Solusi Pengendalian Banjir di Jateng Perlu Penanganan Terpadu
SEMARANG (Jatengdaily.com)– Anggota DPD RI asal Jateng Dr Abdul Kholik SH MSi mengingatkan bahwa sejumlah penelitian maupun kajian menjelaskan beberapa tempat di kawasan pantai utara berpotensi akan tenggelam. Salah satu penyebabnya karena tanahnya menurun dan permukaan air laut naik.
“Tanah di pantura menurun 1 – 12 cm per tahun. Di beberapa daerah, juga selalu terendam air. Ini sebenarnya tantangan kita bersama,” kata Abdul Kholik saat menjadi pemateri dalam FGD bertema Solusi Banjir Jawa Tengah, di Kantor DPD RI Jawa Tengah, Jl. Imam Bonjol, Semarang, Rabu 22 Pebruari 2023. Pemateri lainnya, Bergas C Penanggungan (BPBD Jateng) dan M. Adek Rizaldi (BBWS Juana), dengan moderator Erwin Ardian, pimred Tribun Semarang.
Hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan BPBD Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, IPNU/IPPNU Jateng, Pramuka, WALHI, Forum Taman Baca Masyarakat Jateng, Baznas Jateng, Komunitas Pengelola Sampah Jawa Tengah, dan sejumlah peserta lainnya.
Senator Jateng ini menambahkan, selain wilayah pantura, kawasan selatan di kurun waktu Oktober hingga Desember sering dilanda banjir akibat meluapnya sungai. Namun secara umum Jawa Tengah memang sering dikepung banjir.
Hal ini, lanjutnya, tentu berdampak terganggunya sektor pertanian. Beberapa kantor juga terancam tidak berfungsi akibat banjir yang terus menerus menggenangi lokasi perkantoran dan perumahan.
“Dulu sungai itu sering dilakukan pengerukan. Tapi sekarang tidak. Itu ya karena tidak jelas pembagian kewenangannya untuk mengatasi persoalan sungai. Sungai yang menjulur dari wilayah Jawa Tengah dan Yogya atau sebaliknya. Juga antara kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Jadi harus dipertegas petugas di daerah mana yang berwenang mengatasi sampah ataupun springbed yang dibuang ke kali,” tandasnya.
Karena itu, pintanya, penggunaan air tanah harus dibatasi. Limpahan air di berbagai kawasan, harus segera diserap dengan cara dipompa atau disalurkan melalui drainase dan penampungan maupun bendungan air. Tersedia tempat atau rumah panggung untuk antisipasi kebanjiran. “Namun yang perlu menjadi catatan adalah kesadaran semua pihak bahwa menanggulangi banjir menjadi tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Adek Rezaldi mengatakan sederas apapun hujan yang datang, adalah karunia Tuhan yang harus diterima apa adanya. Karena banjir terjadi akibat ada yang tidak tepat di daerah tersebut. Kondisi itulah yang harus dibenahi oleh semuanya.
“Jumlah air di dunia itu tetap, tidak bertambah dan tidak berkurang. Menguap, mendung lalu turun menjadi hujan. Siklusnya memang selalu berurutan demikian. Volume air hujan di suatu daerah berbeda, tergantung tingkat pemanasan global, cuaca serta iklimnya. Dan kalau ini disikapi dengan bijak dan tepat, maka tidak akan terjadi banjir,” kata Adek Rizaldi.
Baca Juga: Kemenhub Siapkan 10 Ribu Slot Angkutan Motor Gratis Lebaran 2023, Ayo Daftar
Adek menegaskan hingga kini belum ada penjamin yang menegaskan bahwa suatu daerah tidak akan pernah dilanda banjir. Apalagi semua daerah di Jawa Tengah dilintasi sungai yang jika tidak dirawat dengan tepat mudah mengakibatkan terjadinya bencana banjir.
Banjir juga bisa disebabkan karena menurunnya permukaan tanah. Wilayah Kaligawe misalnya, langgan banjir bahkan rob. Itu karena tanahnya berada di posisi 0,8 cm dibawah permukaan air laut, ditambah pompa yang mungkin kurang berfungsi maksimal. Juga banjir di pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Kondisi pasang air laut saat itu mencapai ketinggian 2,1 meter. Tepi pantai minus 0,3 m. Total selisih ketinggiannya 2,4 meter.
“Untuk itu pengendalian banjir harus terpadu baik secara struktural maupun yang non struktural. Struktural dengan cara membuat tanggul-tanggul atau dam untuk mengantisipasi meluapnya debet air. Yang non struktural harus dipahamkan betul kepada masyarakat tentang bahayanya buang sampah di sungai dan kesadaran pentingnya bersih-bersih sungai maupun lingkungan. Semuanya harus satu manajemen dan terintegrasi,” katanya sambil menjelaskan kalau memperbaiki sungai itu beda dengan jalan. Perbaikan sungai harus dari hulu hingga hilir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Bergas C Penanggungan menyatakan persetujuannya atas apa yang disampaikan Adek Rezaldi. Utamanya tentang solusi banjir melalu cara struktural dan non struktural. Hanya saja secara simpel Bergas menandaskan keselamatan itu timbul dan bermula dari diri kita sendiri.
“Kondisikan diri kita, keluarga dan tetangga serta lingkungan kita dengan tepat. Bangunan juga harus kuat. Saluran air juga harus tersedia dengan tepat. Lingkungan berpenghijauan, bukan cokelat semua. Ditambah dengan tersedianya pompa penyedotan air, niscaya pengendalian banjir akan teratasi dengan baik dan cepat,” katanya.
Dan itu semua, lanjutnya, memang perlu disampaikan kepada seluruh elemen masyarakat. “Bahwa kami dalam menyikapi bencana, misi kami adalah meminimalisir korban jiwa dan memperkecil kerugian material,” tandasnya. St