Oleh Prof. Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag
HAMPIR setiap menjelang Ramadan, masyarakat muslim Indonesia selalu mempertanyakan : kapan awal Ramadan dan kapan hari raya Idul Fitrinya ? Pertanyaan ini selalu muncul karena di Indonesia sampai sekarang belum ada kesepakatan (consensus – ijma’) dalam metode penetapannya. Tidak seperti penetapan hari raya agama lain seperti Natal, Waisak, Nyepi dan lain sebagaimana yang mempunyai metode penetapannya yang tidak berbeda-beda. Menjelang Ramadan tahun ini juga demikian, banyak Whats App yang masuk ke nomor hp penulis, menanyakan kapan awal-akhir Ramadan 1446 sekarang ini ? Terjadi perbedaan, apa tidak ?
Antara Hisab dan Rukyat
Untuk mengawali dan mengakhiri puasa Ramadan (ber-hari raya), pada dasarnya Rasulullah saw telah memberikan tuntunan sebagaimana di antaranya disebut dalam hadis Buchari Muslim :” Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal, bila tertutup oleh awan maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban menjadi 30 hari ”.
Namun demikian dalam realitanya pemahaman hadis tersebut terdapat perbedaan interpretasi, ada yang memahami “rukyah” harus dengan benar-benar melihat (yakni metode rukyah) dan ada yang memahami bahwa “rukyah” cukup teoritis memperhitungkan dengan ilmu (metode hisab).
Bahkan ternyata di Indonesia terdapat banyak metode yang juga dampak dari perbedaan pemahaman hadis hisab rukyah tersebut. Namun yang banyak mewarnai dalam wacana penetapan awal Ramadan, Syawal dan Dulhijjah di Indonesia selama ini adalah metode rukyah satu wilayah negara ( rukyah fi wilayatil hukmi ) yang dipakai Nahdlatul Ulama dan metode hisab wujudul hilal yang dipakai Muhammadiyah (kalau belum memberlakukan metode KHGT (Kalender Hijriyah Global Tunggal-nya).
Pemerintah kemudian hadir yang berusaha mempertemukan antara metode hisab dan rukyat tersebut, dengan metode Imkanurrukyah. Sehingga wajar jika masyarakat muslim sampai sekarang masih selalu mempertanyakannya.
Bagaiamana dengan hisab rukyah awal – akhir Ramadan 1446 (tahun ini 2025)? Menurut data hisab yang akurasinya dapat dipertanggungjawabkan, data akhir bulan Sya’ban 1446 H dengan markaz Menara Al-Husna MAJT Semarang, Ijtima’ terjadi pada hari Jum’at Legi, 28 Februari 2025 M pukul 07:44:38 WIB, Matahari terbenam : 17:57:54 WIB, Azimuth Matahari: 262° 03’ 25,8”, Tinggi Hilal Mar’i : 3° 56’ 40,8” di atas ufuk, Azimuth Hilal : 263° 59’ 22,8”, Posisi Hilal : 01° 55’ 57” di Utara Matahari miring ke Utara, Lama hilal : 18 menit 49 detik, sampai pukul 18:17:12 WIB Elongasi: 5° 53’ 40,8”, Umur Hilal : 10 jam 13 menit 16 detik.
Mendasarkan pada kriteria Imkanurrukyah (tinggi hilal (toposentrik) minimal 3 derajat dan elongasi haqiqy (geosntrik) minimal 6,4 derajat ) daerah di Indonesia yang memenuhi, hanyalah sebagian daerah di provinsi Aceh.
Atas dasar data hisab tersebut, jika Muhamadiyah masih tetap dengan metode hisab wujudul hilal dalam penetapannya – tidak menggunakan metode KHGTnya, sudah dapat dipastikan menurut Muhamadiyah awal Ramadan 1446 jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025.
Sedangkan dengan data hisab tersebut, Nahdlatul Ulama menekankan bahwa rukyatul hilal kasat mata dan kasat teleskop yang akan diterima di wilayah Indonesia hanyalah yang berasal dari provinsi Aceh, dengan syarat didukung kondisi cuaca. Sedangkan rukyatul hilal kasat kamera yang akan diterima dapat berasal dari daerah yang dibatasi hingga + 200 km sebelah timur garis elongasi 6,4º, sehingga meliputi provinsi Aceh – Sumatera Utara – Sumatera Barat.
Di Banda Aceh , pada hari Jum’at 28 Februari 2025, matahari tenggelam (maghrib) terjadi pada jam 18:52 WIB. Lama Bulan di atas ufuk Banda Aceh dalam waktu 23 menit, dengan demikian hasil rukyatul hilal di provinsi Aceh paling cepat baru diketahui pukul 19:15 WIB. Oleh karena itu, bagi Nahdlatul Ulama penentuan awal Ramadhan 1446 H/2025 M, akan berdasarkan rukyatul hilal pada Jumat 29 Sya’ban 1446 H / 28 Februari 2025 M di daerah tersebut.
Apabila hilal berhasil dilihat (kasat mata/kasat teleskop/kasat kamera) dan telah terdapat sumpah saksi, maka 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu 1 Maret 2025 (mulai malam Sabtu). Sedangkan apabila hilal tidak berhasil dilihat maka 1 Ramadhan jatuh pada hari Ahad 2 Maret 2025 (mulai malam Ahad) karena terjadi istikmal bulan Sya’ban.
Bagaimana Pemerintah dengan kriteria imkanur rukyah dan sidang Isbatnya ? Pemerintah tentunya juga fokus tetap menunggu hasil rukyatul hilal di daerah provinsi Aceh dan sekitarnya, karena yang masuk dalam kriteria imkanur rukyah memang hanya di daerah Aceh tersebut. Berhasil ataupun tidak berhasil, Pemerintah akan membawa hasil laporan pelaksanaan seluruh Indonesia dalam majlis sidang Isbat. Karena diprediksi hasil rukyatul hilal baru dapat diketahui pada jam 19:15 WIB, maka sidang Isbat baru dapat dilaksanakan setelah jam 19:15 WIB.
Atas dasar kaidah fiqh : Hukmul Hakim Ilzamun wa Yarfa’ul Khilaf (Penetapan Pemerintah menyelesaikan dan menghilangkan perbedaan), maka mari kita tunggu hasil sidang isbat Pemerintah untuk penetapan 1 Ramadan 1446 H. Jika pada hari Jum’at 28 Februari 2025 sekitar jam 19.00 wib dilaporkan ada yang berhasil melihat hilal, maka Pemerintah akan mengisbatkan bahwa Sabtu, 1 Maret 2025 masuk awal Ramadan, sehingga malam Sabtu sudah mulai dapat melaksanakan ibadah shalat tarawih dan ibadah-ibadah lainnya.
Namun sebaliknya jika tidak ada yang berhasil melihat hilal dan tidak ada argument atau dalil yang dapat menguatkan keberadaan hilal di atas kriteria imkanur rukyah, bisa jadi Pemerintah akan mengisbatkan awal Ramadan jatuh pada hari Ahad, 2 Maret 2025 dengan mengistikmalkan bulan Sya’ban 1446 H menjadi genap tiga puluh hari, sehingga malam ahad, baru dapat melaksanakan ibadah shalat tarawih dan ibadah-ibadah lainnya. Wallahu A’lam bishshawab.
Prof. Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag
Guru Besar Ilmu Falak UIN Walisongo
Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia
Pengasuh Pesantren Life Skill Daarun Najaah Semarang
Sekretaris Bidang Ketakmiran MAJT
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Provinsi Jawa Tengah. Jatengdaily.com-st