in

Ramadan Pun Tiba

Oleh: Gunoto Saparie

RAMADAN, bulan penuh keberkahan itu, telah tiba. Bulan di mana Allah melipatgandakan pahala bagi mereka yang mengerjakan amal salih. Bukan hanya pada ibadah puasa dan salat malamnya, tetapi juga pada segala kebaikan yang kita lakukan. Puasa di bulan Ramadan wajib dilakukan oleh setiap orang yang beriman, dengan dasar semangat untuk menggapai rida Allah, yaitu nilai derajat tertinggi di sisi-Nya: ketakwaan.

Bulan Ramadan pun sering disebut sebagai syahrul qur-an, yaitu bulan awal diturunkannya Quran. Pada bulan Ramadhan ketika Rasulullah Muhammad menyendiri di Gua Hira-yang merupakan tradisi oleh para nenek moyang–Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq. Muhammad, dalam keadaan gemetar, penuh rasa ketakutan, diajari oleh Jibril untuk melafazkan wahyu Allah tersebut.

Bulan Ramadan sering pula dinamai bulan penuh ampunan (syahrun maghfirah). Hal itu karena Allah selalu mengampuni dosa setiap hamba yang senang menyambut datangnya bulan Ramadan dan menjalankan ibadah puasa penuh.
Sabda Nabi Muhammad:
“Barang siapa menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan, maka Allah akan mengampuni dosanya yang akan datang” (H.R. Bukhari Muslim).

Di samping itu, bulan Ramadan pun sering disebut bulan persaudaraan (syahrul ukhuwwah), di mana pada bulan tersebut kaum muslimin diharapkan untuk dapat menjaga persaudaraan. Misalnya, dengan cara memberikan zakat dan bersama-sama melestarikan tradisi salat tarawih berjamaah, bertadarus Quran, serta bersilaturahmi sebagai upaya untuk meraih keberkahan.

Di bulan Ramadan umat Islam juga selalu berlomba-lomba untuk melaksanakan ibadah, sehingga bulan suci ini sering disebut sebagai bulan ibadah (syahrul ibadah). Bulan yang membuka peluang bagi kaum muslimin untuk beribadah sebanyak-banyaknya, karena Allah akan senantiasa melipatgandakan segala pahala dari ibadah hamba-Nya pada bulan Ramadan. Bahkan orang yang membaca Quran akan mendapatkan nilai pahala, bukan hanya pada setiap kalimat atau ayatnya–setiap huruf pun mendapatkan nilai pahala di dalamnya.

Bulan Ramadan pun kerap disebut sebagai bulan jihad (syahrul jihad). Mengapa? Karena menjalankan ibadah puasa berarti mengalami suatu ujian, yaitu menahan lapar dan dahaga serta segala yang membatalkannya, sehingga membutuhkan keseriusan dan kesungguhan. Puasa boleh dibilang merupakan jihad untuk menahan hawa nafsu, menjaga dari lapar dan dahaga mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Selain itu, bulan Ramadan pun dinamakan syahrut tarbiyah: bulan untuk melatih diri kita agar terus belajar berpuasa, beribadah, membaca Quran, berzikir, dan sebagainya.

Begitu banyak kemuliaan diberika Allah pada bulan Ramadan. Nabi Muhammad bersabda, “Sepuluh hari pertama pada bulan Ramadan adalah rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan, dan sepuluh hari ketiga adalah pembebasan dari api neraka”. Selain itu. Rasulullah juga mengatakan,“Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat. (H.R. Bukhari Muslim)
Malam Lailatul Qadar
Pada bulan Ramadaan terdapat satu kemuliaan, di mana di bulan tersebut ada suatu malam yang dianggap lebih mulia daripada seribu bulan; malam itu disebut sebagai lailatul qadar. Pada bulan ini pula pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, sebagaimana sabda Nabi Muhammad:

“Apabila Ramadan datang maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” (H.R. Bukhari).
Pada bulan Ramadan pula kita kembali kepada pada fitrah. Di bulan ini kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan totalitas dengan harapan untuk menjadi insan yang bertakwa. Takwa adalah tercapainya segala amal ibadah yang kita lakukan selama Ramadan, baik puasa, tadarus Quran, salat tarawih, maupun segala kebaikan lainnya seperti ibadah dan segala nafilah yang dianjurkan.

Hakikat puasa adalah mengalahkan hawa nafsu. Kalau kita berpuasa tanpa berusaha melawan hawa nafsu, berarti kita belum mengerti apa arti puasa sesungguhnya. Ramadan adalah bulan di mana kita mendapatkan peluang emas untuk meningkatkan amal ibadah. Janganlah di bulan Ramadan kita sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
*Gunoto Saparie adalah Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Orwil Jawa Tengah-Jatengdaily.com-st

What do you think?

Written by Jatengdaily.com

Ramadan Momentum Memperkokoh Nilai-Nilai Persatuan Bangsa

Dukung Kelestarian Sumber Daya Air, CCEP Indonesia Ajak Masyarakat Tanam Pohon dan Buat Biopori