SEMARANG (Jatengdaily.com) – Pemikiran para tokoh yang berjuang dan mengharumkan nama Kota Semarang perlu diabadikan dan diperkenalkan kepada masyarakat.
Ini berarti, penulisan buku “Mereka yang Berjuang untuk Semarang” ini tidak hanya berfokus pada biografi, kiprah, dan prestasi mereka, namun juga pada pemikiran dan gagasan mereka yang dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi muda.
Hal itu dikemukakan mantan Pemimpin Redaksi “Suara Merdeka” Gunawan Permadi dalam Peluncuran dan Diskusi Buku “Mereka yang Berjuang untuk Semarang” di Rumah Pohan, Jalan Kepodang 64, Kota Lama, Semarang, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Tampil juga sebagai narasumber Ketua Satupena DKI Jakarta Nia Samsihono, Direktur Rumah Pohan Sylvie Probowati, dan Ketua Seksi Literasi Kebudayaan Satupena Jawa Tengah Johanes Christiono.
Dalam diskusi yang dipandu Pemimpin Redaksi “Suarabaru.id” Widiyartono, Gunawan memuji dan mengapresiasi penerbitan buku cetak yang dilakukan oleh Satupena Jawa Tengah, Satupena DKI Jakarta, dan Rumah Pohan tersebut.
Di era digital seperti sekarang ini ternyata masih ada orang atau lembaga melakukan penerbitan buku dalam bentuk fisik.
Nia Samsihono yang menjadi editor buku ini bersama Sylvie Probowati Johanes Christiono mengatakan, awal mula penerbitan buku ini ketika Sylvie yang memiliki banyak dokumentasi koran dan buku langka ingin mengadakan pameran.
Sebagai sahabat sesama alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Sylvie menginginkan adanya kegiatan untuk mengisi atau meramaikan pameran koran-koran langka tersebut.
“Saya pun melakukan koordinasi dengan Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie. Muncullah ide penerbitan buku Mereka yang Berjuang untuk Semarang ini.
Buku yang berisi profil para tokoh yang berkiprah, berjuang, mengharumkan, dan memiliki peran penting untuk memajukan Semarang. Baik yang masih hidup maupun telah meninggal,” ujarnya.
Nia menuturkan, dewasa ini generasi muda merasa kesulitan dalam mencari informasi mengenai tokoh-tokoh yang pernah berkiprah dan mengharumkan nama Semarang. Ketiadaan informasi atau tidak adanya panduan tentang tokoh-tokoh Semarang patut diisi.
Ia mengaku, sering bertemu orang yang bertanya dan mengaku tersesat dalam mencari informasi tentang para tokoh Semarang. Hal itu bisa dihindari, jika masyarakat memiliki informasi lengkap direktori para tokoh tersebut.
Penerbitan buku ini, demikian mantan pejabat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ini, bertujuan mempermudah pengguna informasi dalam mencari hal-hal yang berkaitan dengan para tokoh Semarang.
Selain itu, mereka akan mendapatkan sesuatu dan inspirasi yang patut diteladani. Karena biodata para tokoh ini layak menjadi panutan.
Dalam kegiatan yang dibuka oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Jawa Tengah yang diwakili Kepala Layanan Perpustakaan Listyati Purnama Rusdiana ini, Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie mengucapkan terima kasih kepada para narasumber dan penulis yang hadir berpartisipasi dalam kegiatan Peluncuran dan Diskusi Buku “Mereka yang Berjuang untuk Semarang”.
Tentu saja buku ini masih banyak kekurangan, karena masih banyak tokoh yang belum termuat. Karena itu buku ini akan dilanjutkan dengan penerbitan seri berikutnya.
Seusai peluncuran dan diskusi buku tersebut diadakan Lokakarya Penciptaan Puisi dan Lagu Melalui Asistensi AI dengan narasumber Nia Samsihono, Sekretaris Satupena DKI Jakarta Dwi Sutarjantono, dan creator digital Heni Andajani. Pelatihan ini bertujuan untuk memotivasi para penulis untuk bisa menulis puisi dan lagu melalui bantuan kecerdasan buatan.
Satupena Jawa Tengah dalam rangka pameran koran langka ini juga mengadakan kegiatan Peluncuran dan Diskusi Buku Antologi Puisi “Ning Nong Ning Gung Gong—Mantra sang Pendamba”, Minggu, 11 Agustus 2024.
Dalam diskusi buku ini tampil sebagai narasumber Ketua Satupena Kabupaten Semarang Tirta Nursari, Mandataris Satupena Kabupaten Grobogan Budi Utomo, dan Wakil Ketua Satupena Kota Semarang Maya Dewi.St