in

Lagi, Satupena Jateng Kehilangan Salah Seorang Pengurusnya

Zaenal Mahirin

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Perkumpulan Penulis Indonesia “Satupena” Provinsi Jawa Tengah kehilangan salah seorang pengurusnya lagi. Ketua Seksi Radio dan Televisi Satupena Jawa Tengah Zaenal Mahirin SSos meninggal dunia di Rumah Sakit KRMT Wongsonegoro, Senin, 3 April 2023, pukul 17.20.

Sejumlah seniman, penulis, wartawan, politisi, pejabat eksekutif Semarang, sahabat, keluarga, dan kerabat almarhum mendatangi rumah duka di Jalan Maulana Malik Ibrahim, Kompleks Perumahan Bukit Walisongo Permai, Tambakaji, Ngaliyan, Semarang.

Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie mengatakan, organisasi yang dipimpinnya sebelumnya telah kehilangan salah seorang penasihatnya, yaitu Drs Hadi Supeno MSi, mantan Wakil Bupati Banjarnegara. Menyusul kemudian Ketua Seksi Film Satupena Jawa Tengah Handry TM dan Ketua Bidang Media Satupena Jawa Tengah Drs Addy Susilobudi. Begitu juga anggota aktif Satupena Jawa Tengah yang tinggal di Kendal Subarie Syams yang meninggal dunia pula.

Menurut Gunoto, Zaenal Mahirin termasuk pengurus yang aktif, bahkan almarhum mengaku sedang menyelesaikan naskah drama berbasis kearifan lokal Kota Tegal. Zaenal sering mengeluh tentang minimnya naskah drama di Indonesia. Boleh dikatakan kita krisis naskah drama. Zaenal selama ini dikenal sebagai penulis naskah drama berjudul “Sintren” yang banyak dipentaskan di sejumlah kampus Jawa Tengah.

Gunoto berpendapat, Zaenal juga dikenal sebagai pembaca puisi yang bagus.Vokalnya menunjukkan kemampuan menguasai artikulasi dan volume suaranya. Ia suka membaca puisi “Khotbah” karya Rendra. Memang, Zaenal mengaku mengagumi sastrawan dan teaterawan Rendra, sehingga putra sulungnya diberi nama Rendra. Zaenal selain menulis puisi juga aktif di bidang teater dan sempat memimpin Teater Mercy di Semarang.

“Zaenal sempat menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Partai Golkar dan duduk di Komisi B. Dalam periode keanggotaannya di dewan ini ia menjabat Wakil Ketua Badan Legislatif Daerah yang antara lain menghasilkan Peraturan Daerah No 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa. Regulasi yang monumental sebenarnya. Namun, almarhum yang pernah menjadi Sekretaris Dewan Kesenian Jawa Tengah ini justru mengeluh karena pelaksanaan perda tersebut belum maksimal,” katanya.

Gunoto mengaku kedekatannya dengan Zaenal sudah cukup lama, tahun 1980-an awal. Sejak almarhum masih menjadi mahasiswa APPD Semarang, lalu bekerja di Radio Radix dan Radio Merci. Mereka sering berdiskusi tentang seni dan sastra, kadang serius, kadang penuh canda. Mereka sering begadang sampai larut malam membahas berbagai hal. Mereka juga sering bersama memancing ikan di pantai utara Semarang, meskipun lebih sering pulang dengan tangan hampa, tak mendapatkan ikan seekor pun.

“Bahkan saya tahu persis ketika Zaenal akan menikah dan tidak mendapat persetujuan calon mertua. Ceritanya cukup seru, meskipun lucu juga. Namun, almarhum seorang yang ulet, pejuang, tidak kenal menyerah, untuk mendapatkan Mbak Titah, istrinya yang mendampingi sampai akhir hayatnya,” ujarnya seraya menambahkan jika Zaenal sahabat yang baik dan ringan hati untuk membantu kesulitan yang dihadapi temannya.

Almarhum meninggalkan seorang istri, lima anak lelaki, dan sejumlah cucu. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka semalam sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ploso, Semarang, Selasa, 4 April 2023, pukul 13.00 wib. St

Written by Jatengdaily.com

Kupas Regulasi Perlindungan Hukum bagi Bidan, Istirochah Raih Doktor di Untag

KSR Unissula Fasilitasi Donor Darah di Bulan Puasa