Jejak Kecil, Harapan Besar: Leaflet Kesehatan untuk Remaja Putri Desa Belor

Penyerahan Laeflet Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Remaja Putri dan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) kepada Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Belor yang Diterima oleh Bidan Desa Sinta Irmawati Dewi, A.Md.Keb. bersama Perawat dan Kader. Foto:dok
GROBOGAN (Jatengdaily.com) – Siang itu, Balai Desa Belor tampak lebih hidup dari biasanya. Sejumlah remaja putri berkumpul dengan wajah penuh rasa ingin tahu, didampingi perangkat desa dan tenaga kesehatan. Di tengah suasana hangat itu, Anastasya Ayfah Dianasari, mahasiswa Epidemiologi Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes), berdiri dengan senyum bangga sambil membawa sebuah media sederhana: leaflet edukasi Tablet Tambah Darah (TTD) dan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
Leaflet itu mungkin hanya selembar kertas berwarna dengan tulisan dan ilustrasi, namun di baliknya tersimpan cita-cita besar: mencegah anemia pada remaja putri, melindungi kesehatan reproduksi mereka, sekaligus menutup pintu menuju stunting.
“TTD di Tanganmu, Masa Depan di Langkahmu – Lawan Anemia, Hadang Stunting, Jaga Kesehatan Reproduksi!” begitu pesan utama yang tertera di halaman depan. Kalimat singkat, tapi kuat menggugah kesadaran.
Anastasya tidak ingin kerja keras KKN berhenti hanya pada sosialisasi singkat. Ia ingin meninggalkan sesuatu yang berbekas, sesuatu yang bisa terus digunakan meski ia dan timnya sudah kembali ke kampus. “Leaflet ini sederhana, tapi harapannya bisa menjadi pegangan praktis. Agar para remaja putri paham betul bahwa menjaga kesehatan hari ini adalah investasi bagi masa depan,” ujarnya dengan nada mantap.
Proses penyerahan leaflet berlangsung dalam dua tahap: usai sosialisasi pada 8 Agustus 2025, kemudian secara resmi diserahkan pada 26 Agustus 2025 di Balai Desa dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Belor. Saat itu hadir Kepala Desa Belor, Istiarto, S.T., perangkat desa, serta Bidan Desa, Sinta Irmawati Dewi, A.Md.Keb. Suasana menjadi saksi bahwa sebuah luaran kecil dari mahasiswa bisa berarti besar bagi desa.
Istiarto dengan tulus menyambut luaran tersebut. “Kami sangat mengapresiasi inisiatif mahasiswa KKN. Leaflet ini bukan sekadar kertas, tetapi media literasi kesehatan yang bisa kami gunakan berulang kali dalam kegiatan desa. Inilah bentuk kontribusi nyata yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Bidan Desa Belor, Sinta Irmawati Dewi, menilai leaflet tersebut sangat membantu pekerjaannya. “Materinya singkat, jelas, dan mudah dipahami. Ini bisa langsung kami manfaatkan di posyandu remaja maupun kegiatan penyuluhan. Sangat bermanfaat sekali,” katanya.
Bagi para remaja putri, leaflet itu menjadi bacaan baru yang membangkitkan rasa penasaran. Mereka membuka halaman demi halaman, menemukan informasi tentang pentingnya minum TTD secara rutin, cara mengatasi efek samping, hingga menjaga kebersihan organ reproduksi. Bagi sebagian dari mereka, inilah pertama kalinya mendapatkan panduan tertulis yang langsung menyentuh persoalan sehari-hari mereka.
Kegiatan sederhana ini menyimpan makna lebih dalam. Ia menunjukkan bahwa edukasi kesehatan tidak selalu membutuhkan seminar besar atau program mahal. Kadang, selembar leaflet yang lahir dari niat tulus dapat menjadi cahaya kecil yang menerangi langkah remaja menuju masa depan lebih sehat.
Dari Desa Belor, Anastasya dan tim KKN UNNES GIAT 12 SKM meninggalkan pesan kuat: bahwa setiap upaya kecil untuk kesehatan generasi muda adalah warisan berharga, yang kelak akan menentukan kualitas bangsa.
Penulis Anastasya Ayfah Dianasari, mahasiswa Epidemiologi Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes)