JAKARTA (Jatengdaily.com) – Gonjang Ganjing Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) nampaknya belum akan berakhir, dan bahkan malah masih berlanjut. Dimotori aktor kawakan Soultan Saladin, didukung Aspar Paturusi dan Mutiara Sani. Mereka bersepakat untuk meminta kembali sekretariat Parfi yang bermarkas di komplek perkantoran H. Usmar Ismail, Kuningan Jakarta Selatan.
Kelompok yang menamakan dirinya “Patriot” menegaskan ingin mengembalikan marwah PARFI dan memurnikan Parfi.
“Parfi itu organisasi profesi. Wadah bintang, aktor dan aktris film. Bukan pemain sinetron, artis YouTube. Karena wadah artis sinetron, sudah ada. Bentar lagi ada artis YouTube, ” ujar Sultan Saladin.
Aktor yang berakting di layar perak sejak 1972 lewat film “Kabut Bulan Madu” dan “Intan Berduri” ini menambahkan “Nah sekarang kita murnikan lagi PARFI sebagai wadah orang film, ” tegas aktor
PARFI berdiri awal Maret 1956 sebagai wadah aktor aktris film nasional oleh Djamaludin Malik dan Usmar Ismail. Terpilih sebagai ketua pertama Suryo Sumanto.
“Kami ingin kembalikan marwah PARFI sebagai organisasi insan film, ” kata Soultan Saladin, berkali kali.
Mutiara Sani, aktris film dan teater isteri sutradara dan budayawan Drs. Asrul Sani menyatakan, di masa lalu Parfi punya aura kehormatan tersendiri dan disegani oleh organisasi lain. Tapi sekarang sudah berubah.
“Jadi Parfi sekarang bukan untuk orang banyak melainkan untuk kepentingan diiri sendiri. Ini yang membuat saya terus merenung dan gelisah. Beruntung saya tak sendiri” kata Mutiara Sani.
“Film adalah dunia saya dan dunia suami saya. Hal yang saya ingin di sisa kehidupan saya, melihat Parfi kembali bermartabat. Punya nilai, ” kata kakak dari dramawati dan aktivis Ratna Sarumpaet ini.
“Saya memang sempat jadi sekjen di sana. Dan yang saya lihat orang orang di dalam organisasi memanfaatkan Parfi untuk keuntungan diri sendiri – yang di masa lalu tidak saya lihat, ” kata aktris yang memulai debut lewat film “Bulan di Atas Kuburan” dan “Jembatan Merah” (1973) ini.
Sedangkan Aspar Paturusi menyatakan bahwa mereka yang ada di Parfi Kuningan saat ini tidak punya kedudukan hukum.
Saya lihat pelanggaran hukum. Ada perubahan dari badan hukum dari PB Parfi ke Perkumpulan Parfi (tanpa kongres) sebagai jalan pintas agar dapat pengesahan KemenkumHAM
“Dengan mengubah nama menjadi ‘perkumpulan’ artis film otomatis mengubah status mereka di PB Parfi. Jadi mereka tidak berhak lagi ada di sana, ” kata Aspar Paturusi.
“Kami kepala tujuh semua. Seharusnya sudah pensiun dan jadi profesor emeritus. Jadi anggota kehormatan, tapi masih terus berjuang, ” kata aktor kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini.
Kami justru dianggap melanggar hukum. Kenapa masih pakai ketua dewan pertimbangan hukum. Nama itu ada di Kemenkumham tidak berubah dan tidak kedaluwarsa .
“Di sini istilahnya kami tidak ‘turun’ – kami ingin berdiri di tengah pergolakan Parfi. Meski dalam situasi perfilman sekarang ini, ” kata Aspar Paturusi, yang selain dikenal sebagai aktor juga penyair dan novelis.
Perjuangan mereka didukung oleh Hasanuddin Nasution yang 20 tahun bergelut di dunia hukum dan kepengacaraan dan pernah jadi Sekjen 20 tahun di Peradi.
Menurut Hasanuddin Nasution, setelah mempelajari berkas berkas pendiriannya, tak ada perubahan nama PB Parfi sejak pendiriannya di tahun 1956. “Perubahan satu huruf pun akan mengubah status hukum. Jadi perkumpulan Parfi yang di Kuningan itu bukan PB Parfi, ” kata Nasution.
Aktor aktris kawakan yang tergabung dalam Tim Patriot ini dalam waktu dekat membentuk OC organizing comitte dan SC steering comite dan merekrut aktor aktris yang sependirian.
“Sebenarnya kami sudah lelah tapi apa boleh buat keadaan membuat kami turun lagi, ” kata Mutiara Sani.
“Harap dicatat ya. Kami berjuang tanpa keinginan duduk di satu posisi. Kami ingin Parfi dipimpin oleh orang yang layak duduk di dalamnya,” tandas Mutiara Sani. SB-st