Jelang Panen, Petani Kerepotan Halau Serangan Hama Burung Emprit

BOYOLALI (Jatengdaily.com) – Para petani di daerah Dibal, Gagaksipat dan lainnya di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, beberapa hari terakhir direpotkan dengan hama burung emprit atau pipit yang menyerang tanaman padi mereka.

Petani khawatir bila serangan hama emprit ini tak dihalau, akan mengurangi besaran panen padi yang tinggal beberapa hari lagi. “Padi menjelang panen tapi terus diserang burung emprit, jadi rata-rata petani harus bekerja keras menghalaunya pagi hingga petang,” ungkap Slamet dan Parman petani setempat Minggu (3/1/2021).

Pemandangan yang ada di areal pertanian yang berada di utara Bandara Adi Soemarmo ini, petani menggunakan berbagai cara untuk menangkal serangan burung. Ada yang memasang, jaring, pita berkelip, bunyi-bunyian dari kaleng hingga dihalau secara manual melempari dengan lumpur.

“Memang bikin capai kalau sudah ada serangan emprit. Petani harus telaten menghalaunya, karena kalau tidak ya padinya bisa pepes semua (habis) dimangsa burung,” kata Parman.

Serangan burung emprit ini terjadi sejak bulir padi mulai muncul meskipun masih hijau. Justru itu yang disukai burung. Namun saat padi sudah menguning pun burung juga masih doyan. Mereka menyerang secara bergerombol berpindah-pindah tempat.

Petani memukul kaleng untuk mengusir burung emprit. Foto: yanuar

Menurut Slamet, sebenarnya hasil tanaman padi di musim ini relatif sangat bagus. Hama lain seperti wereng dan lainnya tak begitu banyak. Justru burung emprit ini yang belakangan merepotkan petani, karena relatif sulit dihalau. Namun petani setempat tidak ada yang membinasakan atau membunuh burung tersebut, rata-rata mereka cuma menghalaunya.

“Habis Subuh kita sudah harus sampai sawah hingga sore hari, untuk nggusah emprit. Bahkan saat hujan saja burung-burung tersebut masih berani memakan padi petani. Jadi kita juga harus kuat-kuatan,” ungkap Slamet.

Di wilayah Ngemplak Kabupaten Boyolali, memang sebentar lagi akan menjalani masa panen raya padi. Padi sudah tinggal seminggu hingga dua minggu dipanen.

Sedangkan Kabupaten Boyolali sendiri sejauh ini menjadi daerah lumbung padi yang selalu berkontribusi untuk stok pangan nasional. Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto beberapa waktu lalu mengatakan Kabupaten Boyolali mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani yang merupakan penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 22 persen di Kota Susu.

Luas tanam padi rata rata 49.000 hektar dengan prioritas 57,5 kuintal per hektar. Sehingga Boyolali surplus beras dan memberi sumbangan stok beras Nasional sebanyak 44.000 ton per tahun. yds

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *