Loading ...

Pemkot Semarang Luncurkan “Srikandi Pangan”, Gerakan Perempuan untuk Ketahanan Pangan dan Stop Boros Makanan

img_1755739531921

Aula Balaikota Semarang, Selasa (19/8), dipenuhi semangat baru saat Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, meresmikan program Srikandi Pangan.Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Aula Balaikota Semarang, Selasa (19/8), dipenuhi semangat baru saat Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, meresmikan program Srikandi Pangan.

Program ini lahir dari kepedulian terhadap masalah ketahanan pangan sekaligus mengajak perempuan menjadi garda terdepan dalam perubahan pola konsumsi keluarga.

“Srikandi pangan terlahir dari kebutuhan kita semua, untuk menjawab tantangan nyata di bidang ketahanan pangan. Stop pemborosan makanan, stop menyia-nyiakan makanan,” tegas Agustina dalam sambutannya.

Tantangan itu bukan tanpa alasan. Berdasarkan data, sampah pangan di Kota Semarang mencapai 262.056,7 ton per tahun. Jika diuangkan, jumlahnya setara dengan Rp2,42 triliun. Angka yang fantastis, namun sekaligus ironis di tengah masih adanya persoalan gizi dan kesehatan masyarakat.

Agustina pun mengingatkan bahwa pola makan yang tidak sehat bisa berujung pada penyakit serius. “Ini ngeri loh, kalau obesitas berarti turunannya nomor satu gula, nomor dua hipertensi, nomor tiga kolesterol,” katanya.

Perempuan sebagai motor perubahan

Srikandi Pangan dibangun dengan struktur organisasi yang menyentuh hingga tingkat paling bawah, mulai dari kota sampai RT. Para perempuan yang tergabung di dalamnya memegang peran kunci melalui empat kelompok kerja (Pokja), yaitu Pokja Ketersediaan Pangan, Pokja Distribusi Pangan, Pokja Penganekaragaman Pangan, dan Pokja Keamanan Pangan.

Konsepnya sederhana, semakin banyak orang terlibat, semakin besar pula peluang untuk mengurangi food waste dan memanfaatkannya kembali. “Ini semakin banyak orang yang bergerak, berarti semakin banyak food waste yang bisa ditampung dan didistribusi,” lanjut Agustina.

Lestarikan kuliner lokal

Peluncuran program ini juga diwarnai dengan hadirnya Buku Kamus Masakan Kota Semarang. Buku tersebut bukan sekadar kumpulan resep, melainkan dokumentasi kuliner lokal yang bisa menjadi acuan bagi para Srikandi Pangan.

“Di dalamnya ada makanan-makanan apa yang dibutuhkan oleh setiap tahapan manusia, mulai bayi sampai lansia. Juga ada contoh cara memasak supaya kandungan gizi tidak hilang,” jelas Agustina.

Buku ini diharapkan bisa memperkaya wawasan masyarakat tentang bahan pangan lokal selain beras, sekaligus melestarikan kekayaan kuliner Semarang yang diwariskan turun-temurun.

Gerakan dari rumah

Melalui Srikandi Pangan, Pemkot Semarang mengajak setiap rumah tangga untuk lebih bijak dalam mengelola makanan. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pengelola dapur dipercaya menjadi motor utama perubahan, mulai dari menyiapkan menu sehat, mengurangi sampah makanan, hingga memperkenalkan pangan lokal kepada keluarga.

Dengan semangat kebersamaan, program ini diharapkan tidak hanya menekan angka food waste, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan dari lingkup terkecil: rumah tangga. Dari meja makan keluarga, pesan tentang pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA) bisa menyebar ke seluruh kota. St

Facebook Comments Box