Oleh : Tri Karjono, BPS Provinsi Jawa Tengah
Pertumbuhan produksi sektor manufaktur Jawa Tengah terutama dari produksi industri skala menengah dan besar dalam beberapa tahun terakhir sejak pandemi tumbuh kurang menggembirakan. Setelah mencatat pertumbuhan Indeks Produksi Industri (IPI) Manufaktur yang meningkat sebesar 5,93 persen di tahun 2021 dibanding tahun saat puncak pandemi terjadi, pada tahun 2022 kembali mengalami penurunan indeks produksi sebesar 6,79 persen.
Berikutnya pada tahun 2023 kembali terjadi hal yang sama dengan tahun 2022 dengan kondisi indeks produksi yang semakin turun sebesar 2,73 persen.
Penurunan indeks produksi ini dipicu oleh beberapa faktor, seperti menurunnya permintaan global, khususnya untuk produk tekstil dan alas kaki, serta melambatnya kinerja perdagangan luar negeri secara umum.
Meskipun terjadi kecenderungan indeks produksi yang semakin menurun, sektor manufaktur Jawa Tengah masih memiliki prospek yang cukup baik untuk tumbuh lebih baik di masa depan.
Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain meningkatnya investasi di sektor manufaktur, diantaranya terjadi pada Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Faktor berikutnya adalah dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang pro-industri, seperti berbagai insentif pajak industri dan kemudahan perizinan usaha.
Sumber daya manusia (SDM) Jawa Tengah juga tersedia dalam jumlah yang cukup besar dan relatif murah serta pasar domestik yang juga besar dan terus mengalami pertumbuhan.
Industri Manufaktur dan Ekonomi Jawa Tengah
Sementara sektor manufaktur sendiri merupakan salah satu sektor penting bahkan terpenting dalam perekonomian Jawa Tengah. Pada tahun 2023, sektor manufaktur memberikan kontribusi sebesar 34,45 persen terhadap PDRB Jawa Tengah, atau setara dengan 577,43 triliun rupiah.
Kontribusi ini menjadikan sektor industri manufaktur bertengger di posisi teratas daftar kontributor PDRB Jawa Tengah. Jauh berada di atas sektor kontributor kedua yaitu sektor pertanian dengan kontribusi yang hanya sebesar 13,61 persen.
Kondisi ini telah berlangsung bertahun-tahun dengan tren yang semakin tinggi setelah terjadinya tranformasi industri dari agraris pada tahun 90-an.
Seringkali angka pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan pada hasil rilis BPS menyatakan bahwa tumbuhnya ekonomi pada periode tertentu dipengaruhi paling besar oleh tumbuhnya nilai tambah industri pengolahan sebagai pengaruh utama.
Seperti di tahun 2023, melambatnya besaran IPI Jawa Tengah juga diiringi dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang di tahun 2022 sebesar 5,24 persen menjadi 4,73 persen di tahun 2023.
Ekonomi Jawa Tengah dan Nasional
Terhadap ekonomi nasional, Jawa Tengah merupakan provinsi dengan besaran ekonomi terbesar ke-empat setelah DK Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada tahun 2023, PDRB Jawa Tengah atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai 1.696,80 triliun rupiah, atau setara dengan 14,49 persen dari total PDB Nasional.
Dengan kata lain, dari setiap 100 rupiah yang dihasilkan oleh perekonomian Indonesia, sebesar 14,5 rupiah diantaranya berasal dari Jawa Tengah. Hampir setara kontribusi ekonomi jumlah dari dua pulau besar yaitu Kalimantan dan Sulawesi.
Kontribusi Jawa Tengah terhadap PDB Nasional ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain adalah besarnya populasi penduduk Jawa Tengah yang merupakan terbesar keempat di Indonesia. Proyeksi hasil Sensus Penduduk 2020, tahun 2023 populasi penduduk Jawa Tengah tercatat sebanyak 37,54 juta orang.
Hal ini menjadikan Jawa Tengah sebagai pasar domestik yang besar bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri di Jawa Tengah.
Kemudian struktur ekonomi yang beragam dengan sektor industri manufaktur, pertanian, dan jasa yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap PDRB. Seperti disampaikan diatas sektor industri manufaktur dominan berada di tempat paing atas, diikuti sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi.
Selanjutnya keberadaan industri besar dan sedang yang cukup banyak seperti industri tekstil, pengolahan tembakau, elektronik, dan makanan minuman menghasilkan produk-produk unggulan di Jawa Tengah. Sebagian hasil industri-industri ini diekspor ke berbagai negara di dunia.
Sumber daya alam yang cukup melimpah menjadi faktor pendorong berikutnya. Sumber daya alam seperti padi, teh, dan tembakau menjadi bahan baku untuk diolah menjadi berbagai produk yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
Kontribusi PDRB Jawa Tengah terhadap PDB Nasional yang signifikan yang mana menunjukkan bahwa Jawa Tengah merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, maka menjaga ekonomi Jawa Tengah untuk tetap tumbuh menjadi sangat penting.
Industri Manufaktur Jawa Tengah dan Ekonomi Nasional
Dari kondisi diatas maka diperlukan perhatian yang cukup terhadap kondisi perkembangan industri manufaktur di Jawa Tengah sebagai penunjang utama tumbuhnya ekonomi regional. Berikutnya dengan tingginya kontribusi ekonomi regional Jawa Tengah terhadap konomi nasional maka kontribusi sektor industri pengolahan akan pula signifikan pengaruhnya terhadap ekonomi nasional.
Disinilah betapa pentingnya upaya mengembalikan tumbuhnya sektor manufaktur Jawa Tengah pada posisi yang lebih baik.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan diversifikasi produk industri manufaktur untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa jenis produk yang unggulan beberapa unggulan saja seperti produk tekstil, alas kaki dan produk tembakau.
Di samping diversifikasi, peningkatan daya saing produk juga tidak kalah penting. Peningkatan daya saing dilakukan melalui peningkatan kualitas, efisiensi, dan inovasi.
Upaya berikutnya adalah dengan mengembangkan infrastruktur penunjang industri, seperti pelabuhan, jalan tol, dan bandara.
Mobilitas bahan baku dan produk perlu diprioritaskan untuk dapat lebih dan semakin mudah dan lancar. Dan tak kalah penting adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor manufaktur melalui pelatihan dan pendidikan vokasi.Jatengdaily.com-St