Harmoni Presidensi G20 untuk Recovery Ekonomi

Oleh Irma Nur Afifah, SST, MSi
Statisti Muda BPS Kabupaten Kendal
MOMEN Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Groupt of Twenty (G20) di Italia pada November lalu telah memberikan semangat kebersamaan membawa kembali pemulihan ekonomi dan stabilitas keuangan internasional. G20 merupakan forum kerja sama multilateral terdiri atas 19 negara utama dan 1 lembaga Uni Eropa (EU) dengan pendapatan pada level moderat dan memiliki pengaruh ekonomi secara sistematik di dunia.
Negara G20 secara kolektif merepresantikan perekonomian dunia sebesar 85 persen, perdagangan internasional 75 persen, investasi global 80 persen dan populasi dunia 60 persen (Diskominfo).
Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa, memiliki rumusan tujuan jelas dan tegas yaitu menciptakan pertumbuhan ekonomi kuat, berkelanjutan dan berimbang dengan peran G20 sebagai premier forum for economic cooperation.
Tantangan global yang terus berkembang dan transformasi informasi yang pesat membuat pembahasan isu strategis G20 tidak terbatas pada sektor ekonomi dan finance track, namun berkembang pula pada isu non-finance/sherpa track. Meski demikian prioritas utama pada kebangkitan ekonomi pasca pandemi yang diharapkan tumbuh optimis pada growth of GDP tidak hanya di level moderat namun pada level tinggi.
Presidensi G20
Fungsi presidensi G20 secara estafet berganti setiap tahun oleh salah satu negara anggota dan Indonesia mendapat kepercayaan memegang presidensi G20 yang sebelumnya dipegang Italia. Presidensi G20 di Indonesia mengusung tema “recover together, recover stronger” bermakna pulih bersama, bangkit perkasa. Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan (setkab.go.id).
Opening Ceremony Presidensi G20 di Indonesia pada 1 Desember 2021, menandakan proses presidensi resmi dimulai yang berlanjut hingga 30 November 2022 mendatang. Seluruh rangkaian kegiatan yaitu sekitar 150 pertemuan dan side events akan digelar secara hybrid dengan memperhatikan situasi pandemi (Diskominfo). Praktis Indonesia mulai membawa arah ekonomi global dengan tanggung jawab mendorong Indonesia agar lebih dipercaya dunia. Pertemuan dan diskusi diantara para pembuat keputusan di level leaders dan pemegang keuangan negara-negara G20 merupakan tantangan yang besar untuk mencapai recover together dengan grand design yang mesti dikemas dalam orchestra yang harmoni.
Recovery Ekonomi
Terpilihnya Indonesia sebagai pemegang presidensi G20 sejatinya membawa angin segar bagi Indonesia. Hal ini sebagai bentuk apresiasi dan kepercayaan dari negara-negara besar di dunia untuk Indonesia. Presidensi dinilai sangat strategis dalam akselerasi recovery ekonomi dan diharapkan memberikan dampak positif tidak hanya bagi rakyat Indonesia namun juga bagi dunia. Dalam satu tahun kedepan gaung Indonesia akan bergema di dunia, maka nada yang indah dan harmoni harus tetap terjaga untuk mendapatkan kepercayaan dunia dalam penyelenggaraan even ini.
Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh rangkaian pelaksanaan even presidensi G20 ini tergantung pada pengendalian transmisi virus Covid19 sebagai parameter. Pandemi belum sepenuhnya hilang dari belahan bumi ini, namun demikian sinergi bersama berbagai pihak harus terus dijaga demi pemulihan kesehatan yang memiliki korelasi tinggi bagi pemulihan ekonomi. Pandemi membutuhkan extra ordinary policy, menteri keuangan Sri Mulyani menyebutkan penanganan Covid19 menjadi prioritas dan anggaran yang digelontorkan pun tak main-main. Hasilnya memberikan dampak sangat baik bagi recovery kesehatan yang berdampak pada recovery ekonomi.
Seiring mulainya presidensi G20 praktis momentum strategis ini menjadikan Indonesia sebagai supporting bagi negara-negara di dunia akan manfaat kerjasama sebagai wujud kebangkitan ekonomi. Forum internasional ini diprediksi bermanfaat nyata bagi akselerasi ekonomi nasional pasca pandemi, diantaranya mampu menumbuhkan konsumsi domestik, menyerap tenaga kerja, investasi kembali aktif, hal ini tak lepas dari kepercayaan internasional sehingga investor tak akan segan berinvestasi di Indonesia.
Tantangan proses presidensi 1 tahun ke depan bagi Indonesia untuk mendorong situasi global agar kembali pulih, ekonomi bangkit dan menjadi kuat bagi anggota G20 adalah dengan mewujudkan situasi prosesi presidensi yang aman, kondusif dan terkendali sebagai titik tolak menuju ekonomi yang optimal.
Tantangan urgen lainnya dalam frame informasi yang tak terbendung adalah menciptakan situasi kondusif, pasalnya dalam even rawan informasi yang tak mendukung dan berita hoaks lainnya menjadi kondisi yang harus dikendalikan selama gelaran even internasional ini.
Itulah mengapa kontribusi seluruh elemen masyarakat untuk menjaga situasi kondusif sangat diharapkan, mengingat manfaatnya yang sangat baik bagi ekonomi nasional dan internasional. Kolaborasi, koordinasi dan komunikasi yang efektif dan efisien adalah kunci mewujudkan “recover together recover stronger”. Jatengdaily.com-st