in

Ekonomi Berbasis Konsumsi

Oleh: Irma Nur Afifah, SST, MSi
Statisti Muda BPS Kabupaten Kendal

MENJELANG Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1443 H yang lalu, pemerintah telah mengucurkan anggaran sebesar Rp34,3 triliun bagi 8,8 juta ASN, termasuk pensiunan untuk memenuhi Tunjangan Hari Raya (THR) yang terdiri atas gaji pokok dan 50 persen tunjangan kinerja. Besaran ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendukung peningkatan konsumsi rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga merupakan salah satu diantara komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran, dengan kontribusi atau share terbesar bagi PDB yaitu lebih dari 50 persen selama beberapa periode. Pada triwulan 1 tahun 2022, tercatat share komponen ini sebesar 53,65 persen, disusul dengan komponen investasi atau Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) dengan share sebesar 30,44 persen (BPS), sehingga sekitar 84,09 persen PDB dari sisi pengeluaran didominasi pengeluaran konsumsi rumahtangga dan investasi.

Konsumsi Meningkat
Aktivitas ekonomi berkorelasi dengan aktivitas masyarakat, pergerakan mobilitas penduduk terlihat massive seiring dengan semakin kondusifnya dan terkendalinya penanganan kasus Covid19 menjelang libur hari raya.

Gencarnya vaksinasi hingga dosis ketiga (booster) telah berdampak sangat baik, sehingga level PPKM berangsur ke level 1 atau bahkan di beberapa wilayah situasi terlihat normal tanpa penerapan level PPKM. Pandemi meski belum sepenuhnya hilang, namun situasi yang kondusif meningkatkan antusiasme masyarakat dalam beraktivitas kembali, tentu hal ini berdampak pada perbaikan kinerja ekonomi dari sisi produksi maupun konsumsi yang semakin baik.

Aktivitas masyarakat dapat dikatakan telah mulai pulih di sejumlah wilayah, dimana terlihat aktivitas atau keramaian di pusat-pusat ekonomi, seperti swalayan atau pasar modern maupun tradisional. Selama Ramadhan terlihat antrian panjang di kasir-kasir minimarket, mall, supermarket dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya guna memenuhi kebutuhan masyarakat menyambut Hari Raya Idul Fitri. Tak dapat dipungkiri bahwa setelah dua tahun berselang dimana pandemi Covid19 melanda dan menyebabkan terbatasnya aktivitas masyarakat yang harus menahan diri berdiam di rumah kini telah terkompensasi seiring dengan kelonggaran PPKM.

Seperti sebuah oase yang tiba-tiba menyejukkan di tengah padang nan gersang, guyuran ke-13 bagi ASN, membawa dampak signifikan, transaksi ekonomi dan konsumsi meningkat pesat. Padatnya pusat-pusat perbelanjaan atau transaksi perdagangan dan arus transportasi menunjukkan potensi paling signifikan konsumsi masyarakat di kedua sektor ini.

Input perdagangan tentunya disupport oleh output industri yang memproduksi barang jasa guna memenuhi demand yang meningkat selama Ramadhan dan menjelang lebaran, terutama produk makanan dan minuman, tekstil, pakaian dan lain-lain, serta disupport pula kebutuhan hampers untuk lebaran baik transaksi online maupun offline di sejumlah market place yang meningkat pesat, sehingga praktis pada momen ini transaksi ekonomi pun melesat.

Komponen Pendorong Konsumsi
Produksi, Konsumsi, dan Investasi memegang peranan penting bagi perekonomian dari sisi produksi maupun konsumsi atau pengeluaran. Komponen pembentuk PDB dari sisi pengeluaran yaitu pengeluaran konsumsi rumahtangga pada triwulan 1 tercatat tumbuh 4,34 persen, dan di bulan April potensi kenaikan makin signifikan yang terlihat dari mobilitas penduduk yang semakin baik.

Di sisi lain masyarakat sudah mulai mengonsumsi sektor tertier, seperti rumah makan dan restoran, akomodasi atau hotel, angkutan, perlengkapan rumahtangga dan sebagainya. Hal ini memicu pertumbuhan pada komponen konsumsi rumahtangga yang secara share memegang kontribusi terbesar yaitu sebesar 53,65 persen.

Lonjakan mudik terlihat sangat signifikan, pasca dua tahun berselang selepas pandemi, seolah menjadi kesempatan yang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi masyarakat yang telah memendam rindu kampung halamannya. Keramaian arus transportasi demikian padat di jalur-jalur mudik jelang cuti bersama yang berlaku cukup panjang tahun ini, yaitu dimulai 28 April hingga 8 Mei, bahkan diberlakukan oneway traffic jalur mudik di jalan tol, guna mengantisipasi kepadatan arus moda transportasi darat.

Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan perjalanan mudik seperti konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang naik lebih dari 50 persen, konsumsi makanan dan minuman di perjalanan dan sebagainya mengalami kenaikan signifikan.

Disisi lain menteri pariwisata dan ekonomi kreatif juga terlihat telah mempersiapkan daerah tujuan wisata, seiring liburan yang cukup panjang pada masa cuti bersama, diperkirakan terjadi lonjakan pengunjung wisata pada masa liburan tersebut. Efek multiple yang saling berpengaruh bagi berbagai sektor membawa dampak perekonomian yang sangat baik.

Tercatat bahwa sektor perdagangan tumbuh 5,71 terindikasi dari adanya peningkatan supply sebagai dampak demand yang meningkat, sektor transportasi dan pergudangan terindikasi dari adanya mobilitas yang semakin baik, distribusi barang dan jasa, serta even yang mulai terselenggara seiring aktivitas masyarakat yang mulai normal.

Konsumsi rumahtangga pada momen Ramadan dan Idul Fitri kali ini menjadi daya ungkit PDB dan pertumbuhan ekonomi ditinjau dari sisi pengeluaran. Dengan dukungan sarana dan prasarana yang makin memudahkan transaksi ekonomi nampaknya makin memicu tumbuhnya ekonomi hingga semakin membaik, dan pemulihan ekonomi nasional menjadi optimis, meski hal ini tak terlepas dari situasi ekonomi global. Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

Polri Siapkan Upaya Mitigasi Cegah Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak

Kemenag dan Garuda Teken Kesepakatan, Terbangkan Jemaah Haji dari 9 Embarkasi