YOGYA (Jatengdaily.com)- Yuli Arinta Dewi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus kandidat doktor di Program Doktoral Ilmu Psikologi UGM, menjadi salah satu presenter dalam The 23rd World Congress on Disaster and Emergency Medicine (WADEM) 2025 yang berlangsung pada 2–6 Mei 2025 di Tokyo, Jepang.
Dalam ajang internasional ini, Yuli mempresentasikan hasil studi berjudul “Intervention for Enhancing Disaster Responder Resilience in Southeast Asia: A Scoping Review” yang merupakan bagian dari disertasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai karakteristik intervensi yang telah dikembangkan untuk memperkuat ketahanan psikologis para penolong bencana di negara-negara Asia Tenggara, sekaligus memetakan kesenjangan dan keterbatasan dalam studi-studi sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan secara kolaboratif bersama Mohammad Masrikhan dari Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Koentjoro Soeparno dan Pradyvtia Putri Pertiwi (UGM), serta Mizan Bustanul Fuady (University of Queensland), menunjukkan bahwa intervensi yang ada masih didominasi oleh pendekatan individual seperti pelatihan mindfulness dan coping religius, serta intervensi sosial dan organisasi seperti dukungan sebaya dan pelatihan berbasis institusi.
Namun, sebagian besar intervensi tersebut berasal dari model Barat dan belum cukup disesuaikan dengan konteks budaya Asia Tenggara. Selain itu, penelitian jangka panjang dan strategi berbasis komunitas lokal masih sangat minim, sehingga dibutuhkan pengembangan pendekatan yang berkelanjutan dan kontekstual untuk meningkatkan efektivitas intervensi.
WADEM 2025 menjadi salah satu konferensi terbesar dalam sejarah penyelenggaraannya, dengan lebih dari 950 peserta dari 70 negara, dan dibuka secara resmi oleh Putri Mahkota Jepang, Aiko-sama.
Keikutsertaan Yuli dalam forum prestisius ini tidak hanya memperkuat kehadiran akademisi Indonesia di panggung internasional, tetapi juga membuka ruang penting bagi kontribusi ilmiah dalam penguatan ketahanan penolong bencana berbasis kultural. “Saya berharap hasil penelitian ini bisa menjadi dasar bagi pengembangan intervensi yang lebih sesuai dengan karakteristik masyarakat di Asia Tenggara,” ujar Yuli. she