SALATIGA (Jatengdaily.com) – Di balik gegap gempita Musyawarah Wilayah BP4 Jawa Tengah yang berlangsung di Hotel Grand Wahid, Salatiga, Senin (29/9/2025) malam, terselip kegelisahan besar tentang masa depan keluarga Indonesia.
Data Pemprov Jateng menunjukkan tren yang mencemaskan. Jumlah pasangan menikah sah terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2020 tercatat 1,78 juta pasangan menikah. Angka itu merosot menjadi 1,74 juta (2021), 1,71 juta (2022), 1,57 juta (2023), hingga hanya 1,47 juta pada 2024.
Di sisi lain, angka perceraian justru melonjak. Di tingkat nasional, sekitar 9.000 Aparatur Sipil Negara (ASN) memilih berpisah setiap tahun. Mirisnya, banyak di antara pasangan yang baru membina rumah tangga kurang dari lima tahun, bahkan ada yang belum setahun. “Fenomena ini menunjukkan rapuhnya pondasi keluarga kita,” ungkap Sekjen BP4 Pusat, Dr. H. Anwar Sa’adi, MA.
Kepala Kanwil Kemenag Jateng, Dr. Saiful Mujab, melihat tren tersebut sebagai alarm serius. Menurutnya, keluarga adalah pondasi bangsa. “Jika keluarganya baik, Insya Allah bangsa ini akan kuat. Karena itu kami dorong pemuda yang sudah cukup usia, minimal 19 tahun, dan siap lahir batin, untuk segera menikah dan mencatatkannya di KUA,” tegasnya.
Saiful menegaskan, peran BP4 tak bisa hanya menjadi “penjaga gawang” yang pasif. Organisasi ini harus bergerak aktif hingga ke tingkat kecamatan dengan melibatkan jejaring luas, mulai dari pemerintah daerah, BKKBN, Kemenkes, hingga lembaga masyarakat. Untuk memperkuat kinerja, ia bahkan menjanjikan kantor sekretariat BP4 di lantai 3 Kanwil Kemenag Jateng.
Namun, kondisi di lapangan tidaklah mudah. Wakil Ketua BP4 Jateng, Drs. H. Eman Sulaeman, MH, saat membacakan laporan pertanggungjawaban kepengurusan periode 2021–2025, mengakui keterbatasan dana masih menjadi kendala besar. Iuran anggota dan bantuan mitra belum mampu menopang program publikasi maupun riset.
“Kami sangat berharap dukungan penuh dari Kanwil Kemenag Jateng, termasuk alokasi anggaran rutin setiap tahun,” ujarnya.
Muswil BP4 Jateng kali ini bukan sekadar forum pergantian kepengurusan. Lebih dari itu, ia menjadi panggilan darurat agar organisasi ini mampu bertransformasi menjadi benteng yang melindungi keutuhan rumah tangga.
Di tengah derasnya arus perceraian dan menurunnya angka pernikahan, masyarakat menaruh harapan besar pada BP4.
Karena pada akhirnya, sebagaimana diingatkan Saiful Mujab, keluarga yang kokoh adalah kunci bangsa yang kuat. St
–