in

Meneladani Spirit Hijrah Nabi Muhammad SAW

Oleh: Multazam Ahmad 

BANGSA Indonesia dan umat  Islam seluruh dunia  kembali memperingati Tahun Baru Islam 1446 Hijriyah  pada  7 Juli  2024. Peristiwa hijrah merupakan titik balik  ( centre point) dan titik awal (entry point)  peradaban umat manusia atau puncak kejayaan Islam yang dimulai sejak Nabi Muhammad SAW hijrah dari kota Makkah ke Yatsrib (Madinah).

Menurut Huston Smith dalam The Religion of Man ( 622 M), hijrah merupakan pemindahan sebagai titik balik dalam sejarah dunia, serta   gerakan Islam yang visioner untuk menata masyarakat masa depan. Oleh karena itu, hijrah bukanlah persoalan migrasi geografis  perjalanan dari Makkah ke Yatsrib ( Madinah), tetapi merupakan strategi umat manusia.

Mengapa Nabi Muhammad SAW dan  para sahabatnya melakukan hijrah ke Yatsrib atau Madinah? Ada dua hal spirit dari peristiwa hijrah. Pertama ,Madinah merupakan tempat yang menjanjikan untuk berdakwah,  meskipun masyarakat Madinah memiliki karakter yang  multikultural.

Sebagaimana kita pahami  di kota inilah Nabi dan para sahabanya melakukan dakwah Islam  bisa berkembang pesat, bahkan sampai melewati batas teritorial wilayah Arab. Maka, tidak mengherankan kalau Khalifah Umar bin Khatab peristiwa hijrah menjadikan sebagai awal perhitungan kalender Islam.

Kedua, misi risalah Nabi  dan para sahabatnya  untuk mengubah  kultur masyarakat Madinah.  Kehidupan yang semula dalam suasana penuh diskriminatif, primordial, eksklusif, dan penuh permusuhan, dalam waktu yang relatif singkat masyarakat Madianah dapat diubah oleh Nabi menjadi masyarakt yang penuh egaliter, kasih sayang, terbuka,  toleran, dan memiliki semangat gotong royong.”

Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelumnya (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijauhkan dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”(QS al-Hasyr:9).

Ayat tersebut merupakan landasan fundametal dan strategi Nabi Muhammad SAW untuk membangun sistem politik keumatan dan kebangsaan, untuk  meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berkeadilan.

Oleh karena itu, upaya yang dilakukan Nabi dan para sahabatnya mempersaudarakan beberapa kelompok seperti, kaum Muhajirin, Anshar, Nasrani, Majusi, dan komunitas Yahudi.

Semua itu dipersatukan dengan  bingkai  ikatan kebangsaan melalui Piagam Madinah, yakni dokumen kostitusi yang berupa perjanjian formal antara Nabi dengan semua pemimpin  suku .

Strategi Nabi inilah merupakan titik awal (entry point) terciptanya masyarakat madani bersatu, saling berkolaborasi, damai, sejahtera, berkeadilan, dan  menjadikan bangsa yang disegani dan bermartabat.

Hijrah Struktural

Sebagai anak bangsa kita merasakan betapa prihatinya melihat ketidakjelasan arah suatu bangsa ke depan. Banyak persoalan bangsa yang selalu hadir untuk  dipertontonkan di muka umum. Artinya bangsa ini masih banyak menyisakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Seperti,judi online, korupsi, intoleransi, narkoba, radikalisme, ketidakadilan,merasa menang sendiri, merasa berjasa, dan sebagainya. Kita memahami segudang persoalan tersebut tidak mudah diselesaikan. Akan tetapi dengan spirit hijrah Nabi Muhammad saw bisa menawarkan solusi strategis sebagi komitmen yang kuat untuk berubah keluar dari krisis mejunu bangsa yang martabat.

Oleh karena itu  kita  segera membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi yang besar, dan melakukan trategi dengan lompatan-lompatan besar.

Dalam situasi inilah  saatnya yang tepat kita melakukan hijrah  struktural. Yakni, berhijrah  suatu negara apabila dalam keadaan krisis yang bisa menjadi ancaman kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai warga Indonesia yang baik dan berketuhanan, ada sebuah  ikhtiar yang wajib kita lakukan.”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (bangsa), sehingga kaum itu mau mengubah nasibnya sendiri “( QS.Ar Ra’ad : 11).

Sebaliknya kalau masyarakat masa bodoh, kita akan semakin sulit menata  kehidupan.  Kita memahami segudang persoalan tersebut tidak mudah diselesaikan. Akan tetapi dengan spirit hijrah Nabi bisa menawarkan solusi strategis sebagi komitmen yang kuat untuk berubah keluar dari krisis.

Perubahan sosial merupakan keniscayaan. Menurut Nurcholis Madjid,  ada tiga  hal yang perlu diidentifikasi dan harus diperhatika karena besarnya krisis yang ada di sekitar kita.Pertama, deprivasi relatif, yaitu perasaan teringkari .

Kedua, dislokasi yaitu perasaan tidak punya tempat dalam tatanan sosial yang sedang berkembang.Ketiga,disorientasi yaitu perasaan tidak mempunyai pegangan hidup akibat yang ada selama ini tidak lagi dapat dipertahankan karena terasa tidak ada kecocokan.

Oleh karena itu perubahan sosial dengan krisis-krisis yang ditimbulkannya tersebut , jika tidak ditangani dengan baik, akan menciptakan lahan yang sangat potensial bagi tumbuh suburnya radikalisme, fanatisme, sektarianisme, dan fundamentalisme yang dapat mengancam suatun bangsa.

Peralihan tahun baru Islam agar tidak hanya menyisakan sekadar pidato, harus ada agenda besar untuk melakukan penyadaran yang lebih substansial baik dalam konteks keumatan ataupun kebangsaan.

Jika tidak, semuanya hanya akan berhenti sebatas upacara tradisi  yang ada di kampung-kampung.Tahun baru Islam satu Muharam pun hanya menyisakan `rutinitas ceramah’ para dai di atas mimbar keindonesiaan yang semakin gelap.

Sekali lagi pergantian tahun baru 1446 Hijriyah, merupakan momentum untuk merajut kembali dan dapat memperkokoh kesatuan bangsa. Muhasabah atau evaluasi diri, penuh optimisme, melakukan perbaikan di seluruh kehidupan bangsa, dan menjauhkan perilaku yang dilarang oleh Allah SWT.

Hal ini  merupakan syarat menuju Indonesia maju. Yakni berani untuk berubah. Semoga bangsa Indonesia dapat menyongsong dan  menggapai kehidupan yang lebih baik kini dan esuk. Wallahu a’lam bi ashawab.       

 

Dr H Multazam Ahmad, MA, Sekretaris MUI  Jawa Tengah,Wasekjen Pengurus Pusat DMI, KetuaTakmir Masjid Raya Baiturrahman Jawa Tengah, dan Dosen FBS Unnes Semarang. Jatengdaily.com-st

 

 

 

 

Written by Jatengdaily.com

BURT DPR RI Kagumi Pelayanan dan Fasilitas di RSI Sultan Agung

Tertimpa Talud Longsor, Kakek di Solo Meninggal