SEMARANG (Jatengdaily.com)-Para petani di 35 Kabupaten Kota Jateng, terancam gagal panen lantaran curah hujan yang tinggi, akibat dari fenomena alam La Nina. Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng tengah menggencarkan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP).
“Itu (AUTP) penting bagi petani agar bisa menekan kerugian petani. Termasuk dari ancaman atau dampak La Nina diantaranya risiko banjir, kekeringan, serangan penyakit dan organisme pengganggu tanaman (OPT),” kata Kepala Distanbun Jateng, Supriyanto, Rabu (1/2/2023).
Dia menjelaskan bahwa fenomena La Nina akan berakhir pada Maret 2023. Namun, potensi kekeringan dibanding kondisi normal setelah bulan Maret 2023.
“Prediksi BMKG, La Nina akan berkhir di bulan Maret. Lemungkinan akan terjadi cuaca yang lebih kering nantinya. Jadi, pertani harus lebih waspada terhadap ketersediaan air setelah bulan Maret,” ungkapnya.
Kewaspadaan dilakukan karena untuk memastikan ketersediaan air cukup untuk satu musim. Bila tidak cukup, ia menyarankan petani untuk tak melakukan tanam padi.
“Petani sebenarnya lebih pinter atau titen. Tapi intinya, terhadap perubahan iklim ini, kalau ketersediaan air tak cukup, jangan paksakan tanam padi, tanam lain yang bisa tahan dua bulan lebih, misal jagung. Harus cerdas antisipasi, jangan asal tanam padi pada saat kekeringan, nanti malah teriak kurang air, tapi mereka enggak berhitung,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Distanbun Jateng, mencatat ada sekitar 1.000 hektar lahan pertanian di wilayahnya yang beralih fungsi lahan. Pihaknya pun terus berupaya meningkatkan produktifitas perhektar lahan pertian di wilayahnya guna menjaga kestabilan pangan. adri-she