SEMARANG (Jatengdaily.com) – Gelar Insinyur (Ir.) kini tak lagi sekadar pelengkap akademik, melainkan menjadi prasyarat penting bagi lulusan Teknik Sipil yang ingin berkiprah secara profesional di dunia konstruksi. Isu tersebut mengemuka dalam Seminar Nasional & Career Talk Young Civil Engineer Summit 2025 yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang.
Kegiatan yang digelar secara hybrid ini bertujuan membuka wawasan mahasiswa dan masyarakat luas tentang pentingnya legalitas, kompetensi, serta etika profesi dalam menghadapi dinamika dan tantangan industri konstruksi di masa depan.
Antusiasme peserta terlihat dari ratusan mahasiswa dan praktisi yang mengikuti acara, baik secara langsung maupun melalui siaran langsung YouTube Untag TV.
Seminar menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman di bidang ketekniksipilan dan industri konstruksi. Mereka antara lain Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Tengah, Dr. T. Ir. Herry Ludiro Wahyono, S.T., M.T., IPU., ASEAN.Eng; Technical & Business Development Oriental Sheet Piling, Sony Sumarsono, S.T.; serta Ketua Forum Insinyur Muda (FIM) PII Jawa Tengah Periode 2021–2024 sekaligus Ketua Departemen Bina Konstruksi BPD HIPMI Jawa Tengah, Ir. Andika Pradifan, S.T., IPP., CPSp., AsKom.
Rektor Untag Semarang, Prof. Dr. Drs. Suparno, M.Si., yang turut hadir memberikan sambutan, mengapresiasi inisiatif mahasiswa Teknik Sipil dalam menghadirkan forum edukatif yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja.
Menurutnya, kegiatan semacam ini penting untuk menjembatani dunia akademik dengan realitas industri.
Dalam pemaparannya, Ir. Herry Ludiro Wahyono menegaskan bahwa sarjana Teknik Sipil yang melakukan praktik keinsinyuran wajib memiliki gelar Insinyur. Lebih dari sekadar kemampuan teknis, profesi insinyur juga menuntut kepastian legalitas dan komitmen etika.
“Tenaga Kerja Konstruksi jenjang ahli yang melakukan praktik keinsinyuran harus memiliki Sertifikat Kompetensi Insinyur (SKI) dan Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI). Selain itu, insinyur harus menjunjung tinggi nilai etika seperti integritas, humanis, bermartabat, solutif, peduli, kompeten, dan profesional,” tegasnya.
Sementara itu, Sony Sumarsono mengajak peserta melihat peluang karier Teknik Sipil dari sudut pandang yang lebih luas melalui materi Career, Startup & Global Challenge in Infrastructure Industry. Dengan studi kasus Oriental Sheet Piling | ArcelorMittal, ia menekankan bahwa lulusan Teknik Sipil tidak hanya terbatas pada pekerjaan lapangan.
“Lulusan Teknik Sipil bisa berkarier di bidang engineering and design, project coordinator, branch manager, production and quality control, technical sales and marketing, supply chain and logistics, hingga research and development,” jelasnya.
Narasumber ketiga, Ir. Andika Pradifan, mengulas tantangan yang kerap dihadapi insinyur muda sekaligus peluang besar di sektor kewirausahaan. Ia menyoroti potensi pengembangan konsultan teknik berbasis digital, teknologi konstruksi, startup Building Information Modeling (BIM), bisnis infrastruktur, hingga pengembangan properti.
“Insinyur muda tidak hanya dituntut menjadi pekerja, tetapi juga harus mampu menjadi inovator dan entrepreneur di bidangnya,” ungkapnya.
Diskusi yang berlangsung dinamis tersebut dipandu oleh Dr. Ir. M. Afif Salim, S.T., M.T., M.M., IPM., ASEAN.Eng, dosen Teknik Sipil UNTAG Semarang. Dengan pendekatan interaktif dan aplikatif, seminar ini diharapkan mampu membekali calon insinyur muda dengan perspektif yang lebih matang dalam menatap karier profesional di dunia konstruksi. St
0



