Oleh: Mohammad Agung Ridlo
Sektor pertanian di Indonesia menghadapi berbagai permasalahan yang signifikan, yang berdampak pada kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.
Banyak petani hidup dalam garis kemiskinan meskipun bekerja keras di lahan mereka. Ini menjadi tantangan besar dalam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Pada Maret 2023, total penduduk miskin di Indonesia tercatat sebanyak 25,9 juta orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 39,92% atau 10,34 juta jiwa adalah anggota rumah tangga pertanian (RTP) dan 13,39% atau 3,6 juta orang merupakan buruh tani. (Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik 2023).
Selain itu, jumlah petani gurem (petani yang mengelola lahan kurang dari 0,5 hektar) meningkat dari 14,25 juta rumah tangga pada tahun 2013 menjadi 16,89 juta pada tahun 2023. Proporsi rumah tangga petani gurem juga meningkat dari 55,33% menjadi 60,84% dalam periode yang sama.
Terkait dengan berbagai permasalahan di sektor pertanian, yang berdampak pada kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional, maka perlu diperhatikan beberapa usulan dibawah ini untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sektor pertanian.
Pertama, Rendahnya nilai tambah produk pertanian di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Banyak petani masih menjual hasil pertanian mereka dalam bentuk mentah, yang mengakibatkan hilangnya potensi keuntungan dari pengolahan lebih lanjut.
Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan pemahaman tentang pentingnya nilai tambah dalam produk pertanian. selain itu, keterbatasan dalam diversifikasi produk juga menjadi masalah. Petani sering kali bergantung pada satu atau dua jenis komoditas, sehingga mereka menjadi rentan terhadap fluktuasi pasar.
Ketergantungan ini dapat mengancam keberlanjutan pendapatan petani, terutama ketika harga komoditas tersebut mengalami penurunan. Untuk mengatasi masalah ini, diversifikasi produk dapat menjadi solusi yang efektif.
Dengan mengembangkan berbagai produk dari hasil pertanian mereka, petani tidak hanya dapat mengurangi risiko tetapi juga meningkatkan stabilitas pendapatan.
Mengolah hasil pertanian menjadi produk turunan dengan nilai jual yang lebih tinggi adalah langkah strategis yang dapat diambil. Contohnya, kedelai dapat diolah menjadi tahu atau tempe, buah-buahan bisa dijadikan jus atau selai, dan padi dapat diproses menjadi beras berkualitas tinggi serta produk olahan lainnya seperti tepung beras dan kerupuk.
Melalui langkah-langkah ini, petani tidak hanya meningkatkan niai tambah tetapi juga memperkuat posisi mereka di pasar.
Kedua, Persaingan pasar yang ketat, ditambah dengan meningkatnya produk impor dan kompetisi global, membuat produk pertanian lokal sering kali kesulitan untuk bersaing, terutama dalam hal kualitas dan harga.
Selain itu, Harga hasil panen yang tidak stabil menjadi tantangan besar bagi petani, karena fluktuasi harga yang signifikan membuat pendapatan mereka sulit diprediksi dan berisiko.
Ketidakstabilan harga ini menambah beban finansial bagi petani, yang berusaha merencanakan masa depan mereka dengan lebih baik. Untuk mengatasi masalah ini, penciptaan rantai nilai yang terintegrasi sangat penting.
Dengan mengembangkan kolaborasi antara petani, penggilingan, distributor, dan pengecer, kita dapat memastikan bahwa petani mendapatkan bagian yang adil dari nilai tambah produk akhir.
Hal ini tidak hanya meningkatkan daya saing produk lokal, tetapi juga mendorong perlunya strategi pemasaran yang lebih baik agar produk lokal dapat diterima di pasar. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kesejahteraan petani dapat meningkat secara keseluruhan.
Melalui kolaborasi yang efektif dan strategi pemasaran yang tepat, produk pertanian local tidak hanya akan mampu bersaing di pasar domestic tetapi juga memiliki potensi untuk menembus pasar global.
Ketiga, Akses terhadap teknologi modern sangat krusial dalam meningkatkan produktivitas pertanian, terutama di wilayah perdesaan. Sayangnya, kurangnya akses ini menjadi salah satu tantangan utama bagi petani, yang sering kali tidak memiliki kesempatan untuk memanfaatkan inovasi terbaru yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi mereka.
Penyediaan pelatihan dan akses terhadap teknologi modern bukan hanya penting, tetapi juga mendesak untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara keseluruhan.
Dengan mengadopsi teknologi canggih dalam berbagai tahap proses pertanian, mulai dari penanaman, pengendalian hama secara alami, penggunaan bibit unggul, hingga pemupukan yang tepat, petani dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk mereka.
Teknologi seperti mesin pemanen otomatis dan sistem pengolahan pascapanen memungkinkan petani untuk mempercepat proses kerja dan meningkatkan efisiensi. Dengan demikian, peningkatan akses terhadap teknologi tidak hanya berkontribusi pada produktivitas pertanian, tetapi juga secara signifikan meningkatkan kualitas hasil pertanian. melalui langkah-langkah ini, diharapkan petani dapat lebih mudah bersaing di pasar dan mencapai kesejahteraan lebih baik.
Keempat, Dukungan Kebijakan Pemerintah untuk Pertanian Bekelanjutan. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung petani melalui kebijakan yang memberikan insentif dan dukungan teknis, guna mendorong adopsi praktik pertanian berkelanjutan dan inovatif.
Dengan membuka dan peluang kemitraan antara petani dengan sektor swasta, pemerintah berupaya memperluas akses pasar serta meningkatkan investasi dan dukungan finansial dalam infrastruktur pertanian.
Langkah ini diharapkan dapat menjadikan sektor pertanian lebih kompetitif dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan pengakuan produk pertanian di pasar. Dengan demikian, kesejahteraan petani dapat terangkat dan ketahanan pangan nasional pun dapat terjamin.
Catatan Akhir
Kondisi kemiskinan di kalangan petani Indonesia tetap menjadi masalah serius meskipun sektor pertanian merupakan salah satu pilar ekonomi negara.
Dengan jumlah petani gurem yang terus meningkat dan proporsi besar rumah tangga miskin yang bergantung pada pertanian, upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka harus menjadi prioritas bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.
Diharapkan kita dapat mengatasi berbagai permasalahan dalam sektor pertanian dengan menciptakan ekosistem pertanian yang lebih resilient dan produktif. Hal ini akan memungkinkan Indonesia untuk bersaing di pasar lokal maupun global.
Selain itu, upaya ini juga diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, kita dapat mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi petani dan sektor pertanian Indonesia secara keseluruhan.
Dr. Ir. Mohammad Agung Ridlo, M.T.
Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) Fakultas Teknik Unissula Semarang.
Sekretaris I Bidang Penataan Kota, Pemberdayaan Masyarakat Urban, Pengembangan Potensi Daerah, dan Pemanfaatan SDA, ICMI Orwil Jawa Tengah.
Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah.Jatengdaily.com-St