
SEMARANG (Jatengdaily.com) — Di saat fajar masih malu-malu menampakkan sinarnya, ratusan jamaah sudah memadati area depan Masjid Raya Baiturrahman, Simpang Lima Semarang, Minggu 2 November 2025.
Mereka datang dengan hati penuh harap, dalam balutan udara dingin yang menyelimuti Car Free Day (CFD) di jantung Kota Semarang. Ini bukan sekadar kegiatan ibadah seperti biasa, tapi sebuah gerakan dakwah yang merangkul suasana kota: Ngaji Nom-Noman On The Street, kembali digelar dengan nuansa penuh kehangatan dan kedekatan.
Kegiatan Ngaji Bareng bersama warga yang sedang menikmati CFD di Simpanglima Semarang, Minggu 2 November 2025, hadir menyapa dan melayani masyarakat antara lain Drs KH Eman Sulaeman MH, Dr KH Sarjuni, Dr KH Multazam Ahmad, Nyi Ahmad (istri almarhum KH Achmad) dan beberapa anggota MUI Jateng lainnya.
Diprakarsai oleh pengelola tiga masjid besar di Kota Semarang — Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Masjid Agung Semarang (MAS), dan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) — kegiatan ini hadir setiap sebulan sekali yang dilaksanakan pada minggu pertama, memadukan semangat ibadah, edukasi, dan layanan sosial.
Ketua Takmir Masjid Raya Baiturrahman sekaligus koordinator acara, Dr KH Multazam Ahmad, menjelaskan bahwa acara dimulai sejak dini hari. “Kita mulai dari shalat malam dan itikaf bersama pukul 03.00 dini hari, dilanjutkan shalat subuh berjamaah dan kajian subuh di ruang utama masjid,” ungkapnya.
Namun, nuansa seperti tu tak lantas berakhir di dalam masjid. Usai kajian subuh, peserta kemudian bergerak ke area depan masjid di mana suasana Car Free Day sudah mulai ramai. Di situlah aktivitas inti “ngaji bareng” dimulai: bukan hanya ceramah satu arah, tapi ruang interaksi, bertanya, berdiskusi, bahkan menyelesaikan persoalan hidup.
“Ngaji Nom-Noman ini adalah dakwah model baru. Selama ini banyak ceramah yang sifatnya monolog. Maka kita hadirkan kajian kooperatif dan konsultatif. Umat bisa menyampaikan persoalan mereka — baik agama maupun kehidupan — untuk kita urai bersama dan carikan solusinya,” tutur Multazam, penuh semangat.
Salah satu yang aktif melayani konsultasi itu adalah Drs H Eman Sulaeman MH, Ketua BP4 Jawa Tengah. Ia membuka pos konsultasi keluarga, khususnya terkait rumah tangga, warisan, pendidikan, umrah, hingga persoalan tanah yang kerap membelit masyarakat.
“Banyak yang datang, tidak hanya bertanya soal syariah, tapi juga mencari solusi sengketa keluarga. Bahkan ada yang berkonsultasi tentang calon pasangan hidup sebagai bekal membangun rumah tangga sakinah,” jelas Eman.

Dr KH Sarjuni mengatakan, berbagai persoalan kehidupan masyarakat yang banyak ditanyakan seperti perceraian, cara menasihati anak yang susah melaksanakan ibadah shalat.
”Masyarakat ada yang menanyakan tentang shalat sunah, bahkan ada yang menanyakan bagaimana solusi menangani anak yang susah menjalankan ibadah shalat. Berbagai pertanyakan ini Insya Allah akan dijawab oleh para kyai sesuai ahlinya,” ujar Dr KH Sarjuni.
Tak hanya itu, Ngaji Nom-Noman juga menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis bekerja sama dengan RSI Sultan Agung Semarang. Dari pengecekan tekanan darah hingga konsultasi ringan, semua tersedia tanpa dipungut biaya. Para jamaah disambut bukan hanya secara spiritual, tapi juga fisik.
Para peserta tampak antusias. Ada yang datang sendiri, ada yang membawa keluarga, bahkan anak-anak terlihat berlarian kecil di sekitar depan masjid yang teduh. Saat zona CFD semakin ramai, para pengunjung yang sebelumnya hanya ingin olahraga atau berjalan pagi pun berhenti sejenak, tertarik oleh suasana damai dan penuh keakraban.
Ngaji Nom-Noman On The Street menjadi bukti bahwa dakwah tak harus kaku dan terpaku pada tembok masjid. Di tengah hiruk pikuk kota, di balik keramaian manusia yang selalu berjalan cepat, kegiatan ini menjadi ruang hening yang menyentuh — menghadirkan jawaban bagi mereka yang mungkin sudah lama memendam tanya.
Dan kala mentari mulai menghangatkan Simpang Lima, senyum-senyum pun merekah. Ada harapan baru yang tumbuh, ada kegelisahan yang terurai, dan ada jalinan ukhuwah yang semakin erat. Di tangan para jamaah, tak sekadar tertancap rasa syukur, tapi juga dorongan untuk kembali menghidupkan nilai-nilai kebaikan, di mana pun, kapan pun. St



