil, karena tidak semuanya,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jateng, Agus Wariyanto, Selasa (21/6/2022).
Awal vaksinasi dijadwalkan pada Kamis (23/6). Vaksin tersebut dilakukan ini merupakan tahap vaksin darurat. Nantinya, pada akhir Agustus, vaksinasi massal akan digenjot. “Mungkin bisa lebih cepat kita wanti-wanti segera-segera, karena ini kan untuk pencegahan,” ungkapnya.
Alasan pemilihan target vaksinasi sudah melalui kajian. Untuk sapi perah menjadi prioritas, karena PMK sangat berpengaruh pada produksi susu. Sementara, untuk sapi potong, sapi lokal atau peranakan ongole (PO), juga kerbau cenderung lebih kuat.
Adapun, vaksinasi PMK diprioritaskan bagi daerah yang mempunyai populasi sapi perah tinggi atau sentra. Total jumlah populasi sapi perah di Jateng mencapai 141.395 ekor. Daerah dengan populasi sapi perah tinggi di antaranya, Boyolali, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga dan Klaten.
Sedangkan, untuk hewan yang telanjur sakit Agus menyebut harus disehatkan terlebih dahulu. Untuk program vaksinasi massal, Agus mengatakan akan dimulai pada akhir Agustus tahun 2022.
“Nanti akan ada petugas khususnya, di kabupaten juga disiapkan. Kita ada tim supervisi untuk memperkuat, kita hitung, kabupaten siap atau tidak. Vaksinasi PMK harus terprogram dan jangan menumpuk serta harus segera, sambil menunggu vaksin dari pusat,” jelasnya.
Data Disnakkeswan Jateng pada Senin (20/6) ternak yang terduga mengalami gejala PMK sejumlah 23.487 ekor. Sebanyak 300 di antaranya dinyatakan positif PMK, melalui uji medis.
Dari jumlah ternak terduga PMK, sebanyak 20.254 ekor mendapatkan pengobatan. Dari prosedur itu 4.949 ekor dinyatakan membaik, sisa kasus 18.163, ternak dipotong 259 ekor dan mati 116 ekor.
Adapun, total populasi ternak berisiko PMK mencapai 8.286.534 ekor. Itu terdiri dari sapi 2.016.564 ekor, kerbau 58.190 ekor, kambing 3.790.059 ekor, domba 2.333.425, dan babi 88.296 ekor.
Agus menyatakan, Pemprov Jateng gencar melakukan penyehatan bagi ternak terinfeksi virus PMK. Di antaranya dengan penyuntikan vitamin, anti biotik, anti histamin, analgesik dan pengobatan pada luka nampak.
Selain itu, layanan pengobatan juga dilakukan di 16 Balai Veteriner di Jateng. “Pak Gubernur juga lakukan gerakan Jaga Ternak dan Bolo Ternak. Kedua gerakan itu seperti Jogo Tonggo saat Covid-19 dulu. Pemerintah harus hadir, juga dengan semua pihak yang memunyai perhatian baik komunitas hingga perguruan tinggi,” pungkas Agus. adri-yds