in

Optimasi Model, antara Biaya dan Akurasi

Oleh: Dwi Asih Septi Wahyuni, SST, M.Si
Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Banyumas

Seringkali peneliti dihadapkan pada masalah pencarian model statistik terbaik. Permasalahan muncul ketika diperoleh beberapa model yang mampu menghasilkan nilai estimasi yang beragam. Lalu bagaimana peneliti memutuskan bahwa model yang dipilih merupakan model terbaik?

Model statistik terbaik selain harus memenuhi asumsi klasik (jika statistik parametrik) juga harus memiliki nilai error terkecil, korelasi terbesar dan efisien. Dalam ilmu statistik, ada istilah yang dinamakan error yakni selisih antara nilai prediksi dan nilai sebenarnya.

Semakin tinggi error menunjukkan bahwa model statistik yang dihasilkan kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sehingga diharapkan ketika seorang statistisi akan melakukan suatu estimasi maupun proyeksi, nilai error yang dihasilkan adalah yang paling kecil sehingga angka yang diestimasi mendekati nilai yang sebenarnya.

Ketika dihadapkan pada beberapa model statistik, peneliti juga perlu memperhatikan besaran nilai korelasi. Dimana korelasi menunjukkan keeratan hubungan antara variabel dependen dan independen. Semakin tinggi nilai korelasi maka semakin erat hubungan antara variabel dependen dan independen.

Model statistik nantinya diharapkan dapat diaplikasikan dalam keadaan sebenarnya sehingga dalam memilih model terbaik juga harus mempertimbangkan efisiensi dalam segi biaya. Semakin banyak variabel independen yang digunakan dalam model maka semakin besar biaya yang diperlukan.

Oleh karena itu ketika suatu model statistik telah memiliki nilai korelasi tinggi, error rendah yang hampir sama maka pertimbangan selanjutnya yakni model yang menggunakan variabel independen paling sedikit.

Pengaruh jumlah variabel independen yang digunakan akan sangat terlihat signifikan perbedaannya ketika diterapkan dalam kegiatan survei atau sensus dimana faktor biaya menjadi salah satu faktor penting untuk menetapkan penggunaan jumlah variabel independen dalam model statistik.

Secara aplikatif, Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab dalam kegiatan sensus dan survei untuk memenuhi kebutuhan statistik dasar, telah menerapkan konsep efisien dan meminimalkan error.

Faktor biaya menjadi salah satu penentu apakah nantinya survei yang dilakukan akan menghasilkan angka statistik pada level area nasional, provinsi, kabupaten/kota atau bahkan kecamatan.

Semakin rendah level estimasi yang dihasilkan menunjukkan semakin besar biaya yang dibutuhkan dalam suatu survei. Suatu survei yang sudah ditentukan akan menghasilkan angka pada level kabupaten/kota tidak dapat digenerate menjadi angka pada level kecamatan.

Ketika hal tersebut dipaksakan maka akan menimbulkan error yang besar pada level kecamatan dimana angka yang dihasilkan akan semakin tidak mencerminkan angka sebenarnya.

Beberapa jenis survei yang dilakukan oleh BPS dan menghasilkan angka pada level kabupaten yakni Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Survei Biaya Hidup (SBH), dll. Jatengdaily.com-st

Written by Jatengdaily.com

Dibuka Menag, Semarakkan Pospenas, Istri Menag Disambut Meriah di Bandara Solo

8 Kades di Demak Jadi Tersangka Suap Pemilihan Perangkat Desa