Indonesia Hadapi Kompleksitas Urbanisasi 

Oleh: Mohammad Agung Ridlo

Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks di tahun-tahun mendatang, terutama seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ini terjadi tidak hanya secara alamiah melalui fertilitas dan mortalitas, tetapi juga karena fenomena urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota atau pengkotaan suatu desa. Fenomena ini menimbulkan berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang saling terkait dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan para perencana pembangunan.

Pertumbuhan penduduk yang cepat di Indonesia menimbulkan tekanan besar pada kota-kota besar yang menjadi tujuan urbanisasi. Kota-kota ini sering kali tidak mampu menyerap tenaga kerja yang melimpah, sehingga muncul masalah pengangguran yang signifikan. Sebagian besar tenaga kerja yang datang adalah para “urbanis” yang berharap mendapatkan pekerjaan lebih baik, namun kenyataannya banyak yang hanya dapat bekerja di sektor informal atau bahkan menganggur. Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan prasarana dan sarana kota yang tidak memadai untuk menampung lonjakan penduduk.

Salah satu akar masalah adalah ketimpangan pembangunan antara desa dan kota. Pembangunan desa yang kurang terencana dan tidak tertatanya penggunaan sumber daya alam menyebabkan ekonomi desa kurang berkembang. Hal ini mendorong penduduk desa untuk bermigrasi ke kota mencari peluang yang lebih baik, sehingga menambah beban kota. Kesenjangan ini menimbulkan masalah sosial dan ekonomi yang kompleks, seperti kemiskinan perkotaan, pengangguran, dan tekanan pada infrastruktur kota.

Tom Dale dan Vernon Gill Carter, dalam bukunya Top Soil and Civilization, menekankan bahwa manusia, meskipun berakal, bukanlah penguasa mutlak alam, melainkan bagian dari alam yang harus menyesuaikan diri dengan hukum-hukum alam. Jika pembangunan tidak memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan, maka lingkungan hidup akan rusak dan peradaban manusia pun akan mundur. Sejarah menunjukkan bahwa peradaban yang tidak menjaga lingkungan akhirnya mengalami kemunduran.

Dalam konteks Indonesia, pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat menyebabkan kerusakan yang berdampak jangka panjang, seperti pencemaran, hilangnya ruang terbuka hijau, dan masalah kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan harus dirancang agar berkelanjutan, tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi mendatang.

Tantangan Perencanaan Wilayah

Permasalahan yang kompleks ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan para perencana wilayah. Perencanaan pembangunan wilayah, khususnya kota, harus dilakukan dengan pendekatan multidisiplin yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan secara terpadu. Perencanaan kota harus didasarkan pada pemanfaatan sumber daya tanah, air, dan lingkungan secara rasional dan berkelanjutan (sustainability).

Perencanaan yang baik juga memerlukan data dan sistem informasi yang akurat, aktual, dan dapat dipercaya, yang mencakup informasi geometrik dan semantik dalam dimensi waktu. Informasi ini sangat penting untuk pengambilan keputusan yang tepat dan cepat dalam menghadapi dinamika pertumbuhan kota dan urbanisasi.

Urbanisasi membawa dampak positif dan negatif. Di satu sisi, urbanisasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas, ekspansi pasar, dan investasi yang lebih besar. Kota yang berkembang menjadi pusat kegiatan ekonomi yang menarik tenaga kerja dan modal. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, urbanisasi justru memperburuk masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, kemacetan, dan kriminalitas.

Fenomena urbanisasi yang tidak terencana menyebabkan banyak penduduk miskin desa menjadi miskin kota, dengan kondisi kehidupan yang tidak jauh lebih baik. Banyak urbanis yang hanya bekerja di sektor informal dengan upah rendah, sehingga kesenjangan sosial dan ekonomi di kota semakin melebar.

Upaya Pengendalian dan Solusi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pengendalian urbanisasi melalui berbagai strategi, seperti pembangunan kota satelit, penghijauan, dan peningkatan infrastruktur di perdesaan agar mendorong pemerataan pembangunan. Pengembangan ekonomi di desa dapat mengurangi arus urbanisasi yang berlebihan dan mengurangi beban kota besar.

Selain itu, perencanaan kota harus mengintegrasikan aspek lingkungan hidup agar pembangunan tidak merusak alam dan tetap berkelanjutan. Pemerintah harus mengoptimalkan penggunaan data dan teknologi informasi untuk perencanaan yang adaptif dan responsif terhadap perubahan.

Kesimpulan

Indonesia di masa depan akan menghadapi permasalahan yang semakin kompleks akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang cepat. Permasalahan utama meliputi pengangguran, keterbatasan prasarana kota, kesenjangan pembangunan desa-kota, serta kerusakan lingkungan. Tantangan ini menuntut perencanaan pembangunan wilayah yang komprehensif, berkelanjutan, dan berbasis data akurat. Jika tidak dikelola dengan baik, urbanisasi dapat memperburuk kondisi sosial dan ekonomi, namun jika dikelola dengan tepat, urbanisasi dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

 

Dr. Ir. Mohammad Agung Ridlo, M.T.

  • Ketua Program Pascasarjana S2 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) Fakultas Teknik UNISSULA Semarang.
  • Sekretaris I Bidang Penataan Kota, Pemberdayaan Masyarakat Urban, Pengembangan Potensi Daerah, dan Pemanfaatan SDA, ICMI Orwil Jawa Tengah.
  • Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah. Jatengdaily.com-st