
DIENG (Jatengdaily.com) – Dini hari yang dingin menusuk tak menyurutkan semangat rombongan alumni SMP Karangnongko angkatan 1 dan 2 untuk menapaki perjalanan menuju negeri di atas awan.
Dengan penuh keceriaan dan semangat nostalgia, mereka bertolak dari Karangnongko pada Sabtu malam (8/11/2025) menuju Dataran Tinggi Dieng, mengejar pesona sunrise di Bukit Si Kunir yang tersohor keindahannya.
Dipimpin oleh Ketua Alumni Angkatan 2, Darsono, rombongan berangkat dengan satu tujuan sederhana namun bermakna: healing bersama, melepas rindu dan penat, sekaligus menghidupkan kembali persaudaraan masa remaja yang telah puluhan tahun terjalin.
Sekitar pukul empat pagi, mereka tiba di area pendakian Si Kunir. Udara dingin, kabut tipis, dan gemerlap bintang menjadi saksi langkah-langkah kecil yang penuh tawa dan teriakan saling menyemangati.
“Naik Bukit Si Kunir itu bukan sekadar wisata, tapi perjuangan,” ujar salah satu peserta sambil tertawa. Jalanan menanjak, tangga-tangga batu licin, serta napas yang mulai tersengal tak menyurutkan tekad mereka.
Dan benar saja—begitu sampai di puncak, semua lelah seakan terbayar lunas. Mentari pagi perlahan muncul dari balik awan, menebar cahaya keemasan di antara hamparan kabut putih.
Beberapa peserta terdiam, larut dalam keindahan alam. Ada yang menitikkan air mata haru, ada pula yang sibuk mengabadikan momen lewat kamera ponsel.
“Indah sekali, seindah kenangan masa sekolah dulu,” ucap salah satu alumni lirih.
Setelah menikmati panorama magis Dieng dari ketinggian, rombongan melanjutkan perjalanan ke Resto Boemi Dieng untuk menikmati sarapan hangat. Canda dan tawa kembali pecah, mengisi suasana pagi yang sejuk.
Petualangan berlanjut menuju Kawah Sikidang, Telaga Menjer, dan Kebun Teh Panama. Di tiap lokasi, keakraban para alumni semakin terasa. Mereka berfoto bersama, bercerita tentang masa sekolah, dan mengenang guru-guru yang dulu mendidik dengan penuh kasih.
Dalam perjalanan pulang, suasana bus berubah menjadi panggung kecil. Kristadi dan Sunarni bergantian menyumbangkan suara lewat lagu-lagu karaoke, menghibur seluruh rombongan. Lagu-lagu lawas menggema di antara tawa riang, menghadirkan nuansa hangat di tengah hawa pegunungan yang dingin.
Sebelum benar-benar kembali ke Karangnongko, para ibu sempat mampir di pasar kentang Wonosobo, berburu oleh-oleh khas Dieng—mulai dari kentang, carica, hingga purwaceng.
Hari itu, bukan hanya tubuh yang segar kembali, tetapi juga hati yang penuh dengan kehangatan dan persaudaraan. Perjalanan singkat ke Dieng telah menjadi pengingat indah bahwa persahabatan sejati tak lekang oleh waktu, dan tawa masa muda bisa selalu dihidupkan kembali—asal ada kebersamaan dan niat untuk saling menjaga kenangan. Sunarto

