Scroll Top

Santri Kota Semarang Ikrar Kawal Kiai dan Pesantren di Puncak Hari Santri Nasional 2025

Dirjen Bimas Islam Prof Dr Abu Rokhmad didampingi Wakil Wali Kota Iswar Aminuddin, Ketua Baznas RI Prof Dr Noor Achmad dan Rais Syuriyah PCNU KH Hanief Ismail Lc menyerahkan bantuan Inkubasi Wakaf Produktif (IWP) Kepada Ketua PCNU Kota Semarang Dr KH Anasom M.Hum disela-sela Puncak Peringatan Hari Santri 2025 di Lapangan Pancasila, Simpanglima Semarang, Sabtu malam (25/6).. Foto:dok

SEMARANG (Jatengdaily.com) – Ribuan santri dari berbagai pondok pesantren se-Kota Semarang tumpah ruah di Lapangan Pancasila, Simpanglima, Sabtu malam (25/10).

Dengan semangat menyala, mereka serentak menyatakan kesiapan mengawal para kiai dan pesantren dari segala bentuk rongrongan dan framming negatif terhadap lembaga keagamaan itu.

Ikrar tersebut menggema di tengah kemeriahan Pengajian Akbar dan NU Bershalawat yang menjadi puncak Hari Santri Nasional (HSN) 2025 Kota Semarang, disaksikan langsung para tokoh nasional dan daerah.

Hadir di atas panggung antara lain Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin, Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail, Ketua PCNU Kota Semarang Dr KH Anasom M.Hum, Ketua Umum MUI Prof Dr KH Erfan Soebahar, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Prof Dr Abu Rokhmad, serta Ketua Baznas RI Prof Dr Noor Achmad MA.

Sorak takbir dan lantunan shalawat menggema saat KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), pengasuh Pondok Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Tegalrejo Magelang, membakar semangat para santri untuk tetap istikamah dalam menjaga nilai-nilai pesantren.

“Biar saja ada yang mencoba menebar framming negatif terhadap kiai dan pondok pesantren. Kita tetap istikamah mengawal kebaikan. Siap mengawal kiai? Siap mengawal pondok pesantren?” seru Gus Yusuf.

“Siap!” jawab ribuan santri kompak, mengguncang Lapangan Pancasila.

Suasana haru bercampur kagum saat Gus Yusuf menyinggung keajaiban cuaca malam itu.

“Sepanjang perjalanan saya dari Tegalrejo hujan deras, ramalan BMKG pun menyebut Semarang malam ini hujan. Tapi di sini, lapangan terang benderang. Para kiai ini tirakat apa sampai hujan pun enggan turun?” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan riuh jamaah.

Tak hanya ceramah, suasana juga diwarnai pesan moral penuh canda dari H. Sakirun (Kirun Srimulat) yang malam itu tampil bukan sebagai pelawak, tetapi sebagai penutur nilai-nilai kebangsaan ala Gus Dur dengan gaya jenaka khasnya.

Acara ditutup dengan lantunan shalawat yang menggema hingga tengah malam, dipimpin Gus Huda Santri Ndalan Semarang bersama Hadrah Shautul Mahbub dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Wahid Hasyim (Unwahas).

Momentum Spiritual dan Kebangsaan

Puncak HSN 2025 ini juga menjadi momentum kebangkitan spiritual dan kebangsaan dengan tema “Santri Indonesia Sehat dan Beradab, Mengawal Indonesia Menuju Peradaban Dunia.”

Ketua PCNU Kota Semarang Dr KH Anasom M.Hum bersama Katib Syuriyah Dr KH In’amuzzahidin memimpin istighasah dan pembacaan surat Yasin, Waqiah, dan Al-Mulk untuk keselamatan bangsa.

Dalam sambutannya, Anasom menegaskan bahwa Hari Santri bukan sekadar peringatan tahunan.

“Ini adalah pengingat akan kontribusi besar santri terhadap bangsa. Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 menjadi bukti bahwa santri berada di garda depan mempertahankan kemerdekaan,” ujarnya tegas.

Sementara itu, Prof Dr Abu Rokhmad selaku Dirjen Bimas Islam Kemenag RI meresmikan Semarang sebagai Kota Wakaf. Ia menekankan pentingnya optimalisasi zakat dan wakaf untuk kesejahteraan umat.

“Wakaf tidak harus menunggu kaya. Mulai dari Rp5.000 pun bisa menjadi amal jariyah,” pesannya.

Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin menegaskan komitmen pemerintah kota dalam memperkuat keberadaan pesantren melalui regulasi daerah.

“Kami sedang mendorong Perda Pesantren bersama DPRD agar pesantren mendapat pengakuan setara dengan pendidikan formal,” katanya.

KH Yusuf Chudlori menutup dengan pengingat mendalam: “Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di negeri ini. Sebelum NKRI lahir, pesantren telah melahirkan para pejuang bangsa. Jangan pernah lupakan fatwa jihad KH Hasyim Asy’ari 22 Oktober 1945, tonggak sejarah santri untuk negeri.”

Pengajian berakhir sekitar pukul 00.00 WIB, namun semangat santri untuk terus menjaga marwah pesantren tetap menyala — seperti langit malam Semarang yang tetap terang, seolah ikut bershalawat bersama mereka. St

Privacy Preferences
When you visit our website, it may store information through your browser from specific services, usually in form of cookies. Here you can change your privacy preferences. Please note that blocking some types of cookies may impact your experience on our website and the services we offer.