JAKARTA (Jatengdaily.com) – “Lagu ini terinspirasi dari momen di sebuah kedai kopi kecil di Bandung. Kursi yang tidak berjarak, membuat pengunjungnya mau tidak mau bisa mendengar obrolan ‘kursi’ sebelah. Dan mau tidak mau, akhirnya tergelitik untuk saling berinteraksi.”
Beberapa tahun belakangan, kedai kopi bermunculan dan semakin menjamur, sejalan dengan tren gaya hidup ‘ngopi cantik’ yang sedang digandrungi berbagai kalangan. Mulai dari kedai kecil di pinggir jalan, sampai restoran mewah, semua berlomba menyuguhkan kopi khas mereka. Tak sulit menemukan kedai kopi di berbagai pelosok kota dan daerah di Indonesia saat ini.
Meningkatnya tingkat konsumsi kopi juga tidak terlepas dari gaya hidup masyarakat urban yang gemar berkumpul. Di mana ada tempat nongkrong, di situ ada kopi. Begitu juga sebaliknya. Kopi adalah teman untuk bersosialisasi, pendamping diskusi yang menyenangkan, sekaligus sebagai pemicu inspirasi dan gairah untuk berkreasi dan berkarya.
Kopi dan D’Cinnamons
Bisa dibilang, para personel D’Cinnamons nyaris tak pernah lepas dari kopi. Setiap ada kesempatan berkumpul, baik dalam pertunjukan maupun kegiatan latihan, kopi selalu menemani.
Bahkan tidak sebatas itu saja.
Karakter musik D’Cinnamons yang didominasi instrumentasi akustik, dengan lirik-lirik bersahaja beraroma folky merupakan sajian sempurna untuk menemani kenikmatan menyeruput secangkir kopi.
Dunia kopi yang erat kaitannya dengan kegiatan berkumpul yang akrab dan dekat, sangat selaras dengan misi D’Cinnamons yang selalu menikmati suasana bermusik yang lebih dekat dengan pendengarnya (intimate).
Tentang Single “Secangkir Kopi”
Lagu ini terinspirasi dari pengalaman vokalis/gitaris Diana Widoera (Dodo) sendiri, dari sebuah momen di sebuah kedai kopi kecil di Bandung. Di sana, seperti biasa penikmat kopi tanpa sengaja berkumpul. Namun, berbeda dengan coffee shop yang lain – yang biasanya duduk sendiri-sendiri, menikmati hiburan dari ponsel atau laptop masing-masing – di sini tidak ada sofa, tidak ada wi-fi, dan kursi pun hanya dari semen yang keras.
“Tapi apa yang terjadi ternyata di balik kesederhanaan ini, kopi bukan sekadar rasa, tempat, dan internet. Tapi menggugah panggilan manusia yang paling dasar, yaitu panggilan untuk bersosialisasi,” ujar Dodo meyakinkan.
Di mata Dodo, manusia adalah mahluk sosial, seperti yang dituliskan di buku-buku sekolah dasar. Tapi apa yang terjadi dengan fenomena kedai/cafe kopi yang menjamur saat ini? Orang orang bekerja dengan laptopnya masing-masing. Tanpa bertegur sapa. Hanya mengobrol jika memang kenal.
“Bukan salah kopinya… jadi salah siapa atau apa dong? Di sini kisah menggelitik dimulai,” lanjut Dodo. “Dari sebuah kedai kopi kecil, berkonsep open bar, tapi menjual kopi yang nikmat. Semakin nikmat karena di sana kita duduk sangat berdekatan. Tidak ada jarak. Sehingga apa yang terjadi adalah saling menyapa. Ya, semudah itu menikmati hari ini sebagai hari ini.
Dimulai dari saling menyapa, kemudian bercerita, bertanya, berbasa basi, berunek unek, berandai-andai, mengundang gelak tawa seisi kedai kopi tersebut. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Kita bisa menikmati esensi dasar sebagai manusia dan hidup di detik ini. Sungguh membahagiakan! Sungguh menginspirasi,”
“Single ‘Bukan Salah Kopi’ ini merupakan lagu yang spesial, karena benar-benar dikerjakan secara mandiri. Dari hulu ke hilir. Mulai proses pembuatan lagu dari Dodo yang berbincang kecil tentang pertemuan seorang yang tidak dikenal, menjadi akrab karena secangkir kopi.
Lalu kebiasaan Nana yang hobi menyeruput kopi sehari hari, jadi inspirasi lagu ini. Juga sangat spesial lantaran kali ini saya mendapat kepercayaan untuk menggarap mixing dan mastering-nya,” ucap gitaris Ismail Bonaventura (Bona) mengungkap keistimewaan lagunya.
Bassis Riana Mayasari (Nana) lalu ikut menimpali, “Kenapa kami sepakat kasih judul ‘Bukan Salah Kopi’? Karena ternyata yang membuat kopi itu terasa hangat bukan dari kopinya, tapi dari interaksi manusianya. Mau dimanapun kita menyeruput kopi, semewah atau sesederhana apapun tempat kita ‘ngopi’, tetap akan terasa hangat dan nikmat bila dibubuhkan interaksi. Baik dengan orang-orang terdekat, atau dengan orang yang baru kita kenal sekalipun.”
Dalam peracikan “Bukan Salah Kopi”, Dodo, Bona dan Nana juga menambahkan kejutan lain yang unik dan tidak biasa, dimana untuk memperkuat komposisi serta aransemennya, pada bagian akhir lagu mereka menyematkan petikan gitar renyah dari maestro fingerstyle Jubing Kristianto.
Komentar Jubing Kristianto
“Mendengar lagu ini ada perasaan nyaman, hangat, dan intim, serasa memeluk kenangan-kenangan lama. Liriknya pun mencerahkan, mengingatkan kita agar jangan lupa berbicara atau sekadar menyapa – kepada keluarga atau teman-teman kita.
Lewat single ini, D’Cinnamons juga menghadiahi saya pengalaman baru. Biasanya bila membantu mengisi musik untuk rekaman, saya main gitarnya di dalam lagu. Namun baru kali ini saya diberi kesempatan bikin komposisi pendek untuk dimainkan di akhir lagu saja. Seperti apa jadinya? Yuk kita dengarkan!”
D’Cinnamons berharap, lagu “Bukan Salah Kopi” bisa menjadi soundtrack yang inspiratif untuk kembali berkumpul dan berinteraksi dengan hangat, tanpa ‘gangguan’ perangkat gawai, sambil menikmati hidangan kopi yang nikmat. St