SEMARANG (Jatengdaily.com) – Ketua Umum Satupena Pusat Denny JA memberikan apresiasi atas upaya Pemerintah Kota Semarang melakukan revitalisasi alun-alunnya. Alun-alun sebagai ruang publik sangat bermanfaat untuk mempercakapkan budaya dan ilmu, galeri seni, ekspresi politik warga, dan pusat atraksi turisme.
Hal itu dikemukakan Denny JA di depan peserta Dialog Kebudayaan tentang Kembalinya Alun-Alun Semarang di Oedetrap, Kota Lama, Semarang, belum lama ini. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Pemkot Semarang dengan Satupena Jateng.
Denny yang dalam forum itu hanya dapat hadir secara daring mencontohkan sejumlah referensi sejarah, bagaimana alun-alun pada masa sebelum masehi telah menjadi ruang publik yang sangat bermanfaat.
“Sebut saja misalnya alun-alun Greek Agora di Yunani yang berdiri tahun 600-480 SM. Alun-alun seluas 12 hektar ini menjadi ruang pertemuan dan diskusi paea filsuf, seperti Plato dan Aristoteles”, katanya.
Menurut Denny, perjumpaan di ruang publik memberikan inspirasi, semangat, dan harapan baru. Karena setiap kota harus menyediakan alun-alun sebagai ruang publik bagi warganya.
Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, upaya mengembalikan alun-alun Kota Semarang merupakan pekerjaan rumah paling berat. Dan yang dibutuhkan sangat besar, sehingga pembangunan harus dilakukan secara bertahap sampai empat tahun.
“Mengembalikan alun-alun sebagai ikon Semarang yang ada nilai sejarahnya bukan hal mudah,” tandasbya.
Sekretaris Umum Satupena Jateng Mohammad Agung Ridlo menunjukkan bagaimana dulu alun-alun merupakan konsep pemerintah Hindia Belanda sebagai pusat pemerintahan daerah tingkat II. Namun, sejak tahun 1970-an alun-alun Kota Semarang berubah fungsi menjadi area bisnis atau komersial. Bahkan pendopo yang indah itu dibongkar.
“Kalau kini ada upaya revitalisasi alun-alun, Pemkot Semarang harus membikin alun-alun di setiap kecamatan, kelurahan, RW, dan RT. Kita di perkotaan miskin ruang terbuka hijau, sehingga harus diperbanyak alun-alun itu,” ujarnya.
Ketua Umum Satupena Jateng Gunoto Saparie menyatakan terima kasih kepada Pemkot Semarang yang bersedia bekerja sama untuk mengadakan kegiatan ini. Apalagi dalam dialog kebudayaan terjadi komunikasi ide-ide, sehingga dapat tercapai suatu sintesa yang lebih segar. “Semoga hasilnya menjadi masukan yang bermanfaat bagi eksekutif maupun legislatif,” st