MUI Jateng Usulkan Gelar “Bapak Ekonomi Syariah Indonesia” untuk KH Ma’ruf Amin

img_1756824887118

Ketua Umum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji Msi dan Sekretaris Umum Drs KH Muhyiddin MAg foto bersama dengan peserta Halaqah Ulama MUI Se-Eks Karesidenan Banyumas di Hotel Surya Yudha, Banjarnegara, Minggu (31/8).Foto:dok

BANJARNEGARA (Jatengdaily.com) – Suasana hangat mewarnai penutupan Halaqah Ulama MUI se-Eks Karesidenan Banyumas di Hotel Surya Yudha, Banjarnegara, Minggu (31/8).

Dalam forum yang mempertemukan para ulama dan pengurus MUI dari empat kabupaten itu, muncul sebuah rekomendasi penting: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng mengusulkan agar MUI Pusat menganugerahkan gelar “Bapak Ekonomi Syariah Indonesia” kepada Wakil Presiden RI 2019–2024 sekaligus mantan Ketua Umum MUI, Prof Dr KH Ma’ruf Amin.

Rekomendasi itu dibacakan Sekretaris MUI Jateng, Dr KH Agus Fathuddin Yusuf MA. Menurutnya, kiprah Kiai Ma’ruf di bidang ekonomi syariah sudah tak terbantahkan.

Ia tidak hanya memimpin MUI Pusat, tetapi juga menjadi motor penggerak lahirnya berbagai lembaga dan kebijakan yang memperkokoh fondasi ekonomi syariah di tanah air.

Sekretaris Umum MUI Jateng, Drs KH Muhyiddin MAg menegaskan, sosok Kiai Ma’ruf layak menyandang gelar tersebut.

“Beliau mendirikan dan mengembangkan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI hingga melahirkan lebih dari 130 fatwa. Bahkan, peran Kiai Ma’ruf juga sangat besar dalam kelahiran Bank Muamalat Indonesia, divisi syariah di perbankan nasional, serta pembentukan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan Komite Daerah Ekonomi Keuangan Syariah (KDEKS),” ungkap Muhyiddin yang juga Sekretaris Pengurus Pelaksana Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Wadah Silaturahmi dan Ilmu

Halaqah kali ini dibuka oleh Ketua Umum MUI Jateng, Dr KH Ahmad Darodji MSi. Forum tersebut mempertemukan tokoh-tokoh penting, antara lain KH Taefur Arofat (Ketua MUI Banyumas), KH Roghib Abdurrahman (Ketua MUI Purbalingga), KH Nasrullah Muhson (Ketua MUI Cilacap), serta KH Fahmi Hisyam (Ketua MUI Banjarnegara).

Selain menjadi ruang silaturahmi, halaqah juga menghadirkan empat narasumber dengan tema yang relevan dengan tantangan umat. Dari pedoman bermuamalah di media sosial, sertifikasi halal, kiprah Ganas Annar MUI Jateng dalam dakwah anti narkoba, hingga pembahasan aturan organisasi. Semua materi mengalir untuk memperkuat kapasitas pengurus dan memperkaya wawasan para peserta.

Rekomendasi Bersama

Tak hanya membicarakan ekonomi syariah, halaqah juga menghasilkan rekomendasi nyata. Salah satunya, perlunya pelatihan penyembelihan hewan sesuai syariat secara masif, mengingat masih minimnya juru sembelih bersertifikat.

Para ulama juga menegaskan bahaya narkoba yang bisa merusak sendi bangsa. Karena itu, MUI diharapkan terus menguatkan Gerakan Nasional Anti Narkoba (Ganas Annar) dan menyuarakan kesadaran umat tentang pentingnya menjauhi narkotika.

“Kerukunan, kebersamaan, dan toleransi menjadi kunci. Keberagaman adalah fitrah, dan ketika dikelola dengan baik, ia akan menjadi kekuatan hebat bangsa ini,” ujar salah satu narasumber, Dr KH Muhammad Saifuddin Lc MA, yang juga dosen Unwahas Semarang.

MUI Harus Hadir di Tengah Generasi Muda

Dalam sambutannya, KH Ahmad Darodji menekankan pentingnya peran MUI untuk tetap dekat dengan masyarakat, terutama generasi muda.

“Jangan sampai anak-anak kita kesulitan bertanya tentang hukum Islam. Jangan biarkan mereka mencari fatwa hanya lewat media sosial tanpa bimbingan ulama,” pesannya.

Dengan segala dinamika yang terjadi, halaqah ini bukan sekadar forum ilmiah, tetapi juga penegasan peran MUI sebagai penjaga moral, penuntun umat, dan penggerak persatuan bangsa di tengah kemajemukan. St