Membangun Masjid Friendly

Oleh : Nur Khoirin YD
HARI ini, 12 Januari 2022, dikukuhkan Ketua-ketua Bidang, Seksi, Kepala Bagian Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam Masjid Raya Baiturrahman Jawa Tengah oleh Ketua Umum Yayasan, DR. KH. Ahmad Darodji, M.Si, di Aula Islamic Center Manyaran. Momen pengukuhan ini sebagai upaya penyegaran kembali pengurus lima tahunan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja dalam upaya memakmurkan masjid. Pengurus baru ini diharapkan mempunyai semangat dan inovasi baru untuk mengelola masjid yang lebih maju, tidak hanya sebagai pusat ibadah dan dakwah tetapi masjid juga menjadi pusat pendidikan, ekonomi, dan ukhuwah.
Perubahan orientasi
Sekarang ini bangunan masjid di pelosok tanah air sudah nampak megah dan indah. Ketika pembangunan fisik masjid sudah selesai, sementara sumber dana masjid masih terus mengalir dari jamaah, maka terjadi surplus. Masjid-masjid besar yang sudah sempurna pembangunannya umumnya memiliki dana kas yang besar. Oleh karena itu harus ada perubahan orientasi dan konsentrasi. Beralih dari program pembangunan fisik, menjadi program-program non fisik.
Membangun fisik masjid yang megah, indah dan representatif sangat penting. Karena ini sebagai prestise dan syiar Islam, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan umat Islam. Tetapi membangun kualitas keberagamaan umat justru lebih penting. Masjidnya megah tetapi jamaahnya sepi, pintu-pintunya terbuat dari ukiran kayu jati yang mahal, tetapi selalu terkunci. Kumandang adzannya, shalawatnya, qira’ahnya, dan ta’limnya hanya kaset yang berbunyi. Maka takmir masjid harus mulai beralih dari rencana membangun menara yang tinggi kepada membangun hati, memperbaiki akal budi dan menumbuhkan akhlaq yang terpuji.
Fungsi masjid tidak hanya sebagai pusat pelayanan ibadah dan dakwah, tetapi juga sebagai pusat pengembangan ekonomi umat yang efektif dan sesuai prinsip-prinsip syari’ah. Tanah-tanah wakaf milik masjid harus dikelola secara produktif, dibangun toko-toko usaha kecil atau bahkan mall-mall yang dikelola oleh jamaah, hotel penginapan yang murah untuk para musafir atau peziarah, mendirikan koperasi/syirkah atau bahkan lembaga keuangan syari’ah. Para jamaah bisa menyimpan dana atau mengambil pembiayaan usahanya di bank masjid. Di masjid-masjid raya atau masjid agung harus dilengkapi dengan ATM Center sehungga memudahkan jamaah bertransaksi dan berinfaq. Masjid juga bisa menjadi contoh pusat wisata halal yang nyaman.
Masjid memiliki potensi yang sangat besar dan strategis untuk membangun ekonomi umat. Menurut Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama, jumlah masjid di seluruh Indonesia pada awal tahun 2021 adalah sebanyak 277.927 unit. Terdiri dari satu masjid negara, 33 masjid raya, 423 masjid agung, 4.793 masjid besar, 226.152 masjid jami, 966 masjid bersejarah, dan 45.553 masjid di tempat publik (katadata.co.id). Jika masjid dikelola secara profesional, maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi umat Islam, baik sebagai fungsi pelayanan ibadah dan dakwah, maupun fungsi-fungsi lainnya seeprti pelayanan jamaah, pendidikan, syiar Islam, ukhuwah, dan pengembangan ekonomi.
Jum’at Berkah menuju masjid yang Friendly
Harus mulai dibangun suasana masjid yang friendly, masjid yang ramah, masjid yang bersahabat, masjid yang nyaman dan aman, masjid yang menyenangkan, masjid yang ngangeni (ingin selalu mampir), yang ngademi (didalamnya senjuk dan bisa melepas lelah), yang ngayemi (didalamnya mendapatkan ketenangan hati), dan ngerasani (betah iktikaf berlama-lama).
Siapa saja asal seorang muslim boleh singgah beribadah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lain. Ada minuman hangat yang tinggal klik, jajanan ambil sendiri, cas HP yang mudah dan aman, yang disajikan dengan ramah dan gratis. Kalau perlu masjid memiliki klinik kesehatan yang memberikan layanan gratis kepada para jamaah yang memerlukan, seperti tensi, menimbang badan, dan obat-obatan ringan.
Suasana masjid friendly ini sudah dimulai dengan tradisi Jum’at Berkah yang beberapa tahun terakhir ini mulai berkembang dihampir semua masjid, khususnya diperkotaan. Ada kebiasaan baik yang tumbuh bersamaan dengan kemajuan ekonomi umat Islam dan meningkatnya ketaatan beragama. Pada setiap hari Jumat, banyak orang yang menyisihkan rizqinya untuk dirupakan berbagai makanan matang, dikemas rapi dan kemudian dibawa sendiri ke masjid untuk hidangan orang-orang seusai jumatan.
Jumat berkah ini membuat suasana baru, menciptakan rasa kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga jumatan memiliki nilai tambah selain ibadah. Ada dapat dibawa pulang, ada yang dimakan bersama di serambi sambil ngobrol dengan teman, para pengurus bisa berbaur sehingga komunikasi berjalan, dan yang tidak kebagian juga tidak protes dan mengancam. Anak-anak khususnya, jumatan menjadi lebih menyenangkan. Inilah yang disebut masjid friendly, masjid yang ramah dan penuh persahabatan.
Masjid adalah rumah Allah, milik umat, harus bukan 24 jam memberi pelayanan kepada siapapun jamaah yang datang. Tidak ada lagi masjid dikunci dan hanya dibuka pada waktu shalat fardhu, sehingga ketika ada jamaah hanya boleh sholat diteras yang kotor. Tidak ada masjid yang ditulisi “anak kecil dilarang masuk” atau “dilarang tidur” atau tulisan-tulisan lain yang srem. Masjid bahkan harus menyediakan ruang bermain anak-anak, biar anak-anak kenal masjid sejak dini. Masjid juga harus menyediakan ruangan yang representatif bagi jamaah yang memerlukan istirahat sejenak ataupun menginap bagi musafir. Masjid tidak perlu menyimpan uangnya banyak-banyak. Dana infaq atau jariyah yang didapat dari jamaah harus cepat dikembalikan kepada jamaah. Susu kedelai enaknya diminum sore, masjid friendly insyallah jamaah moro dewe.
DR. H. Nur Khoirin YD., MAg, Ketua Bidang Remaja dan Kaderisasi Masjid Raya Baiturrahman Jateng/ Ketua BP4 Propinsi Jawa Tengah/Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo, Tinggal di Jl. Tugulapangan H.40 Tambakaji Ngaliyan Kota Semarang, Telp. 08122843498. Jatengdaily.com-st