JAKARTA (Jatengdaily.com)- Teknologi blockchain (rantai blok) adalah teknologi yang sangat terbuka sehingga semua orang bisa menjadi partisipannya tanpa ada hambatan (barrier). Meski sangat terbuka dan saat diciptakan nuansa libertariannya besar sekali, kemungkinan dimanipulasi kecil sekali, bahkan hampir tidak mungkin.
Yos Ginting, pendiri Asosiasi Blockchain Indonesia yang menjadi pegiat edukasi blockchain dan cryptocurrency bagi kalangan muda, mengungkapkan hal itu pada seminar “Blockchain Technology Through The Lens of 3 Generations: How to Prepare Young People to Adapt with the Development of Digital Economy” yang digelar 21 Bridges Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), di Auditorium R. Soeria Atmadja Depok, Kamis (2/11/2023) yang dipandu dipandu Direktur Eksekutif dan Founder 21 Bridges, Kristi Ardiana.
Prof Irwan Adi Ekaputra selaku Ketua Departemen Manajemen FEB UI memberikan opening speech, Adapun pembicara lainnya adalah Robby (Co-founder and Chief Compliance Officer of Reku, and Chairman of Indonesia Blockchain Association), Jesse Choi (Chief Operating Officer of Reku), dan Christoper, remaja yang menjadi Ketua UWCSEA (United World College South East Asia ) Artificial Intelligence Club.
Yos manambahkan, karena keterbukaannya siapa saja bisa mempelajari blockchain secara gratis. “Selama mau belajar dan bekerja maka rate of success-nya sama dengan kawan-kawan dari belahan bumi manapun. Sebagian besar ilmu tersedia secara gratis, bisa dipelajari asal kita mau belajar,” ujar mantan Eksekutif PT HM Sampoerna Tbk yang sekarang menjadi COO Eynventa Private Limited Singapore ini.
Mengenai kecilnya kemungkinan teknologi blockchain dimanipulasi, menurut Yos Ginting, karena data di blockchain direplikasi oleh banyak sekali komputer di dunia, bahkan bisa sampai ribuan.
Ketua Program Strudi manajemen FEB UI, Prof Irwan Adi Ekaputra, menyatakan sebagai salah satu sekolah ekonomi dan bisnis terkemuka di Indonesia, FEB UI pun berkolaborasi dengan 21 Bridges Indonesia untuk mendorong masyarakat terutama para generasi muda untuk menyelami perkembangan ekonomi digital yang pesat.
Dia berharap seminar ini memberi kesempatan kepada seluruh peserta untuk lebih mengenal tekonologi blockchain dan berbagai aplikasinya sehingga memiliki bekal dan terinspirasi untuk berinovasi lebih lanjut memanfaatkan teknologi blockchain. Pasalnya, blockchain merupakan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal positif, penggunaannya untuk cryptocurrency (uang kripto) hanya salah satunya saja.
Di Indonesia sendiri, orang lebih mengenal uang kripto (cryptocurrency) dan salah satu jenisnya seperti bitcoin, padahal kesemuanya tergantung pada teknologi blockchain. Uang kripto yang semula legalitasnya dipayungi aturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), sekarang sudah memiliki legalitas dengan berlakunya Undang-Undang No 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan penguatan Sektor Keuangan (PPSK).
Mata uang digital kripto diperkirakan makin menarik sebagai salah satu bentuk investasi, namun untuk memasukinya harus mau mempelajari secara intens seluk-beluknya. Kripto memiliki beberapa keunggulan sekaligus kelemahan. Keunggulannya, bentuknya virtual sehingga sangat praktis, sifatnya global, terdesentralisasi (otonom), transaksi dilakukan langsung peer to peer, sifatnya global dan berlaku di semua negara, transparan, dan dienskripsi.
Adapun kelemahan kripto adalah nilai asetnya dapat berfluktuasi dengan sangat cepat, menyebabkan risiko tinggi bagi para pemegangnya tetapi di saat yang sama juga menyimpan peluang mendapat keuntungan besar, aset kripto baik untuk investasi jangka panjang. Selain itu, penerimaan aset kripto sebagai alat pembayaran masih terbatas, sehingga penggunaannya pun menjadi terbatas. she