SEMARANG (Jatengdaily.com) – Sabtu pagi, udara Semarang masih terasa sejuk ketika ribuan orang mulai berdatangan ke halaman Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jawa Tengah.
Senyum dan sapaan hangat saling bertukar, dari anak-anak muda hingga para sesepuh. Mereka berkumpul bukan hanya untuk berolahraga, tetapi untuk merajut kebersamaan dalam kegiatan Jalan Sehat Kerukunan, Sabtu, 16 Agustus 2025.
Tak kurang dari 1.200 peserta dengan antusias mengikuti rute sejauh 3,5 kilometer, menyusuri Jalan Sultan Agung, Jalan Dr. Wahidin, hingga kembali finish di kantor Kanwil.
Dari kejauhan, terlihat barisan yang panjang, dengan semangat yang sama: melangkah bersama tanpa membedakan latar belakang.
Sebelum bendera start dikibarkan, suasana menjadi hening penuh khidmat. Enam tokoh agama naik ke panggung, bergantian memimpin doa sesuai keyakinan masing-masing.
Para tokoh agama Dr. KH. Multazam Ahmad dari Islam, Pdt. Dr. Henoch Edi Haryanto, M.Th dari Kristen, Suster Krista Yulina, MA dari Katolik, Pinandita I Dewa Made Artayasa dari Hindu, Romo Tanto Soegito Harsono dari Buddha, dan Daocin Dwiyanto Putra Sudrajat dari Khonghucu.
Doa yang berbeda-beda itu justru menyatu dalam satu maksud, memohon keselamatan, keberkahan, dan kerukunan.
“Kerukunan adalah nafas kebersamaan kita. Melalui jalan sehat ini, kita ingin menunjukkan bahwa kebersamaan bukan hanya wacana, tetapi bisa kita jalani bersama-sama, setapak demi setapak,” ujar Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah H Saiful Mujab dalam sambutannya sebelum melepas peserta jalan sehat.
Ia juga menekankan pentingnya generasi muda dalam merawat kerukunan. Hal itu diwujudkan melalui pelantikan kader Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Muda di sela acara.
Menurutnya, kehadiran FKUB Muda akan menjadi jembatan lapis kedua, yang menguatkan upaya merawat persaudaraan lintas iman di Jawa Tengah.
Setelah garis finish dilewati, suasana semakin meriah. Aula Majeng Kanwil dipenuhi tawa peserta yang larut dalam kemeriahan bazar dan pengundian door prize di halaman kantor Kemenag.
Ada yang bersorak kegirangan ketika namanya disebut, ada pula yang sekadar menikmati kebersamaan sambil menyeruput minuman segar di stan bazar.
Bagi sebagian peserta, hadiah atau bazar hanyalah bonus. Yang lebih penting adalah rasa persaudaraan yang tumbuh di tengah keberagaman.
“Saya senang sekali ikut. Rasanya benar-benar hangat, berjalan bersama teman-teman dari latar belakang berbeda. Semoga acara seperti ini terus ada,” ujar salah satu peserta.
Jalan sehat pagi itu bukan sekadar olahraga ringan. Ia menjadi simbol perjalanan panjang merawat kerukunan. Bahwa di tengah warna-warni perbedaan, langkah-langkah kecil yang dijalani bersama bisa menjadi jejak besar untuk perdamaian di bumi Jawa Tengah.St