Pesan Damai dari Solo Untuk Pemilu 2024: Berbeda Politik Hanya Sementara, Persaudaraan Selamanya

“Ngobrol Bareng Pesan Damai dari Solo untuk Pemilu 2024” yang digelar oleh Kemenkominfo, PWI Surakarta, TVRI Jateng, Monumen Pers Nasional dan RRI Surakarta di Aula Monumen Pers Nasional Solo, Sabtu malam (27/10/2023).Foto:dok
SOLO (Jatengdaily.com) -Eskalasi dari kontestasi Pemilu 2024 mulai meningkat seiring makin dekatnya pelaksanaan Pemilu, apalagi setelah adanya tiga pasang bakal capres dan cawapres yang sudah mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Untuk itulah dikhawatirkan akan muncul kembali polarisasi yang tajam di masyarakat pada proses Pemiu 2024 kali ini seperti yang terjadi pada Pemilu sebelumnya. Maka dari itu tanggung jawab semua pihak untuk menjaga kondusifitas dan kerukunan antar masyarakat meski berbeda pilihan politik.
Semua pihak turut menjaga kondusifitas masyarakat tersebut, salah satunya media dan produsen informasi lainnya. Media massa harus menyajikan berita yang jernih dan kredibel. Para penggerak media sosial juga jangan membuat hasutan atau konten yang tidak sesuai fakta sebenarnya.
Demikian disampaikan oleh Sasongko Tedjo, Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat pada acara “Ngobrol Bareng Pesan Damai dari Solo untuk Pemilu 2024” yang digelar oleh Kemenkominfo, PWI Surakarta, TVRI Jateng, Monumen Pers Nasional dan RRI Surakarta di Aula Monumen Pers Nasional Solo, Sabtu malam (27/10/2023).
Hadir dalam kesempatan itu sejumlah narasumber yakni KGPH Dipokusumo (dari Keraton Surakarta), KGPAA Mangkunegara X, KH Mashuri (Tokoh Agama), Romo Robertus Budiharyana (Tokoh Agama). Sementara sebagai keynote speaker adalaah Dirjen IKP Kemenkominfo, Usman Kansong.
Dalam kesempatan itu, Usman Kansong mewanti-wanti makin banyaknya serangan hoax dan ujaran kebencian jelang Pemilu, yang diiprediksi kian massif. Guna menekan penyebarannya, Kementrian Kominfo mengajak masyarakat melawannya melalui peningkatan literasi digital, kroscek informasi dan menjalin komitmen media massa selaku penjernih informasi.
Usman menyebut kasus-kasus hoax teridentifikasi dan jejak digitalnya telah dihapus. “Ada 51 hoax tentang politik telah di take down. Januari sampai Oktober 2023 ada 98 hoax. Juga telah ditangani serius oleh Kominfo. Kasusnya diprediksi meningkat saat kampanye calon. Puncaknya Januari 2024 atau sebulan jelang pemungutan suara Pemilu 2024,” katanya.
Ia memastikan pelaku penyebar hoax bertujuan membuyarkan Pemilu damai. Disinformasi yang disajikannya membuat polarisasi pemikiran yang muaranya pada demokrasi macet suatu negara. Perbedaan pandangan politik tak perlu direspons berlebihan. “Perbedaan seperlunya, persaudaraan selamanya,” pesannya.
Sementara itu, Adipati Mangkunegara, KGPAA Mangkunegara X menyampaikan, butuh peran aktif semua elemen masyarakat guna mewujudkan Pemilu damai dan berkualitas.
“Prosesnya dilalui dan dihormati bersama-sama. Ini pesta yang seharusnya membahagiakan semua pihak jangan malah merusak kerukunan,” katanya.
KGPH Dipokusumo dari Keraton Surakarta menyebut bahwa secara peradaban, masyarakat Indonesia itu sebenarnya sudah sangat kaya dengan keberagaman.
“Sejarah membuktikan bahwa, kita ini sudah hidup dalam masyarakat yang mejemuk termasuk dalam hal pandangan pemikiran. Bahkan sejak jauh sebelum Indonesia ada. Jadi perbedaan pandangan politik hanya hal biasa dan tidak perlu merusak kemajemukan untuk kebersamaan,” ungkapnya.
Kedua tokoh agama juga menyampaikan hal senada. Mereka mengajak masyarakat kembali kepada nilai-nilai agama yang lebih mementingkan persaudaraan dan kasih sayang antar warga masyarakat.
Ketua PWI Surakarta yang juga sebagai Ketua Penyelenggara, Anas Syahirul dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini untuk menularkan pentingnya pesan kedamaian dalam menjalani Pemilu. Jangan sampai perseteruan dalam Pemilu 2019 terulang pada Pemilu kali ini.
“Kita mulai dari Solo untuk menggaungkan pesan damai untuk kerukunan dan keharmonisan dalam Pemilu 2024. Pandangan politik hanya sementara, persaudaraan selamanya. Agenda ini untuk mengendurkan tensi politik menyusul mengencangnya tensi politik kita akhir-akhir ini. Apalagi dari Jateng ada dua orang tokoh yang akan berlaga pada Pilpres,” ungkapnya.
Kapolresta Solo Kombespol Iwan Saktiadi mengatakan wilayahnya selalu jadi episentrum segala isu. Di satu sisi itu kebanggaan tersendiri namun juga mudah tersulut suhu politik.
“Kita punya banyak tokoh. Mereka memiliki massa, jemaah dan pengikut. Dari merekalah poin penting menjaga wilayah tetap kondusif. Saya sepakat pemilu ini adalah konfrontasi yang dilegalkan. Namun setelah itu harus kembali ke persatuan dan kesatuan,” katanya. St