SEMARANG (Jatengdaily.com) –Ketua perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Jateng, Pardjuni menyatakan, selama enam bulan terakhir yakni Desember 2018-Juni 2019 harga ayam broiler di tingkat peternak sangat jauh dari harga pokok produksi (HPP). Kondisi ini sangat memprihatinkan dan membuat peternak mergi.
Peternak hanya menikmati harga dikisaran Rp 8.000-Rp 9.000 dari HPP yang berada di angka Rp 18.000 -Rp 19.000.
“Kalau saya hitung dari Jateng saja ya, Jateng-DIY, per ekor sampai dengan 30 Juni itu Rp 4.000 -Rp 4.200. Jadi, selama enam bulan ini jika saya pelihara 100 ribu ekor, berarti saya hilang 2,4 miliar, itu minimal,” ujarnya.
Pardjuni menguraikan, secara total peternak di Jateng mengalami kerugian dengan simulasi 40 juta ekor ayam dikalikan dengan kurun waktu harga selama enam bulan terakhir kemudian dikali kembali dengan kisaran harga di angka Rp 4.000. “Totalnya hampir Rp 1 triliun,” jelas dia.
Ia mengatakan fenomena tersebut memang karena berlebihnya penawaran dari peternak. Sementara, gudang peternak yang minim semakin mempersulit keadaan karena tidak memungkinkan menahan banyaknya pasokan.
“Dari data pun sudah kelihatan. Kenapa kita sampaikan data dari Desember tahun lalu sampai Juni, karena kita merasakan benar-benar, kita minta dipangkas tapi tidak, efeknya ya sangat ekstrim seperti kemarin,” ucapnya. she
GIPHY App Key not set. Please check settings