Loading ...

‘Cara Pintas’ Habiskan Waktu di Bulan Puasa

anies

Oleh : Gus Anies Maftuhin

INILAH akhir zaman. Banyak godaan duniawi yang datang terang-terangan. Tak hanya menawarkan kenikmatan, tapi juga pandai membujuk pikiran dengan berupa rupa alasan yang sulit dipatahkan. Apalagi ketika perasaan (baca: nafsu) lebih dominan menjadi dasar untuk menjatuhkan pilihan.

Dan bulan puasa seperti ini, seharusnya menjadi momentum untuk mendidik jiwa dan diri kita mampu melawan dan mengalahkan godaan godaan tersebut dengan kecerdasan yang berbalut ketakwaan dan keimanan. Setidaknya, hamparan ampunan dan ganjaran yang berlimpah ruah di bulan penuh berkah ini layak diperhitungkan sebagai pilihan untuk lari dari godaan tersebut dengan penuh kesadaran.

Contoh kecil dari godaan itu adalah aneka rupa permainan, hiburan dan kesenangan duniawi yang ditawarkan oleh kemajuan akhir zaman untuk melintasi hari hari puasa dengan perasaan senang tanpa kebosanan. Untuk menunggu buka puasa (ngabuburit) misalnya, tak sedikit orang yang memilih jalan-jalan sore, bermain game online, atau menonton hiburan di layar kaca sambil rebahan.

Bahkan, di hari hari libur kerja atau sekolah banyak orang tua dan anak anak yang menghabiskan waktu seharian hanya untuk menyalurkan kegemaran (hobi) atau menggerakkan jari jarinya di telpon genggam. Alasannya pun naif: agar bisa menjalani puasa (menahan lapar dan dahaga) dengan ringan tanpa kepayahan.

Adapula alasan yang menurut penulis “lucu-lucu” memprihatinkan. Di tengah banyaknya pilihan amal ibadah yang ditawarkan Sang Maha Rahman di bulan puasa yang pahalanya serba dilipatgandakan ini ternyata masih banyak di antara kita lebih suka mengisi waktu untuk menanti datangnya waktu berbuka dengan bermain game online dan ngabuburit di jalan jalan atau tempat perbelanjaan. Alasannya, ada yang berdalih bingung mau melakukan apa, tidak ada aktifitas untuk dilakukan, tidak punya kesibukan dan daripada tiduran seharian.

Baca Juga  Membersihkan Harta dengan Zakat

Adalah benar, bahwa manusia itu juga butuh istirahat dan hiburan. Secara fikih pun, semua jenis permaian atau hiburan itu boleh, baik mubah ataupun makruh. Akan tetapi, kaedah ushul fikh juga menyatakan bila asal segala sesuatu memang al-ibahah (diperbolehkan), illa ma dalla al-daliilu ala khilafihi (kecuali ada dalil yang menunjukkan kebalikannya), yakni haram.

Semacam itu pula yang ditegaskan oleh Syeh Wahbah Zuhaili dalam fatwanya yang termaktub pada kitab Fatawa Mu’ashirah. Menurutnya, setiap sesuatu yang menjadi perantara pada keharaman, maka hukumnya haram, termasuk alat permainan yang hukum asalnya mubah maupun makruh.

Nah, dalam kontek bulan Ramadhan yang disebut sebagai bulan penempaan diri ini tentunya kita harus berlatih untuk berpikir dan bertindak cerdas. Artinya, godaan berupa kesenangan semu (duniawi) tersebut tidak hanya kita pandang dari kacamata fikih semata. Namun, kita juga harus mempertimbangkan tawaran tawaran dari Sang Maha Penyayang tentang kesenangan kesenangan abadi (ukhrowi) yang mempersyaratkan keberanian kita meninggalkan kesenangan-kesenangan sesaat tadi.

Dengan bahasa lain, benar bahwa aneka hiburan, kegemaran dan permainan yang bisa membuat kita ringan menjalankan ibadah puasa itu diperbolehkan secara fikih. Hanya saja , bukankah meninggalkannya juga lebih baik? Sebab, Allah swt telah berjanji : “Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik dari permulaan” ( QS. Ad-Dhuha : 4)

Akhir itu tak lain adalah kehidupan akhirat yang abadi, di mana untuk menjalaninya dengan riang gembira nan bahagia adalah dengan bekal amalan amalan shaleh kita dunia ini. Dan bulan puasa adalah kesempatan untuk memperbanyak bekal tersebut.

Artinya, selain berupaya menjalankan puasa dengan baik dan benar, marilah kita lebih cerdas dalam memanfaatkan waktu waktu di bulan puasa ini untuk melakukan kebaikan dan kebajikan; memperbanyak al-Quran, menghadiri majlis majlis pengajian, membaca buku buku keagamaan.

Baca Juga  Pro Kontra Menjual Kulit dan Kepala Hewan Qurban

Bila butuh rehat dan membangkitkan semangat ibadah pun tak ada salahnya untuk menikmati kesenangan dunia itu, tapi jangan sampai semua itu menjadi cara pintas kita untuk menghindari kepayahan puasa hingga kebablasan dan justru membuat kita melewatkan pahala pahala tengah dilipatgandakan.

Anies Maftuhin adalah Pengasuh Pondok Pesantren Wakaf Literasi Islam Indonesia (WALI) Salatiga dan Pegiat Literasi Islam. Jatengdaily.com-st

Facebook Comments Box