in

17 Museum Nasional Meriahkan Festival Ranggawarsita 2019

Pengunjung luar negeri melihat pameran dalam pagelaran festival Museum Ranggawarsita "Diversity For Unity" di Museum Ranggawarsita. Foto: Ody

SEMARANG (Jatengdaily.com)– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Museum Jawa Tengah kembali menggelar Festival Ranggawarsita 2019 dengan tema Pemaran Bersama “Diversity for Unity” bertempat di Museum Ranggawarsita Jawa Tengah, Kamis-Senin (18-22/7/2019).

Pameran yang sekaligus memperingati HUT Museum Ranggawarsita Jateng ke 30 ini didukung kurang lebih 17 musuem yang ada di Indonesia. Diantaranya, Museum Penerangan Jakarta Museum BPK RI, Museum Monomuen Pers Nasional, Museum Batik Pekalongan, Museum Radya Pustaka, Museum Kretek Kudus, Museum Pati Ayam, Museum Jenang Kudus, Museum Negeri Provinsi NTB, Museum Negeri Provinsi Kaltim, Museum Negeri Kalsel, Museum Vulkanologi Ketep Pass, BPSMP Sanggiran dan lainnya.

Pameran ini berlangsung selama lima hari dan dibuka langsung oleh Plt Kepala Musuem Ranggawarsita Jateng Bambang Supriyono, Kamis.

Bambang mengatakan, tema ini mengusung rasa persatuan dan kesatuan di tengah maraknya keberagaman yang ada. Selain itu untuk membangun antar museum yang lebih erat dalam perbedaan.

Selama ini bahwa museum dianggap hanya sebagai tempat atau gedung penyimpanan barang-barang kuno atau meletakkan situs-situs.

“Kita harus merubah image bahwa museum harus dekat pada masyarakat, dekat kepada para siswa sekolah,” ujarnya.

Selain pameran, terdapat lomba-lomba untuk mendukung acara ini. Hal ini supaya selain peserta mengikuti lomba juga bisa mengenal koleksi-koleksi museum. Tapi yang perlu diketahui, bahwa museum menyimpan riwayat peradaban bangsa Indonesia. Misalkan zaman dahulu orang mencari nafkah dimulai dengan bercocok tanam dan mengolah hasil panen.

Kemudian zaman dahulu dalam membuat pakaian harus menanam kapas dan melakukan tenun. Termasuk zaman dahulu dalam bidang sastra, literasi, inspirasi dan argumentasi tak hanya diungkapan melalui lisan tapi juga tulisan.

“Berharap kedepan pameran dan festival budaya dapat berkembang. Minimal bisa menghasilkan benda asli maupun replika, sehingga pengunjung banyak melihat, mengamati, mencari keterangan dan dapat membuat laporan untuk diceritakan kepada orang lain,” ujarnya.

Menurutnya, fungsi museum mengajarkan masyarakat untuk mengamati dan mengagumi. Dengan begitu bisa bercerita banyak tentang situs-situs bersejarah. Masyarakat dikatakan paham terhadap sejarah apabila bisa mengamati dan bercerita tentang sejarah. Ody-she

Written by Jatengdaily.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Fokus Pekan Ini: Pencabutan Hak Politik Taufik Kurniawan

Saldo Jadi Rp 0, Nasabah Bank Mandiri di Tegal Panik dan Protes