SEMARANG (Jatengdaily.com)- Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri Irjen Pol Marthinus Hukom menyatakan seluruh pengguna media sosial (medsos) diminta untuk mewaspadai konten provokatif yang mengandung propaganda aksi terorisme. Sebab kelompok teror memanfaatkan sistem algoritma yang ada di media sosial (medsos) untuk menyebarkan propagandanya sekaligus menentukan merekrut anggota.
“Ini caranya ISIS memanfaatkan medsos, terutama Facebook dan Twitter dipakai untuk merekrut target-target yang rentan. Seperti Facebook merekatkan kembali hubungan pertemanan dan keluarga. Kalau Twitter tempat memberikan gagasan-gagasan. Biasanya dengan media sosial akhirnya dimanfaatkan juga untuk propaganda-propaganda,” kata Marthinus Hukom di Semarang, Selasa (21/3/2023).
Dia menyebut pada konteks ini, mahasiswa dianggap sebagai agen yang tepat untuk membanjiri media sosial dengan konten-konten positif sebagai kontra narasi radikalisme dan terorisme. Ini sebagai cara untuk merawat kebhinnekaan yang ada di Indonesia, agar bangsa dan negara ini tetap kuat dan utuh.
“Medsos adalah ‘alat perang’ di era kemajuan informasi teknologi, jangan sampai kita bisa hindari perang tradisional, tetapi perang medsos tidak bisa kita hindari,” ungkapnya.
Dia menyebut untuk menangkal propaganda, perlu menciptakan eco chamber alias ruang gema untuk menetralisir propaganda radikal teror di medsos. Paham teroris bisa muncul dalam banyak aliran atau agama. Bahkan, bisa menimpa kepada individu yang tidak beragama sekalipun.
“Sebetulnya radikalisme itu ada dalam agama apapun, tidak hanya terkait dengan satu agama tertentu. Sebab kita hadir dalam bentuk keberagamaan dan datang dari berbagai perbedaan,” jelasnya.
Rektor Soegijapranata Catholic University Dr Ferdinandus Hindiarto menyatakan, kampusnya senantiasa mengajarkan nilai-nilai keindonesiaan. Nilai-nilai toleransi juga sudah sepenuhnya diimplementasikan oleh seluruh civitas akademik SCU.
“Implementasi dari nilai-nilai toleransi sudah sepenuhnya dijalankan oleh seluruh civitas akademika. Kami menggembleng generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan di bidangnya dengan kedewasaan moral dan kepribadian. Sehingga akan berani mengambil peran pemimpin di manapun mereka berkarya,” kata dia dalam Kuliah Umum Kebangsaan ‘Bahaya Virus Propaganda Radikalisme Terorisme di Medsos”
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno menegaskan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sedang radikalisme merupakan bahaya laten yang tidak kelihatan, yang harus diwaspadai kapanpun. adri-she