Pandemi COVID-19 dan Turbulensi Bisnis Perhotelan
Oleh: Ruswitarini
Statistisi BPS Kabupaten Kebumen
PANDEMI COVID-19 berdampak sistemik pada semua sektor perekonomian di Indonesia, salah satunya Jawa Tengah. Perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan III 2020 masih mengalami kontraksi sebesar -3,93 persen (y-on-y).
Lapangan usaha yang terdampak relatif berat adalah penyediaan akomodasi dan makan minum, khususnya bisnis perhotelan. Dampak ini sangat luas, mulai dari hotel yang jarang terisi hingga restoran-restoran yang tutup sementara, atau bahkan tutup permanen.
BPS merilis Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Jawa Tengah periode Oktober 2020 sebesar 35,05 persen. Angka ini mengalami penurunan 13,35 poin dibanding TPK pada bulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 48,40 persen.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Jawa Tengah melalui pintu masuk Bandara Adi Soemarmo dan Ahmad Yani periode Januari – Oktober 2020 tercatat sebanyak 5.385 pengunjung. Kondisi tersebut menunjukkan adanya penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019, yang tercatat sebanyak 20.757 pengunjung (turun 74,06 persen).
Dampak penurunan jumlah wisman memang tidak dapat terelakkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh imbauan pemerintah agar masyarakat tetap tinggal di rumah dan menghindari bepergian atau keluar rumah untuk sesuatu yang tidak mendesak selama pandemi. Selain itu, penurunan jumlah wisman juga disebabkan oleh pembatasan perjalanan, persyaratan ketat dalam menggunakan transportasi umum, dan terus meningkatnya kasus positif COVID-19 membuat banyak orang berpikir dua kali untuk bepergian jauh.
Menghadapi kondisi ini, para pelaku usaha perhotelan harus memutar otak agar bisnisnya tetap terus berjalan. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi. Pada kondisi pandemi, kedekatan bisnis hotel dengan customer hanya dapat dilakukan melalui teknologi. Oleh karena itu, adalah langkah yang tepat jika para pengusaha hotel memutuskan menggunakan media sosial secara kreatif untuk meningkatkan tingkat okupansi.
Pada sisi lain, dukungan pemerintah yang memasukkan perhotelan dalam sektor yang diizinkan untuk tetap beroperasi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga ikut mendorong hotel-hotel beradaptasi dengan memberikan pelayanan terbaik bagi para tamunya. Dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, industri perhotelan berupaya menjamin kesehatan para tamu dan karyawannya.
Tingkat Hunian
Meskipun demikian, kondisi bisnis perhotelan di Jawa Tengah sempat turun drastis pada awal pandemi. BPS mencatat sepanjang tahun 2020, TPK hotel berbintang di Jawa Tengah yang tertinggi tercatat pada Februari sebesar 46,36 persen, sedangkan TPK terendah tercatat pada April sebesar 10,65 persen.
Sementara itu, kebijakan New Normal (perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan protokol kesehatan) di tengah pandemi COVID-19 yang mulai diterapkan pada awal Juni 2020 cukup berpengaruh terhadap perbaikan bisnis perhotelan Jawa Tengah. Hal ini ditandai dengan terus meningkatnya tingkat okupansi hotel berbintang sejak Juni. Peningkatan tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 7,12 poin, diikuti bulan Oktober sebesar 6,92 poin, dan bulan Juni sebesar 6,81 poin.
Untuk saat ini, kunjungan di hotel berbintang mulai menunjukkan tren positif. TPK Oktober tercatat sebesar 35,05 persen, naik 6,92 poin jika dibandingkan dengan TPK September 2020 yang sebesar 28,13 persen. Ditinjau dari jumlah kunjungan wisman ke Jawa Tengah melalui pintu masuk Bandara Adi Soemarmo dan Ahmad Yani pada September 2020 juga mulai menunjukkan peningkatan sebanyak 12 kunjungan, setelah selama pandemi COVID-19 pada periode Mei – Agustus relatif tidak ada wisman yang berkunjung ke Jawa Tengah.
Meskipun Rata-rata Lama Menginap (RLM) seluruh tamu hotel pada bulan Oktober 2020 tercatat sebesar 1,29 malam, mengalami sedikit perubahan dibandingkan RLM September yang tercatat sebesar 1,30 malam.
Kita memahami bahwa sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, khususnya bisnis perhotelan, akan mengalami turbulensi lebih lanjut dengan adanya pandemi COVID-19 yang belum dapat dipastikan kapan berakhirnya. Namun yang pasti, pengusaha bisnis perhotelan harus siap dengan siasat dan terobosan-terobosan baru untuk menghadapi tantangan ini agar tetap berdiri tegap bahkan setelah pandemi ini berlalu. Jatengdaily.com-yds