Bank Sampah Walisongo Semarang Kukuhkan Pengurus Baru: Dari Sampah Menjadi Harapan Baru Warga Tambakaji

3 Min Read
Ketua RW III, Hary Setiawan menerahkan SK Kepengurusan Bank Sampah Walisongo periode 2025-2030.Foto:Dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Suasana hangat terasa di Balai RW III Kelurahan Tambakaji, Sabtu (11/10/2025). Sambil duduk lesehan dan senyum warga yang hadir, aroma tumpeng yang baru dipotong menandai momen istimewa: pelantikan pengurus Bank Sampah Walisongo periode 2025–2030 oleh Ketua RW III, Hary Setiawan.

Ketua RW III, Hary Setiawan menyerahkan SK Kepengurusan Bank Sampah Walisongo periode 2025-2030 kepada Direktur Bank Sampah, Ely Fatonah S.Sas.Foto:Dok

Bukan sekadar seremonial, pelantikan ini menjadi simbol semangat baru warga Tambakaji untuk terus menjaga lingkungan di tengah ancaman krisis sampah yang kian nyata. Indonesia kini menempati posisi kelima dunia sebagai negara penghasil sampah terbanyak.

Di perkotaan, termasuk Semarang, persoalan ini makin terasa seiring bertambahnya jumlah penduduk dan terbatasnya lahan pembuangan.

“Bak sampah di tiap RT cepat penuh. Tapi dengan adanya bank sampah, volume pembuangan bisa berkurang drastis,” ujar Hary dalam sambutannya. Ia menekankan pentingnya kolaborasi warga dalam menghadapi rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang.

Bank Sampah Walisongo hadir bukan sekadar mengumpulkan sampah, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap limbah rumah tangga. Dengan sistem setoran rutin tiap bulan, warga diajak memilah dan menyetorkan sampah anorganik untuk ditukar dengan nilai ekonomis. “Targetnya, minimal 50 persen warga aktif menyetor ke bank sampah,” ujar Hary optimistis.

Elly Fatonah S Sas, Direktur Bank Sampah Walisongo, menambahkan bahwa keberhasilan bukan diukur dari jumlah tonase sampah yang terkumpul, melainkan dari konsistensi gerakan warga.

“Kami bangga, selama tiga tahun terakhir Bank Sampah Walisongo mendapat penghargaan sebagai bank sampah paling konsisten. Jumlahnya mungkin tidak sebanyak yang lain, tapi sistemnya berjalan rapi dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Selain program tabungan sampah, Bank Sampah Walisongo kini juga mengembangkan budi daya magot sebagai solusi cerdas pengelolaan sampah organik. Magot atau larva lalat Black Soldier Fly mampu mengurai sampah organik lebih cepat, sekaligus menghasilkan pakan ternak bernilai jual tinggi.

“Dengan budi daya magot, sampah berkurang, manfaat bertambah,” kata Elly sambil tersenyum.

Menutup sambutannya, Elly mengingatkan bahwa keberhasilan pengelolaan lingkungan bukanlah hasil kerja satu orang. “Kita tidak perlu jadi Superman, tapi mari jadi superteam. InsyaAllah, setiap persoalan bisa kita hadapi bersama,” ujarnya disambut tepuk tangan warga.

Pelantikan hari itu bukan sekadar pergantian pengurus, melainkan lahirnya tekad baru warga Tambakaji. Dari tumpukan sampah, mereka belajar tentang nilai kebersamaan, kepedulian, dan harapan — bahwa perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil di lingkungan sendiri.St

1
Share This Article
Privacy Preferences
When you visit our website, it may store information through your browser from specific services, usually in form of cookies. Here you can change your privacy preferences. Please note that blocking some types of cookies may impact your experience on our website and the services we offer.