in ,

Mewarisi Nilai dan Identitas Jokowi-Ma’ruf Amin

Oleh: Aguk Irawan MN

Untuk Pemilu tahun 2024 besok, semua partai politik sudah mulai begerak. Setidaknya muncul tiga figur besar yang menghiasi pemberitaan. Mereka Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Walaupun masa kampanye resmi versi KPU pada 28 November 2023.

Kampanye adalah kegiatan politik oleh organisasi politik maupun calon yang akan bersaing. Mereka akan bersaing untuk mendapatkan dukungan massa pemilih demi merebut kedudukan dalam parlemen. Kegiatan kampanye sangat penting untuk memperkenalkan visi misi calon kepada calon pendukung.

Tiga tokoh besar ini memiliki cara mereka masing-masing. Anies Baswedan “berkampenye”, salah satunya, dengan memberikan pidato kebangsaan di depan relawannya, pada Minggu 21 Mei 20223 di Tennis Indoor Senayan. Ganjar Pranowo bertemu Presiden KSPI di Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2023.

Sementara Prabowo Subianto bersama Cak Imin menghadiri acara Istighosah Nasional di Jombang, yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Tambak Beras, pada 23 Mei 2023. Bahkan, Prabowo mengucapkan terimakasih atas dukungan warga Nahdliyyin kepadanya.

Semua peristiwa kampanye di atas hanya sekelumit saja. Tiga tokoh besar ini tidak akan berhenti untuk terus menunjukkan nilai, identitas, dan progamnya sampai masa kampanye berakhir pada 10 Februari 2024. Mereka akan betul-betul berhenti 3 hari sebelum Pemilu, 14 Februari 2024.

Di dalam berkampanye, nilai dan identitas sama pentingnya di mata publik di samping visi misi dan program kerja yang ditawarkan. Visi misi dan program merupakan gagasan dan praktik yang lahir dari nilai dan identitas. Sebut saja visi misi Capres pada Pemilu 2019 silam.

Kala itu, visi misi pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin adalah Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Visi misi ini mengandung nilai nasionalisme, yang menginginkan negara berdaulat, mandiri sekaligus berkepribadian.

Sebagai lawan politik, visi misi pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno kala itu adalah Indonesia adil, makmur bermartabat, religius, berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian yang kuat di bidang budaya. Nilai yang diusung pun sama, yaitu nasionalisme.

Perbedaannya, pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin tidak secara spesifik menyebutkan identitas religi dalam visi misi mereka. Sedangkan pasangan Prabowo – Sandi menyebutkannya. Hanya saja, sekalipun Jokowi tidak menyebutkan identitas religius, figur Ma’ruf Amin sudah cukup mewakili identitas tersebut.

Selebihnya, dua pesaing pada Pemilu 2019 ini berpijak pada nilai dan identitas yang sama, yaitu kedaulatan negara dan kepribadian bangsa. Jokowi – Ma’ruf menginginkan negara yang berdaulat dan mandiri. Dalam bahasa Prabowo – Sandi, kedaulatan di bidang politik dan ekonomi, sehingga rakyat makmur bermartabat.

Jokowi – Ma’ruf menginginkan negara berkepribadian yang dilandaskan goto royong. Dalam bahasa Prabowo – Sandi, berkepribadian di bidang budaya. Makna gotong royong tiada lain adalah budaya Indonesia itu sendiri. Walaupun pengertian budaya akan lebih luas dibanding gotong royong. Tetapi, gotong royong adalah substansi kebudayaan Nusantara.

Berdasarkan pengalaman kepemimpinan Jokowi – Ma’ruf di periode 2019-2024, negara ini berhasil menjadi negara berdaulat di bidang politik, ekonomi, dan berkepribadian yang kuat di atas nilai-nilai budaya. Di bidang politik, misalnya, Indonesia tampil sebagai pemimpin ASEAN, yang memiliki daya tawar tinggi di depan Asia, Eropa, dan Amerika.

