Kampung Zakat Hadir di Muktiharjo Kidul, Harapan Baru Bagi Warga Pinggiran Kota

img_1758900098280

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Suasana aula Kantor Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Jumat (26/9), terasa berbeda.

Wajah-wajah penuh harapan memenuhi ruangan ketika Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Prof. Dr. H. Abu Rokhmad, meresmikan kelurahan dengan penduduk terbanyak di Kota Semarang itu sebagai Kampung Zakat.

Peresmian ditandai dengan penekanan tombol sirine, diiringi tepuk tangan meriah para tamu. Hadir pula jajaran pejabat Kemenag, perwakilan Pemkot Semarang, Baznas Jawa Tengah dan Kota Semarang, hingga pimpinan berbagai Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Lurah Muktiharjo Kidul, Sofia Erna, mengungkapkan, wilayahnya dihuni lebih dari 34 ribu jiwa atau 11.260 kepala keluarga, tersebar di 218 RT dan 25 RW.

Namun, di balik keramaian permukiman padat, ada kantong-kantong kemiskinan yang masih nyata. “Wilayah RW 8, 9, 10, 11, dan 12 masuk kategori miskin. Inilah tantangan besar kami,” ujarnya.

Antara Tantangan dan Potensi

Kepala Kankemenag Kota Semarang, Muhtasit, menjelaskan alasan pemilihan Muktiharjo Kidul sebagai Kampung Zakat. Jumlah penduduk yang besar dan adanya persoalan kemiskinan ekstrem menjadi faktor utama.

“Tetapi di sisi lain, wilayah ini menyimpan potensi UMKM yang menjanjikan. Ini yang ingin kita kembangkan,” katanya.

Meski begitu, keterbatasan anggaran masih menjadi hambatan. Menanggapi hal itu, Prof. Abu Rokhmad menegaskan pentingnya sinergi lintas pihak. “Kita punya banyak mitra strategis. Soal dana bisa dikolaborasikan dengan lembaga maupun pemerintah daerah.

Pengentasan kemiskinan tidak boleh berhenti pada wacana. Harus berbasis data konkret, dengan pendekatan ekosistem yang menyeluruh,” ujarnya lantang.

Guru Besar UIN Walisongo itu menekankan esensi dari pemberdayaan zakat: mengangkat mustahik menjadi muzaki.

“Kita tidak ingin masyarakat hanya menerima. Harus ada perubahan kelas sosial, dari penerima manfaat menjadi pemberi zakat. Itulah tujuan utama Kampung Zakat,” tandasnya.

Sinergi dan Bantuan Konkret

Wakil Ketua Baznas Jateng, Zain Yusuf, menegaskan strategi pengentasan kemiskinan dilakukan dengan pola seimbang: 50 persen untuk kebutuhan konsumtif, 50 persen untuk program produktif.

Baznas Kota Semarang pun langsung menyalurkan bantuan jambanisasi, sementara Rumah Zakat memberikan dana pemberdayaan ekonomi sebesar Rp20 juta, dan Lazis Al Ihsan Jawa Tengah turut menyalurkan Rp5 juta.

Deretan bantuan itu disambut hangat masyarakat. Bagi mereka, Kampung Zakat bukan sekadar program, melainkan sebuah harapan baru.

“Semoga langkah ini penuh berkah dan bisa menjadi pemicu bagi kita semua untuk segera menyelesaikan persoalan di sekitar,” ujar Prof. Abu Rokhmad menutup peresmian.

Kini, Muktiharjo Kidul bukan hanya dikenal sebagai kelurahan terpadat di Kota Semarang, tetapi juga sebagai pelopor Kampung Zakat, tempat harapan dan perubahan mulai dirajut dari akar rumput. St