SEMARANG (Jatengdaily.com) – Perasaan haru, bahagia bercampur syukur diungkapkan Adnan Baihaqi, dalam Haflah Nisfussanah Khataman Al-Quran 20 Juz, yang diselenggarakan Pesantren Tahfidz Al-Qur’an MAJT-Baznas Jawa Tengah, Kamis (19/9/2024).
Haflah yang berlangsung di Aula Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), dihadiri oleh Ketua Baznas Jateng, Dr KH Ahmad Darodji, MSi beserta jajarannya, para ketua Baznas kabupaten/ kota se-Jawa Tengah, pimpinan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) serta segenap pengurus Pesantren. Dalam haflah tersebut Adnan Baihaqi, diberi kesempatan menyampaikan testimoni.
Pemuda asal Brebes ini bertutur tentang tekadnya selama 21 bulan menjadi santri. Prestasi yang diraih, kini dia dinyatakan lulus ujian hafalan 20 juz dengan nilai sangat baik dan masuk kategori hafalannya kuat. Seangkatannya juga ada yang lulus hafalan 20 juz dalam tempo sama. Haflah tersebut selain untuk khataman 20 juz, juga untuk 5, 10 dan 15 juz, karena angkatannya tidak sama.
“Saya termasuk angkatan pertama di Pesantren ini, sejak 27 Januari 2023, saat itu posisi hafalan masih nol dan kini saya lulus 20 juz lewat ujian yang ketat. Saya rasanya ingin menangis karena haru, bahagia dan bersyukur. Saya bertekad tahun depan harus khatam 30 juz secara mutqin (hafalannya kuat-red),” ujarnya terbata-bata.
Dia mengaku sangat bersyukur dapat nyantri khataman Qur’an di pesantren ini. Rasanya betah dan semangatnya tinggi dalam menjalani pendidikan. Mengingat, seluruh pengasuh Tahfidz bereputasi hafidz yang mutqin, bahkan levelnya internasional.
“Semua organ menunjukkan kesungguhan dan bahu membahu dalam menggembleng kami,” tuturnya.
Adbab menilai Pesantren Tahfidz Al-Qur’an MAJT-Baznas ini, benar-benar sebagai pesantren istimewa. Di sini, tugas utama santri hanya belajar dan menghafal, yang lain dainggap tidak penting. Belajar yang dijalani, di antaranya, setiap hari wajib mengikuti pengajian kitab kuning yang diasuh para ulama sepuh, berupa kajian-kajian tematik yang diambilkan dari berbagai kitab termasyur.
Kemudian semua santri wajib mengikuti perkuliahan di Universitas Wahid Hasyim Semarang, serta wajib melaksanakan salat rawatib berjemaah 5 waktu.
Sedangkan untuk hafalan, setiap hari dua kali diasuh para musrif yang membimbing hafalan dan wajib setor hafalan kepada para imam MAJT yang semuanya hafidz bereputasi internasional.
Adnan mengaku nyaman selama nyantri di MAJT-Baznas, karena semua tidak mengeluarkan biata kqarena serba beasiswa. Bahkan setiap bulan rutin masih mengantongi living cost Rp 800.000 untuk operasional santri.
Biaya nyantri setiap bulan sebesar Rp 2.000.000, ditanggung oleh Baznas asal santri. Para santri statusnya penugasan dari Baznas daerah. Dari Rp 2.000.000 tersebut, sebesar Rp 800.000 diterima santri sebagai living cost.
Demikian pula semua santri kuliah di Unwahas pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, juga gratis hingga lulus S1. Biaya kuliah 50 persen ditanggung Baznas Provinsi dan 50 persen lagi beasiswa dari Unwahas.
“Maka sepatutnya saya berterima kasih tiada terhingga kepada semua pihak, baik Baznas, MAJT, pengurus Pesantren, juga imam, dan musrif yang menggembleng dan memasilitasi kami sebagai santri maupun mahasiswa dengan serba gratis,” tandas Adnan.
Masih Ada Kuota
Direktur Pesantren Dr KH Muhammad Syaifudin, MA, Alumnus Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir, menjelaskan, jumlah santrinya di Pesantren yang dipimpinnya baru 35 orang.
Sedangkan kapasitas santri mencapai 70 orang, maka Pesantren ini masih menerima calon santri baru, dengan catatan santri yang bersangkutan mendapat penugasan dari Baznas asal daerahnya.
Pesantren yang berdiri sejak Januari 2023 ini, mengarahkan alumnusnya untuk cakap menjadi imam di masjid-masjid agung, di kabupaten kota, serta memiliki wawasan keagamaan dan intelektual yang memadai.
“Para alumnus Pesantren ini juga disiapkan dibekali kemampuan menjawab berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat. Maka selain menghafal, santri juga dibekali pendalaman kitab kuning dan kuliah, agar intelektualitasnya terjaga,” papar Muhammad Syaifudin. St