Di bidang ekonomi, menurut ekonomi senior Faisal Basri, di era Jokowi ini ekonomi mampu menanjak dan investasi meningkat. Walaupun investasi masih bersifat fisik belum teknologi. Tetapi, kemarin misalnya, Jokowi telah menandatangani perjanjian kerjasama Indonesia-Iran untuk transfer teknologi dan ilmu pengetahuan.

Di bidang budaya, gerakan anti kebudayaan lokal pun menyusut. Banyak organisasi yang fundamentalis tenggelam. Sebaliknya, organisasi yang mengusung budaya lokal terus berperan besar. Tingkat gotong royong Indonesia semakin meninggi. Menurut Data BPS sepanjang 2021, ada 70.229 desa/keluarahan di seluruh Indonesia yang sebagian warganya memiliki kebiasaan gotong royong.

Dengan demikian, pada Pemilu 2024 nanti, Indonesia butuh figur pemimpin yang mampu mengkolaborasikan visi misi Pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin dan Prabowo – Sandi pada Pemilu 2019 silam. Dengan kata lain, Indonesia butuh keberlanjutan program yang sudah berjalan dan meningkatkannya menjadi lebih baik.

Prabowo Subianto besar peluangnya untuk menang apabila mampu menggandeng figur seperti Ma’ruf Amin. Figur itu hanya ada pada Muhaimin Iskandar (Cak Imin), yang disebut Panglima Santri dan lahir di tengah komunitas pesantren, juga tidak hanya warga Nahdliyyin, tapi darah biru Nahdliyin.

Visi misi Prabowo pada Pemilu 2019 silam sudah senafas dengan visi misi Jokowi saat itu. Hanya saja, figur cawapres Sandiaga Uno tidak bisa menandingi figur Ma’ruf Amin, yang merupakan tokoh besar santri dan warga Nahdliyyin. Kekalahan Prabowo saat itu sudah masuk di akal.

Di Pemilu 2024 nanti, figur yang memiliki visi misi senafas dengan Jokowi di Pilpres 2019 silam hanyalah Ganjar Pranowo, lebih-lebih berasal dari partai politik yang sama (PDIP). Jika Prabowo face-to-face dengan Ganjar, maka nilai akhir mungkin 50:50. Karenanya, pihak penentu kemenangan adalah figur cawapresnya.

Sebaliknya, jika Prabowo menggandeng Cak Imin sebagai cawapres, maka itu seperi dejavu pasangan Jokowi- Ma’ruf Amin. Jika itu terjadi, maka beban yang sulit akan ditimpakan pada Ganjar Pranowo. Bila Ganjar mewarisi gaya dan visi kepemimpinan ala Jokowi, karena berasal dari partai yang sama, siapa lantas cawapresnya yang sepadan dengan Ma’ruf Amin?

Tidaklah mudah bagi Ganjar Pranowo mencari sosok pengganti Ma’ruf Amin. Mustahil pula Ganjar maju sebagai Capres dengan Anies Baswedan sebagai Cawapresnya. Karena nilai dan identitas Anies tidak sepadan dengan Ma’ruf Amin.

Dengan menjadikan Cak Imin sebagai Cawapres, Prabowo Subianto seperti telah mengunci rapat-rapat peristiwa ideal pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Prabowo bisa melanjutkan visi misi yang pernah diusungnya pada Pemilu 2019 silam, dan Cak Imin pun tinggal melanjutkan visi misi dan program Ma’ruf Amin.

Kekurangan menggandeng Cak Imin sebagai Cawapres Prabowo hanya apabila Ganjar Pranowo menemukan figur Cawapres yang sepadan dengan Ma’ruf Amin dan rasanya ini sangat sulit, karena secara identitas dan nilai itu yang paling dekat hanya dengan figur Cak Imin. Wallahu a’lam bisshawab.
Dr KH Aguk Irawan MN, sastrawan muda, tokoh Agama, dan Dosen Stekom Semarang, tinggal di Yogyakarta. Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

Velline Ratu Ayu Kagumi Atitud Dewi Perssik

Fakultas Psikologi Undip Fokuskan Penguatan Karakter dan Keterlibatan Perempuan Pesisir