SEMARANG (Jatengdaily.com) – Pelaku usaha mikro akan menghadapi tantangan di tahun 2025. Terkait hal tersebut, pemerintah harusnya mengubah orientasi dan berpihak kepada pelaku usaha mikro.
Demikian disampaikan Guru Besar FEB Undip FX Sugiyanto pada Seminar UMKM Tantangan dan Peluang UMKM Menghadapi Tahun 2025, Sabtu 14 Desember 2024, di Wisma Perdamaian, Semarang.
Seminar diselenggarakan oleh Vox Point Indonesia DPD Jateng dan DPW Kota Semarang.Pada kesempatan tersebut Sugiyanto menyampaikan bahwa pemerintah perlu melakukan mitigasi kebijakan terkait jumlah usaha mikro yang lebih besar daripada usaha kecil dan menengah.
Mitigasi tersebut meliputi reklasifikasi usaha mikro dan kecil, fokus transformasi dari usaha mikro ke usaha kecil dengan kebijakan yang jelas dan terukur, pengutamaan pendampingan UMK, serta reformasi kebijakan KUR dengan orientasi kepada usaha mikro dan bukan usaha kecil atau menengah.
Dwi Silo Raharjo, Kepala Balatkop Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah selaku keynote speaker menyampaikan program kegiatan strategis UMKM yaitu “Sapa UMKM”, kartu usaha untuk pemberdayaan masyarakat miskin dan rentan, serta kartu usaha produktif untuk penguatan kelas menengah, serta transformasi usaha mikro dari informal ke formal.
“Kami juga melakukan redesign PLUT UMKM dan melibatkan UMKM dalam program makan bergizi gratis”, imbuh Dwi Silo Raharjo.
Sementara itu narasumber lain yaitu Nur Andriansyah sebagai Regional Analystic Head & District Head Gojek menekankan bahwa di era teknologi digital UMKM harus menangkap kesempatan dan peluang yang ditawarkan sehingga kesulitaan yang dialami UMKM menjadi berkurang baik dari segi permodalan, promosi, dan kemudahan yang ditawarkan dalam membuka usaha di marketplace.
“UMKM tidak perlu memikirkan modal untuk membuka warung, restoran,atau toko cukup menjadi mitra marketplace maka warung, restoran, atau toko digital sudah bisa dilakukan,” ungkap Nur Andriansyah.
Hardadi founder Singkong Keju D-9 Salatiga juga memaparkan pengalamannya selaku pelaku usaha kecil dalam berjuang membangun usaha singkong keju.
Hardadi memulai usahanya pada tahun 2009 dengan menggunakan gerobak di lapangan Pancasila Salatiga. Dia menyadari bahwa melakukan usaha tidak bisa langsung besar namun harus sabar merintis dari kecil dengan konsisten dan pantang menyerah.
Pelan pelan usaha Hardadi berkembang hingga kemudian digunakan brand D-9 yang merupakan nomor sel pada waktu Hardadi pernah tersandung kasus narkoba sebelum membuka usaha singkong keju.
“Produksi singkong D-9 membutuhkan kurang lebih 4 hingga 5 ton singkong per hari. Hingga kemudian kami membuat inovasi singkong frozen yang pertama kalinya pada tahun 2012,” ungkap Hardadi. St