Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial

perpustakaan

Pelaku usaha kuliner dihadirkan di Dinperpusar Kabupaten Demak dalam kegiatan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Foto : sari jati

DEMAK (Jatengdaily.com)- Ungkapan ‘buku adalah jendela dunia” sudah menjadi pengetahuan umum. Namun membaca buku tentang keterampilan hidup atau life skill di perpustakaan, sambil sesekali didampingi narasumber berkompeten sekaligus mempraktekannya, hanya ada di Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dinperpusar) Kabupaten Demak.

Seperti disampaikan Kabid Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Demak Siswati Tri Pudjiastuti SS MM, dulu memang perpustakaan hanya dikenal sebagai tempat membaca dan meminjam buku. Namun seiring perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat, perpustakaan bertransformasi hingga mengembangkan fungsi menjadi pusat belajar dari masyarakat pula.

“Jadi kami, Dinperpusar Kabupaten Demak memberi kesempatan masyarakat untuk beraktifitas belajar di perpustakaan, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan belajar dari buku,” ujarnya, Rabu (26/06/2024).

Sehubungan itu banyak buku keterampilan yang disediakan di perpustakaan. Sekaligus menfasilitasi masyarakat untuk belajar sekaligus praktek di tempat, didampingi narasumber yang berkompeten di bidangnya. Yang semula tidak bisa menjadi bisa, karena ada latihan atau prakteknya langsung.

“Melalui pengenalan ketrampilan pemula bagi masyarakat nantinya diharapkan bisa miliki keahlian dan kesiapan untuk mendirikan usaha sendir. Sehingga meningkatkan ekonomi keluarga,” imbuhnya.

Adapun hal-hal yang bisa dipelajari masyarakat di Dinperpusar Kabupaten Demak seiring diberlakukannya Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial antara lain belajar bercerita atau story telling bagi kelompok anak, serta pelatihan jurnalistik bagi kelompok remaja dan pelajar. Selain itu ada pula workshop terkait kesehatan reproduksi remaja.

“Hingga keterampilan memasak atau cooking class dan kelas kecantikan atau beauty class untuk kelompok ibu-ibu. Sejauh ini memang antusias terbesar ada pada kelompok ibu-ibu rumah tangga ini. Mereka memilih mengisi waktu luang di sekitaran pukul 09.00 – 11.00 untuk menambah ilmu dari buku-buku sekaligus praktik bersama ahlinya atau pelaku usaha,” ungkap Uchi, sapaan akrab Siswati Tri Pudjiastuti.

Setiap bulan disebutkan minimal ada pelatihan life skill tersebut. Diusahakan seminggu sekali pasti ada. “Kemarin malah sebulan ada 10 kali praktek. Mulai membuat bolen pisang, keripik tempe, merangkai hantaran pengantin, dan masih banyak lagi,” pungkasnya. rie-she 

Exit mobile version