Komunitas Sastra Kendal Peringati 100 Hari Wafat Iman Budhi Santosa

0
doa

KENDAL (Jatengdaily.com) – Sejumlah komunitas sastra di Kabupaten Kendal akan menyelenggarakan kegiatan mengenang 100 hari wafatnya sastrawan Yogya, Iman Budhi Santosa. Menurut rencana, kegiatan diadakan di kawasan Kebun Teh Medini, Ngresepbalong, Limbangan, Kendal, Sabtu-Minggu, 20-21 Maret 2021.

Ketua Panitia Doa dan Puisi 100 Hari Wafat Sang Guru Iman Budhi Santosa, Heri CS, mengatakan, Iman yang meninggal 10 Desember 2020 dalam usia 72 tahun, dikenal sebagai penyair Yogya yang tekun dan total terjun ke dunia kepenyairan. Puisi-puisinya banyak dipuji oleh para kritikus sastra dan diperhitungkan di kancah kesusastraan nasional.

“Kami merasa terpanggil untuk mengadakan selamatan, doa bersama, pada 100 hari wafatnya Iman. Apalagi Iman kebetulan pernah tinggal di Kendal, beristri perempuan Sukorejo. Iman pernah beberapa tahun bekerja sebagai sinder di perkebunan teh Medini,” ujarnya seraya menambahkan, dalam acara ini hari pertama menampilkan pembicara Kepala Balai Bahasa Jateng, Ganjar Harimansyah, sastrawan F Rahardi (Jakarta), dua sahabat Iman, yaitu Wage Daksina (Yogyakarta) dan Suparmin (Limbangan), dan Pawang Surya Kencana (putra sulung Iman). Sedangkan pada hari kedua atau Minggu siang kegiatannya berupa napak tilas jejak Iman di kawasan Medini.

Menurut Heri, pada kesempatan tersebut juga akan diluncurkan buku antologi esai tentang sosok dan karya Iman Budhi Santosa. Esai-esai tersebut ditulis oleh Acep Syahril (Indramayu), Arief Joko Wicaksono TR (Bogor), Bambang Widiatmoko (Bekasi), Dimas Indiana Senja (Purwokerto), F. Rahardi, Ganjar Sudibyo (Semarang), Gunoto Saparie (Semarang), Heri CS (Boja), Latief S. Nugraha (Yogya), dan M. Lukluk Atsmara Anjaina (Kaliwungu).

Di samping itu, juga ada esai Muhammad Lutfi (Pati), Nia Samsihono (Jakarta), Pawang Surya Kencana (Semarang), Roso Titi Sarkoro (Temanggung), S. Arimba (Yogya), Sulis Anisah (Kudus), Setia Naka Andrian (Brangsong), Sigit Susanto (Swiss), Soeparno S. Adhy (Yogya), Sudarmono (Bantul), Widyanuari Eko Putra (Purbalingga), dan Wiwik Widayaningtyas (Tegal).

Heri menambahkan, sejumlah sastrawan kelahiran Kendal memotori penyelenggaraan kegiatan ini. Mereka adalah Sigit Susanto, Heri sendiri, Setia Naka Andrian, Bahrul Ulum Amalik Kaliwungu, Wiwik Widayaningtyas (Tegal), dan M. Lukluk Atsmara Anjaina (Kaliwungu). Beberapa anggota Komunitas Lereng Medini Boja, Sanggar Lilin Brangsong, Pelataran Sastra Kaliwungu, dan Jarak Dekat Kendal, terlibat aktif dalam penyelenggaraan acara ini.

Heri menuturkan, sebelumnya saat 40 hari wafatnya Iman, 17 Januari 2021, juga telah diadakan doa bersama, pembacaan puisi, dan testimoni dari para narasumber di Pondok Maos Guyub, Boja. Acara yang berlangsung dalam suasana protokol kesehatan sangat ketat itu menampilkan testimoni Roso Titi Sarkoro, Gunoto Saparie, F. Rahardi, Setia Naka Andrian, Heri, dan Pawang Surya Kencana. Mereka rata-rata merasa sangat kehilangan atas kepergian Iman yang telah dianggap sebagai guru para penyair muda.st

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *